Monday, March 14, 2022

Bab 96 Novel Twilight (NEW MOON) – TAMU - Baca Di Sini

Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.

Dalam novel ini Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.

Sebelum kamu membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.

Ok, Silahkan baca novel Twilight (New Moon) Bab 96 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu hadapi.

Baca Novel Twilight – TAMU Bab 96

"Yeah," aku sependapat, dan mengangkat bahu.

"Begitulah kalau habis mengalami peristiwa yang nyaris menyebabkan kematian... Jadi, apa pendapat Carlisle mengenai kedatanganmu ke sini?"

"Dia tidak tahu. Dia dan Esme sedang pergi berburu. Beberapa hari lagi dia kembali."

"Kau tidak akan memberi tahu dia, kan... kalau dia datang lagi nanti?'' tanyaku. Alice tahu yang kumaksud kali ini bukan Carlisle.

"Tidak. Bisa-bisa dia ngamuk nanti," jawab Alice muram. Aku tertawa, kemudian mendesah.

Aku tidak kepingin tidur. Aku ingin berjaga sepanjang malam, mengobrol dengan Alice. Lagi pula, tidak masuk akal bila aku lelah, karena seharian tadi aku tidur di sofa Jacob. Tapi tenggelam benar-benar menguras habis tenagaku, tapi mataku tak mau diajak kompromi.

Kuletakkan kepalaku bahunya yang sekeras batu, dan terhanyut dalam tidur yang lebih tenang daripada yang bisa kuharapkan.

Aku bangun pagi-pagi sekali, dari tidur nyenyak tanpa mimpi, merasa segar bugar tapi kaku. Aku terbaring di sofa, di bawah selimut yang kusiapkan untuk Alice, dan aku bisa mendengarnya mengobrol dengan Charlie di dapur. Kedengarannya Charlie sedang membuatkan sarapan untuknya.

Novel Twilight (NEW MOON)


"Seberapa parah keadaannya, Charlie?" tanya Alice lirih, dan awalnya kukira mereka sedang membicarakan keluarga Clearwater.

Charlie mendesah. "Parah sekali."

"Ceritakan semua padaku. Aku ingin tahu persis apa yang terjadi setelah kami pergi." Sejenak tidak terdengar apa-apa kecuali pintu rak dapur ditutup dan pemantik api di kompor dinyalakan. Aku menunggu, tegang.

"Aku tidak pernah merasa begitu tak berdaya," Charlie memulai lambat-lambat.

"Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Minggu pertama itu— aku sampai mengira mungkin dia perlu dirawat di rumah sakit. Dia tidak mau makan atau minum, juga tidak mau bergerak. Dr. Gerandy bolak-balik menyebut istilah 'katatonik’, tapi aku tidak mengizinkannya menemui Bella. Aku takut itu akan membuatnya ketakutan.”

“Tapi akhirnya dia normal lagi?"

"Aku meminta Renee datang dan membawanya ke Florida. Pokoknya aku tidak mau menjadi orang yang... seandainya dia harus dirawat di rumah sakit atau sebangsanya. Aku berharap tinggal dengan ibunya bisa membantu. Tapi waktu kami mulai mengemasi pakaiannya, tiba-tiba saja dia bangun. Aku pernah melihat Bella mengamuk seperti itu. Dia bukan anak pemarah, tapi, ya ampun, saat itu dia mengamuk habis-habisan. Dia menghamburkan pakaiannya ke mana-mana dan berteriak-teriak, tidak mau disuruh pergi— kemudian akhirnya dia mulai menangis. Menurutku, itulah titik baliknya. Aku tidak membantah waktu dia bersikeras ingin tetap tinggal di sini... dan awalnya dia benar-benar seperti sudah membaik..."

Suara Charlie menghilang. Sulit mendengarnya mencurahkan isi hati seperti ini, tahu betapa aku sudah sangat menyusahkannya.

"Tapi?” desak Alice.

"Dia kembali bersekolah dan bekerja, makan, tidur, dan mengerjakan PR. Dia menjawab bila ditanya. Tapi dia... kosong. Matanya hampa. Banyak hal kecil yang hilang—dia tidak mau mendengarkan musik lagi; aku bahkan pernah menemukan setumpuk CD rusak di tong sampah. Dia tidak membaca; dia tidak mau berada di ruangan yang sama bila TV menyala, meskipun sejak dulu dia memang jarang nonton TV Akhirnya aku mengerti—Bella sengaja menghindar dari segala sesuatu yang mengingatkannya pada... dia. "Kami nyaris tak bisa berbicara; aku sangat khawatir akan mengatakan hal-hal yang bisa membuatnya sedih—hal-hal kecil saja bisa membuatnya kalut—dan dia tidak pernah memulai pembicaraan. Dia baru menjawab bila kutanya. "Dia sendirian terus sepanjang waktu. Tidak pernah membalas telepon teman-temannya, dan setelah beberapa saat, mereka berhenti menelepon.

"Pendek kata, rasanya seperti tinggal dengan mayat hidup. Aku masih mendengar dia menjerit dalam tidurnya...”

Aku nyaris bisa melihatnya bergidik. Aku sendiri juga bergidik waktu ingat. Kemudian aku mendesah. Ternyata aku tidak berhasil memperdaya Charlie dengan berpura-pura terlihat baik-baik saja. Sedikit pun dia tidak terperdaya. "Aku sangat menyesal mendengarnya, Charlie," ucap Alice, nadanya muram.

"Itu bukan salahmu." Cara Charlie mengucapkan hal itu menunjukkan dengan jelas bahwa ia menganggap ada orang yang bertanggung jawab dalam hal itu.

"Sejak dulu kau selalu baik padanya."

"Sepertinya dia sudah lebih baik sekarang"

"Yeah. Sejak dia bergaul dengan Jacob Black, aku melihat banyak kemajuan. Pipinya mulai merona lagi bila dia pulang, matanya juga kembali bercahaya. Dia lebih bahagia." Charlie terdiam sejenak, dan suaranya berbeda waktu berbicara lagi.

"Jacob satu atau dua tahun lebih muda daripada Bella, dan aku tahu dia dulu menganggap Jacob sebagai teman, tapi kurasa mungkin hubungan mereka sekarang lebih daripada itu, atau mengarah ke sana paling tidak." Charlie mengucapkannya dengan nada yang nyaris seperti mengajak perang. Itu peringatan, bukan bagi Alice, tapi agar Alice meneruskannya ke pihak lain.

"Walaupun lebih muda, Jake sangat dewasa," sambung Charlie, nadanya masih defensif.

 "Dia mengurus ayahnya secara fisik seperti Bella mengurus ibunya secara emosional. Itu mendewasakan dia. Anaknya juga tampan—mirip ibunya. Dia cocok dengan Bella," Charlie menandaskan.

"Kalau begitu, untunglah Bella memiliki dia," Alice sependapat.

Charlie mengembuskan napas panjang, merasa tidak punya lawan lagi.

"Oke, kurasa itu terlalu melebih-lebihkan. Entahlah... bahkan meskipun sudah ada Jacob, sesekali aku masih melihat sesuatu di matanya, dan aku bertanya-tanya apakah bisa memahami betapa sakit hatinya sesungguhnya. Itu tidak normal, Alice, dan itu... itu membuatku takut. Sama sekali tidak normal. Tidak seperti... ditinggal seseorang, tapi seolaholah seperti ada yang meninggal.” Suara Charlie pecah.

Memang seperti ada yang meninggal—seolaholah akulah yang meninggal. Karena rasanya lebih

dari sekadar kehilangan seseorang yang merupakan cinta paling sejati dalam hidupku. Tapi juga kehilangan seluruh masa depan, seluruh keluarga— seluruh hidup yang telah kupilih... Charlie melanjutkan ceritanya dengan nada tak berdaya.

"Aku tidak tahu apakah Bella akan bisa melupakannya—aku tak yakin apakah dia bisa pulih dari sesuatu seperti ini. Sejak dulu dia selalu konstan dalam segala hal. Dia bukan tipe orang yang melupakan masa lalu, atau yang bisa berubah pikiran."

"Dia memang berbeda dari yang lain," Alice membenarkan dengan suara kering.

"Dan Alice..." Charlie ragu-ragu sejenak.

"Kau tahu aku sayang padamu, dan bisa kulihat dia senang bisa bertemu lagi denganmu, tapi... aku agak khawatir bagaimana kunjunganmu ini akan berakibat padanya."

“Aku juga begitu, Charlie, aku juga begitu. Aku tidak akan datang seandainya tahu keadaannya seperti ini. Maafkan aku."

“Jangan meminta maaf, Sayang. Siapa yang tahu? Mungkin ini akan berdampak baik baginya."

"Mudah-mudahan kau benar." Lama tidak terdengar suara apa-apa kecuali bunyi garpu menggesek piring dan suara Charlie mengunyah.

Aku bertanya-tanya dalam hati di mana Alice menyembunyikan makanannya.

“Alice, aku harus menanyakan sesuatu padamu," kata Charlie canggung.

Penutup Novel Twilight (New Moon)TAMU Bab 96

Gimana Novel twilight (New Moon) – Port TAMU Bab 96 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.

Selanjutnya
Sebelumnya

0 comments: