Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 91 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – TEKANAN Bab 91
Aku harus menceritakan semua padanya, aku tahu itu.
Hanya itu satu-satunya cara bersikap adil. Aku harus menjelaskannya dengan
benar, supaya ia tahu aku bukannya membuka lembaran baru, bahwa ia terlalu baik
bagiku. Ia sudah tahu
aku hancur, bagian itu tidak
akan membuatnya terkejut, tapi ia harus tahu seberapa parah kerusakannya. Aku
bahkan harus mengakui bahwa aku gila—menjelaskan tentang suara-suara yang
kudengar. Ia perlu mengetahui segalanya sebelum mengambil keputusan. Tapi,
bahkan saat aku menyadari pentingnya kejujuran itu, aku tahu Jacob akan
menerimaku apa adanya. Ia bahkan tidak akan berpikir-pikir lagi.
Aku harus berkomitmen dalam hal
ini— berkomitmen sebanyak yang masih tersisa dalam diriku, memberikan setiap
kepingan yang tersisa.
Itu satu-satunya cara bersikap
adil padanya. Maukah aku? Bisakah?
Salahkah berusaha membuat Jacob
bahagia? Bahkan seandainya cinta yang kurasakan padanya tak lebih dari gema
lemah dari apa yang dulu bisa kulakukan, walaupun hatiku jauh dari sini,
berkelana dan menangisi Romeo-ku yang phinplan, apakah itu salah?
Jacob menghentikan trukku di
depan rumahku yang gelap gulita, mematikan mesin hingga kesunyian tiba-tiba
menyergap. Seperti yang sudah-sudah, tampaknya ia bisa memahami jalan pikiranku
sekarang.
Jacob mengulurkan lengannya yang lain untuk memelukku,
meremukkanku ke dadanya, mendekapku erat-erat. Lagi-lagi, rasanya menyenangkan.
Nyaris seperti manusia utuh lagi.
Kukira Jacob pasti memikirkan
Harry, tapi kemudian saat berbicara, nadanya meminta maaf. "Maaf. Aku tahu
kau tidak merasa seperti yang kurasakan, Bells. Sumpah aku tidak keberatan. Aku
hanya senang kau tidak keberatan aku bisa bernyanyi—padahal itu bukan nyanyian
yang ingin didengar orang." Jacob mengumandangkan tawa sengaunya di
telingaku.
Napasku melejit satu tingkat,
mengamplas dinding-dinding tenggorokanku.
Tidak mungkinkah Edward, meski
terkesan tidak peduli, ingin agar aku bahagia? Tidakkah masih tersisa sedikit
perasaan sayang sebagai teman dalam dirinya untuk menginginkan itu bagiku?
Kurasa pasti masih. Edward tidak mungkin marah padaku karena hal ini:
memberikan secuil cinta yang tidak ia inginkan pada temanku Jacob. Lagi pula,
itu bukan cinta yang sama. Jake menempelkan pipinya yang hangat ke puncak
kepalaku.
Jika aku memalingkan wajahku ke samping— jika aku
menempelkan bibirku ke bahunya yang telanjang... aku tahu benar apa yang akan
terjadi selanjutnya. Mudah sekali.
Tidak perlu ada penjelasan apa-apa malam ini. Tapi
bisakah aku melakukannya? Mampukah aku mengkhianati hatiku yang hampa demi
menyelamatkan hidupku yang menyedihkan? Kupu-kupu menggelepar dalam perutku
saat aku berpikir untuk memalingkan kepala.
Kemudian, sama jelasnya seperti
bila aku berada dalam bahaya besar, suara Edward yang sehalus beledu berbisik
di telingaku.
"Berbahagialah,"
katanya.
Aku langsung membeku.
Jacob merasakan tubuhku
mengejang dan otomatis melepaskan pelukannya, menggapai ke pintu.
Tunggu, aku ingin berseru. Tunggu
sebentar. Tapi aku masih terpaku di tempat, mendengarkan gema suara Edward
dalam kepalaku. Udara yang dingin oleh badai berembus masuk ke truk.
"OH!" Napas Jacob
tersentak keluar, seolah-olah seseorang meninju perutnya.
"Sialan!” Jacob membanting pintu dan memutar kunci mobil pada saat
bersamaan. Kedua tangannya gemetar sangat hebat hingga aku tak tahu bagaimana
ia bisa melakukannya.
"Ada apa?" Jacob
meraungkan mesin terlalu cepat; mesin terbatuk-batuk dan mati.
"Vampir," semburnya.
Darah surut dan kepalaku dan membuatku pening.
"Bagaimana kau tahu?'
"Karena aku bisa menciumnya! Sialan!” Mata Jacob
liar, jelalatan menjelajahi jalanan yang gelap. Tampaknya ia tidak terlalu
menyadari getaran yang menjalari sekujur tubuhnya.
"Berubah atau membawanya pergi dari sini?"
desisnya pada diri sendiri.
Ia menunduk menatapku sekilas,
melihat sorot mataku yang ketakutan dan wajahku yang pucat, kemudian matanya
menyapu jalanan lagi.
"Baiklah. Kubawa kau pergi
dari sini."
Mesin menyala dengan suara
meraung. Ban-ban berdecit saat ia memutar truk ke arah berlawanan, berbalik
menuju satu-satunya tempat kami bisa meloloskan diri. Lampu truk menyapu
trotoar, menerangi bagian depan hutan yang gelap, dan akhirnya memantul pada
mobil yang diparkir di seberang jalan depan rumahku.
"Berhenti!" aku
terkesiap kaget. Itu mobil hitam—mobil yang kukenal. Aku memang paling tidak
tahu apa-apa soal mobil, tapi kalau mobil yang satu itu, aku hafal benar. Itu
Mercedez S55 AMG. Aku tahu berapa tenaga kuda daya mesinnya serta warna
interiornya.
Aku tahu bagaimana rasanya mesin
yang bertenaga itu menderum dari bagian dalamnya. Aku tahu bagaimana aroma jok
kulitnya yang mewah serta bagaimana lapisan kaca filmnya yang ekstra gelap membuat
tengah hari terasa seperti senja dari balik jendela-jendelanya.
Itu mobil Carlisle.
"Berhenti!" pekikku lagi, kali ini lebih
keras, karena Jacob memacu trukku secepat-cepatnya menjauhi jalan.
“Apa?!"
"Itu bukan Victoria.
Berhenti, berhenti! Aku ingin kembali." Jacob menginjak rem begitu dalam
hingga aku terpaksa menahan tubuhku di dasbor agar tidak terbentur.
"Itu mobil Carlisle! Itu
milik keluarga CuUen. Aku kenal mobil itu”. Jacob melihat fajar merekah di
wajahku, dan sekujur tubuhnya berguncang hebat.
"Hei, tenanglah, Jake.
Tidak apa-apa. Tidak ada bahaya, kaulihat? Rileks."
"Yeah, tenang," sahut
Jacob dengan napas terengah-engah, menundukkan kepala dan memejamkan mata.
Sementara ia berkonsentrasi agar tidak meledak menjadi serigala, aku menoleh ke
belakang dan memandangi mobil hitam itu.
Itu hanya Carlisle, kataku pada
diri sendiri.
Jangan berharap lebih. Mungkin
juga Esme...
Hentikan sekarang juga, kataku
pada diri sendiri. Hanya Carlisle. Itu saja sudah luar biasa. Lebih dari yang
kuharapkan akan pernah terjadi lagi.
"Ada vampir di
rumahmu," desis Jacob.
"Tapi kau malah ingin kembali?"
Aku meliriknya, dengan enggan mengalihkan mataku dari
Mercedes itu—takut mobil itu bakal menghilang begitu aku melirik ke tempat
lain.
"Tentu saja," kataku, suaraku hampa karena
terkejut mendengar pertanyaannya. Tentu saja aku ingin kembali.
Penutup Novel Twilight (New Moon) – TEKANAN Bab 91
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port TEKANAN Bab
91 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab
berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab
berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: