Friday, March 11, 2022

Bab 83 Novel Twilight (NEW MOON) – TEKANAN - Baca Di Sini

Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.

Dalam novel ini Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.

Sebelum kamu membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.

Ok, Silahkan baca novel Twilight (New Moon) Bab 83 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu hadapi.

Baca Novel Twilight – TEKANAN Bab 83

Sam tak bisa menguasai amarahnya satu detik saja... dan saat itu Emily terlalu dekat dengannya.

Dan sekarang, tak ada yang bisa ia lakukan untuk memperbaikinya. Aku bisa mendengar pikiranpikiran Sam – aku tahu bagaimana rasanya...

"Siapa sih yang ingin menjadi mimpi buruk, menjadi monster?”

"Kemudian, melihat betapa mudahnya aku melakukan semua itu, bahwa aku lebih hebat daripada mereka semua—apakah itu berarti aku kurang manusia dibandingkan Embry atau Sam? Kadang-kadang aku takut kehilangan diri sendiri."

"Apakah itu sulit? Menemukan dirimu lagi?"

"Awalnya," jawab Jacob.

"Butuh latihan untuk bisa berubah-ubah. Tapi lebih mudah bagiku."

"Mengapa?" tanyaku heran.

"Karena Ephraim Black kakek ayahku, dan Quil Ateara kakek ibuku."

"Quil?" tanyaku bingung.

"Kakek buyut Billy," Jacob menjelaskan.

"Quil yang kaukenal itu sepupu jauhku."

“Tapi mengapa penting sekali siapa kakek buyutmu?"

"Karena Ephraim dan Quil tergabung dalam kawanan terakhir. Levi Uley anggota ketiga. Jadi aku mewarisinya dari kedua pihak. Aku tidak mungkin bisa berkelit. Begitu juga Quil." Ekspresi Jacob muram.

Novel Twilight (NEW MOON)


"Bagian apa yang terbaik?" tanyaku, berharap bisa membuatnya gembira.

"Bagian terbaik." ujarnya, tiba tiba tersenyum lagi,

"adalah kecepatannya."

"Lebih cepat daripada naik motor?" Jacob mengangguk, antusias.

"Tak ada tandingannya."

"Seberapa cepat kau bisa...?"

"Berlari?" Jacob menyelesaikan pertanyaanku.

"Lumayan cepat. Aku bisa mengukurnya dengan apa, ya? Kami berhasil menangkap... siapa namanya? Laurent? Aku yakin kau pasti bisa lebih memahami hal itu dibandingkan orang lain."

Itu benar. Aku tidak bisa membayangkan hal itu—serigala berlari lebih cepat daripada vampir. Kalau keluarga Cullen berlari, mereka semua jadi tak terlihat saking cepatnya.

“Nah, sekarang giliranmu menjelaskan sesuatu yang tidak aku ketahui," kata Jacob.

"Sesuatu tentang vampir. Bagaimana kau bisa tahan, berdekatan dengan mereka? Apakah kau tidak takut?"

"Tidak," jawabku tajam.

Nadaku membuatnya berpikir sebentar.

"Katakan, mengapa pengisap darahmu membunuh si James itu?" tanyanya tiba-tiba.

"James mencoba membunuhku—dia menganggapnya permainan. Dia kalah. Ingatkah kau musim semi lalu waktu aku masuk rumah sakit di Phoenix?"

Jacob terkesiap kaget. "Dia sudah sedekat itu?"

"Amat, sangat dekat." Kuelus bekas lukaku. Jacob melihatnya, karena ia memegangi tangan yang kugerakkan.

"Apa itu?" Ia mengganti tangan, mengamati tangan kananku.

"Ini bekas lukamu yang aneh itu, yang dingin." Diamatinya bekas itu lebih dekat, dengan pemahaman baru, dan terkesiap.

“Ya, dugaanmu tepat," kataku.

"James menggigitku." Mata Jacob membelalak, dan wajahnya berubah jadi kekuningan di balik permukaannya yang cokelat kemerahan.

Tampaknya ia nyaris muntah.

"Tapi kalau dia menggigitmu...? Bukankah seharusnya kau menjadi...?" Ia tersedak.

"Edward menyelamatkanku dua kali," bisikku.

"Dia mengisap racun itu dari dalam tubuhku—kau tahu kan, seperti mengisap bisa ular." Aku mengejang saat kepedihan itu melesat menjalari pinggir lubang.

Tapi bukan aku satu-satunya yang mengejang. Aku bisa merasakan tubuh Jacob bergetar di sampingku. Bahkan mobil pun sampai berguncang-guncang.

"Hati-hati, Jake. Tenang. Tenangkan dirimu."

"Yeah," ia terengah-engah.

"Tenang." Ia menggoyangkan kepalanya ke depan dan ke belakang dengan gerak cepat. Sejurus kemudian, hanya tangannya yang bergoyang.

"Kau baik-baik saja?"

"Yeah, hampir. Ceritakan hal lain. Beri sesuatu yang berbeda untuk dipikirkan."

"Apa yang ingin kauketahui?"

"Entahlah." Jacob memejamkan mata, berkonsentrasi,

"Tentang kelebihan-kelebihan mereka. Apakah ada anggota keluarga Cullen lain yang memiliki... bakat khusus? Misalnya membaca pikiran?"

Sejenak aku ragu. Rasanya ini pertanyaan yang akan ditanyakan Jacob pada mata-mata, bukan temannya. Tapi apa gunanya menyembunyikan apa yang kuketahui? Itu toh tidak berarti apa-apa lagi sekarang, lagi pula itu bisa membantunya mengendalikan diri.

Maka aku pun cepat-cepat berbicara, dengan bayangan wajah rusak Emily menghantui pikiran, dan bulu kudukku meremang di kedua lenganku. Tak terbayangkan olehku bagaimana bila serigala berbulu merah-cokelat itu mendadak muncul di dalam Rabbit ini—bisa-bisa seluruh garasi ini porak-poranda bila Jacob berubah wujud sekarang.

"Jasper bisa... sedikit mengendalikan emosi orang-orang di sekitarnya. Bukan dalam arti negatif, hanya menenangkan orang, semacam itu. Mungkin itu akan sangat membantu Paul," aku menambahkan, sedikit menyindir.

"Sementara Alice bisa melihat hal-hal yang akan terjadi. Masa depan, begitulah, meski tidak persis benar. Hal-hal yang dia lihat bisa berubah bila seseorang mengubah jalan yang sedang mereka lalui..." Seperti waktu dia melihatku sekarat... dan dia melihatku menjadi seperti mereka.

Dua hal yang ternyata tidak terjadi. Dan tidak akan pernah terjadi. Kepalaku mulai pening—rasanya aku tak bisa mengisap cukup banyak oksigen dari udara.

Tidak ada paru-paru. Jacob sudah bisa menguasai diri sepenuhnya, tubuhnya diam tak bergerak di sampingku.

"Mengapa kau selalu melakukan itu?" tanyanya. Ia menarik pelan satu lenganku, yang mendekap dada, kemudian menyerah waktu aku bersikeras tak mau melepaskannya. Aku bahkan tak sadar tanganku telah mendekap dada.

"Kau selalu berbuat begitu setiap kali kau merasa sedih. Mengapa?"

"Sakit rasanya memikirkan mereka," bisikku.

"Rasanya aku tak bisa bernapas... seolah-olah aku pecah berkeping-keping..." Sungguh aneh betapa banyaknya yang bisa kuungkapkan pada Jacob sekarang. Tak ada lagi rahasia di antara kami. Jacob mengelus-elus rambutku.

"Sudahlah, Bella, sudahlah. Aku tidak akan mengungkitnya lagi. Maafkan aku."

"Aku tidak apa-apa." Aku terkesiap.

“Itu sudah biasa. Bukan salahmu.”

"Benar-benar pasangan yang kacau ya, kita ini?” sergah Jacob.

"Tak seorang pun di antara kita bisa mempertahankan kondisi normal."

"Menyedihkan," aku sependapat, masih belum bisa bernapas.

"Setidaknya kita masih memiliki satu sama lain," kata Jacob, jelas-jelas merasa terhibur oleh pemikiran itu.

Penutup Novel Twilight (New Moon)TEKANAN Bab 83

Gimana Novel twilight (New Moon) – Port TEKANAN Bab 83 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.

Selanjutnya
Sebelumnya

0 comments: