Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 84 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – TEKANAN Bab 84
Aku juga merasa terhibur.
"Setidaknya masih ada itu," aku sependapat.
Dan saat kami bersama, semua
baik-baik saja. Tapi ada tugas berat dan berbahaya yang wajib dilakukan Jacob,
jadi aku lebih sering sendirian, terkungkung di La Push demi keamananku
sendiri, tanpa kegiatan yang bisa mengalihkan pikiran dari semua
kekhawatiranku.
Aku merasa canggung karena harus selalu berada di
rumah Billy. Aku belajar untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian Kalkulus
minggu depan, tapi baru sebentar saja aku sudah bosan. Kalau tidak ada hal
pasti yang bisa dikerjakan, aku merasa harus berbasa-basi dengan Billy—tekanan
melakukan etika yang benar dalam bermasyarakat.
Masalahnya, Billy bukan orang yang enak diajak
ngobrol, dan jadilah kecanggungan itu terus berlanjut. Aku mencoba main ke
rumah Emily pada hari Rabu siang, untuk berganti suasana. Awalnya cukup menyenangkan.
Emily periang dan tidak pernah bisa duduk diam. Aku
membuntutinya sementara ia mondar-mandir ke sana kemari di sekeliling rumah dan
halamannya yang kecil mengosek lantai yang bersih tanpa noda, mencabuti
rumput-rumput liar, membetulkan engsel rusak, menenun benang wol dengan alat
tenun kuno, dan selalu saja
memasak. Ia mengeluh sedikit tentang selera makan cowok-cowok itu yang kian
hari kian besar saja, tapi mudah dilihat bahwa ia sama sekali tidak keberatan
mengurus mereka. Bukan hal sulit bergaul dengannya— bagaimanapun, kami
sama-sama cewek serigala sekarang.
Tapi Sam datang setelah aku
berada di sana beberapa jam. Aku hanya bertahan sampai aku memastikan Jacob
baik-baik saja dan bahwa tidak ada kabar apa-apa, dan sesudahnya aku bergegas
pergi. Sulit rasanya menelan aura cinta dan kebahagiaan yang melingkupi mereka
dalam dosis begitu besar, tanpa kehadiran orang lain yang bisa mengencerkannya.
Jadilah aku berkeliaran di
pantai, bolak-balik menyusuri tepi pantai yang berbatu-batu, berulang kali.
Menghabiskan waktu sendirian berdampak buruk bagiku.
Setelah bisa bersikap jujur pada Jacob, aku jadi terlalu banyak membicarakan
dan memikirkan keluarga Cullen.
Tak peduli betapa pun kerasnya aku mencoba mengalihkan
pikiran— padahal banyak yang harus kupikirkan: aku benar-benar sangat khawatir
memikirkan Jacob dan saudara-saudara serigalanya, aku takut memikirkan
keselamatan Charlie dan orang-orang lain yang mengira mereka memburu binatang
aku semakin lama semakin dekat dengan Jacob tanpa pernah secara sadar
memutuskan untuk maju ke arah itu dan aku tak tahu bagaimana menyikapinya—namun
tak satu pun dari semua masalah yang sangat nyata dan sangat layak untuk
dipikirkan itu sanggup mengalihkan pikiranku dari kepedihan di dadaku untuk
waktu yang lama.
Akhirnya, aku bahkan tidak sanggup berjalan lagi,
karena tak bisa bernapas. Aku duduk di sepetak bebatuan yang agak kering dan
meringkuk seperti bola.
Jacob menemukanku dalam keadaan
seperti itu, dan kentara sekali dan ekspresinya bahwa ia mengerti.
“Maaf,” ucapnya langsung. Ia
menarikku dari tanah dan melingkarkan kedua lengannya di pundakku. Baru saat
itulah aku sadar betapa dingin tubuhku. Kehangatannya membuatku bergetar, tapi
setidaknya aku bisa bernapas dengan dia di sana.
"Aku mengacaukan liburan
musim semimu," Jacob menyalahkan diri sendiri sementara kami berjalan lagi
menyusuri pantai.
"Tidak, itu tidak benar.
Aku toh tidak punya rencana apa-apa. Lagi pula, rasanya aku tidak suka liburan
musim semi."
"Besok pagi aku bisa
libur. Yang lain-lain bisa berpatroli tanpa aku. Kita akan melakukan sesuatu
yang menyenangkan."
Kata itu terasa asing dalam
kehidupanku sekarang, nyaris tidak bisa dimengerti. Aneh.
"Menyenangkan?"
"Kau butuh bersenang-senang. Hmm..." Mata
Jacob menerawang ke ombak kelabu yang bergulung-gulung, menimbang-nimbang. Saat
matanya menyapu cakrawala, mendadak ia mendapat ilham.
"Aku tahu!" serunya.
"Ada lagi satu janji yang
harus kutepati."
"Kau ini ngomong apa?”
Jacob melepaskan tanganku dan
menuding ke arah selatan pantai, tempat pantai yang berbentuk bulan sabit itu
berakhir di tebing-tebing laut yang tinggi menjulang. Aku mengikuti arah
pandangnya, tak mengerti.
"Bukankah aku sudah
berjanji akan mengajakmu terjun dari tebing?" Aku bergidik.
"Yeah, memang akan sangat
dingin—tapi tidak sedingin hari ini. Bisa kaurasakan cuaca berubah? Tekanan
udaranya? Besok pasti cuaca akan lebih hangat. Bagaimana, kau mau?"
Air yang gelap kelihatannya
tidak mengundang, dan dilihat dari sini. Tebing-tebing itu bahkan terlihat
lebih tinggi daripada sebelumnya. Tapi sudah berhari-hari aku tak lagi
mendengar suara Edward. Mungkin itu juga bagian dari masalah. Aku kecanduan
suara dari delusiku.
Keadaan jadi memburuk bila aku terlalu lama tidak
mendengar suara itu. Terjun dari tebing pasti bisa memulihkan keadaan. “Jelas
tentu aku mau. Asyik." “Kalau begitu kita kencan," kata Jacob,
menyampirkan lengannya di pundakku.
"Oke—sekarang kau harus
tidur." Aku tidak suka melihat lingkaran hitam di bawah matanya mulai
tampak terukir permanen di kulitnya.
Aku bangun pagi-pagi sekali
keesokan harinya dan menyelundupkan baju ganti ke mobil. Firasatku mengatakan
Charlie tidak bakal menyetujui rencana hari ini, sama seperti ia tidak akan
menyetujui rencana sepeda motor itu. Gagasan melupakan sejenak semua
kekhawatiranku membuatku nyaris merasa bersemangat.
Mungkin memang akan
menyenangkan. Kencan dengan Jacob, kencan dengan Edward... Aku tertawa pahit.
Boleh saja Jake berkata kami pasangan yang kacau—tapi akulah sesungguhnya yang
benar-benar kacau.
Aku membuat werewolf terkesan sangat normal. Aku mengira Jacob bakal menungguku
di depan rumah, seperti yang biasa ia lakukan setiap kali suara mesin trukku
yang berisik mengabarkan kedatanganku. Ketika dia tidak muncul aku mengira dia
masih tidur.
Aku akan menunggu – memberinya kesempatan
beristirahat sebanyak mungkin. Dia butuh istirahat, sekaligus menunggu cuaca
sedikit lebih menghangat.
Perkiraan Jake ternyata benar;
cuaca berubah semalam. Gumpalan awan tebal kini menggelantung di atmosfer,
membuat udara nyaris lembab; di bawah "selimut" kelabu itu, hawa
panas dan pengap.
Kutinggalkan sweterku di truk.
Kuketuk pintu pelan-pelan.
Penutup Novel Twilight (New Moon) – TEKANAN Bab 84
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port TEKANAN Bab
84 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab
berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab
berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.