Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 97 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – TAMU Bab 97
Alice tetap tenang.
"Silakan."
"Dia tidak bermaksud
kembali ke sini untuk berkunjung, bukan?" Aku bisa mendengar amarah
tertahan dalam suara Charlie. Alice menjawab dengan nada lembut dan
menenangkan.
"Dia bahkan tidak tahu aku
kemari.Terakhir kali aku bicara dengannya, dia sedang di Amerika Selatan”.
Tubuhku langsung tegang
mendengar informasi baru ini, dan membuka telingaku lebar-lebar.
"Baguslah kalau
begitu," dengus Charlie.
"Well, kuharap dia senang di sana."
Untuk pertama kali terdengar
secercah nada kaku dalam suara Alice.
"Aku tidak akan berasumsi
apa-apa, Charlie." Aku tahu bagaimana matanya berkilat bila ia menggunakan
nada itu. Terdengar suara kursi didorong menjauhi meja, menggesek lantai dengan
suara keras. Aku membayangkan Charlie berdiri; tak mungkin Alice menghasilkan
suara seberisik itu. Keran diputar, airnya menciprat membasahi piring.
Sepertinya mereka tidak akan
membicarakan Edward lagi, maka kuputuskan sekaranglah waktunya bangun.
Aku berbalik, sengaja membuat
pegas sofa berderit. Lalu aku menguap dengan suara keras.
Suara-suara di dapur langsung terdiam. Aku menggeliat
dan mengerang.
"Alice?" panggilku
pura-pura lugu; suaraku yang parau karena tenggorokanku sakit membuat
sandiwaraku semakin meyakinkan.
“Aku di dapur, Bella,” seru
Alice, tak ada tandatanda dalam suaranya bahwa ia curiga aku menguping
pembicaraan mereka tadi. Tapi ia memang pandai menyembunyikan hal-hal semacam
itu.
Charlie harus berangkat saat
itu—ia akan membantu Sue Clearwater mengurus segala sesuatu berkaitan dengan
pemakaman Harry. Ini pasti akan jadi hari yang sangat panjang dan membosankan
seandainya tidak ada Alice. Ia belum mengatakan kapan akan pergi, dan aku juga
tidak bertanya. Aku tahu itu takkan bisa dihindari, tapi aku sengaja tidak mau
memikirkannya. Kami malah mengobrol tentang keluarganya— semua kecuali satu.
Carlisle bekerja shift malam di Ithaca dan mengajar paruh
waktu di Cornell. Esme merestorasi sebuah rumah yang didirikan pada abad
ketujuh belas, sebuah monumen bersejarah, di hutan di utara kota. Emmett dan
Rosalie sempat pergi berbulan madu lagi ke Eropa selama beberapa bulan, tapi
sekarang sudah kembali.
Jasper juga berada di Cornell,
kali ini belajar filosofi. Sementara Alice melakukan beberapa riset pribadi,
berkaitan dengan informasi yang tanpa sengaja kutemukan untuknya musim semi
lalu. Ia berhasil melacak keberadaan rumah sakit jiwa tempatnya menghabiskan
tahun-tahun terakhirnya sebagai manusia. Kehidupan yang tidak diingatnya sama
sekali.
"Namaku dulu Mary Alice
Brandon," Alice bercerita padaku dengan suara pelan.
“Aku punya adik perempuan
bernama Cynthia. Anak perempuannya—keponakanku—masih hidup dan tinggal di
Biloxi.”
“Kau berhasil mengetahui alasan
mereka memasukkanmu ke... tempat itu?” Apa yang membuat orangtua sanggup
melakukan hal seekstrem itu? Walaupun putri mereka bisa melihat hal-hal yang
akan terjadi di masa depan... Alice menggeleng, mata topaz-nya berpikir.
"Tak banyak yang bisa
kutemukan mengenai mereka. Aku meneliti semua koran lama yang disimpan di
mikrofilm. Keluargaku tidak sering disebut-sebut; mereka bukan bagian dari
lingkaran sosial yang diberitakan di koran-koran. Yang ada hanya berita
pertunangan kedua orangtuaku, juga pertunangan Cynthia," Nama itu
diucapkan dengan sikap canggung.
"Kelahiranku juga
diumumkan... begitu juga kematianku. Aku menemukan hiburanku. Aku juga mencuri
formulir pendaftaranku ke rumah sakit jiwa dari arsip lama rumah sakit. Tanggal
aku masuk ke sana dan tanggal di nisanku sama."
Aku tidak tahu harus mengatakan
apa, dan, setelah terdiam sejenak, Alice beralih ke topik-topik lain yang lebih
ringan.
Keluarga Cullen telah berkumpul lagi sekarang, kecuali
satu orang, menghabiskan liburan musim semi di Denali bersama Tanya dan
keluarganya.
Aku mendengarkan dengan penuh
semangat, bahkan kabar-kabar yang paling remeh sekalipun. Alice tak pernah
menyinggung orang yang paling menarik hatiku, dan aku mensyukurinya. Cukuplah
mendengar cerita-cerita tentang keluarga yang dulu aku pernah bermimpi ingin
menjadi bagian darinya.
Charlie baru kembali setelah
hari gelap, dan ia tampak lebih lelah daripada malam sebelumnya. Ia akan
kembali ke reservasi besok pagi-pagi sekali untuk menghadiri pemakaman Harry,
jadi ia tidur lebih cepat. Aku tidur di sofa lagi bersama Alice.
Charlie nyaris terlihat seperti
orang asing saat berjalan menuruni tangga sebelum matahari terbit, mengenakan
setelan jas tua yang tak pernah kulihat sebelumnya. Jasnya dibiarkan tak
dikancing; kurasa pasti karena terlalu sesak sehingga tidak bisa dikancing
Dasinya agak terlalu lebar untuk mode saat ini Ia berjingkat-jingkat ke pintu,
berusaha tidak membangunkan kami.
Kubiarkan ia pergi. Pura-Pura
tidur, seperti yang dilakukan Alice di kursi malas. Begitu Charlie keluar,
Alice langsung duduk tegak. Di bawah selimut, ia berpakaian lengkap.
"Apa yang akan kita
lakukan hari ini?" tanyanya.
"Entahlah—kau melihat hal
menarik yang bakal terjadi?"
Alice tersenyum dan menggeleng.
"Tapi sekarang kan masih
pagi sekali."
Sekian lama menghabiskan waktu di La Push berarti
mengabaikan setumpuk pekerjaan di rumah, jadi aku memutuskan untuk
membereskannya sekarang.
Aku ingin melakukan sesuatu, apa saja, agar hidup
Charlie lebih mudah—mungkin membuatnya senang bila pulang dan menemukan rumah
bersih dan rapi. Aku memulainya dari kamar mandi—ruangan itulah yang paling
menunjukkan tanda-tanda tidak terurus.
Sementara aku bekerja, Alice
bersandar di ambang pintu dan mengajukan pertanyaan remeh tentang, Well, teman-teman SMA kami seru apa saja
yang mereka kerjakan semenjak ia pergi.
Wajahnya tetap tenang dan tanpa
emosi, tapi aku bisa merasakan ketidaksukaannya waktu ia sadar betapa
sedikitnya yang bisa kuceritakan padanya. Atau mungkin itu hanya perasaan
bersalahku setelah menguping pembicaraannya dengan Charlie kemarin pagi.
Aku sedang sibuk berkutat
dengan cairan pembersih, menggosok dasar bak mandi, waktu bel pintu berbunyi.
Aku langsung menoleh pada
Alice, dan ekspresinya terperangah, nyaris waswas, hal yang aneh; Alice tidak
pernah terkejut.
"Sebentar!" seruku ke
pintu depan, berdiri, lalu bergegas ke wastafel untuk membasuh kedua lenganku.
"Bella," kata Alice dengan secercah nada
frustrasi dalam suaranya,
"kurasa aku bisa menebak siapa yang datang itu,
jadi kupikir ada baiknya kalau aku pergi."
"Menebak?" aku
menirukan. Sejak kapan Alice harus menebak sesuatu?
"Bila ini pengulangan dari
ketidakmampuanku melihat masa depan seperti yang terjadi kemarin, maka besar
kemungkinan yang datang itu Jacob Black atau salah seorang... temannya."
Aku menatap Alice, mulai paham.
"Jadi kau tidak bisa
melihat werewolf?" Alice
meringis.
"Sepertinya begitu."
Jelas ia jengkel oleh fakta ini—sangat jengkel. Bel pintu berdering
lagi—berbunyi untuk kedua kalinya, cepat dan tidak sabar.
"Kau tidak perlu pergi ke
mana-mana, Alice. Kau yang lebih dulu berada di sini."
Alice mengumandangkan tawa kecilnya yang merdu itu—
ada nada sinis di sana.
"Percayalah padaku—bukan ide bagus membiarkan aku
berada dalam ruangan yang sama dengan Jacob Black."
Alice mengecup pipiku sekilas sebelum lenyap di balik
pintu kamar Charlie—dan keluar dari jendela kamar bagian belakang, tak
diragukan lagi. Bel pintu kembali berdering.
Penutup Novel Twilight (New Moon) – TAMU Bab 97
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port TAMU Bab 97 ?
keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab
berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab
berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: