Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 82 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – TEKANAN Bab 82
15. TEKANAN
LIBURAN musim semi lagi di
Forks. Saat terbangun Senin pagi, aku berbaring di tempat tidur beberapa detik,
mencerna hal itu. Pada liburan musim semi tahun lalu, aku juga diburu vampir.
Mudah-mudahan ini tak lantas menjadi semacam tradisi.
Sebentar saja aku sudah terbiasa dengan pola kehidupan
di La Push. Kebanyakan aku melewatkan hari Minggu di pantai, sementara Charlie
nongkrong dengan Billy di rumah keluarga Black. Aku dikira sedang bersama
Jacob, tapi berhubung banyak yang harus dilakukan Jacob, jadilah aku
berkeliaran sendirian, merahasiakannya dari Charlie.
Saat mampir untuk mengecek
keadaanku, Jacob meminta maaf karena sering meninggalkanku. Menurutnya,
jadwalnya tidak selalu segila ini. tapi sampai Victoria bisa dihentikan,
serigala-serigala itu harus tetap waspada penuh.
Saat kami berjalan jalan
menyusur tepi pantai sekarang, Jacob selalu menggandeng tanganku. Ini membuatku
berpikir tentang komentar Jared tempo hari, tentang Jacob yang melibatkan
“ceweknya". Kurasa memang begitulah yang tampak dari luar.
Selama Jake dan aku tahu
bagaimana status sebenarnya hubungan kami, tak seharusnya aku membiarkan
asumsi-asumsi semacam itu mengganggu pikiranku. Dan mungkin memang tidak akan
mengganggu, kalau saja aku tidak tahu Jacob akan sangat senang bila hubungan
kami menjadi seperti yang disangka orang.
Tapi berhubung gandengan
tangannya terasa menyenangkan karena membuat tanganku hangat, aku pun tidak
memprotes. Aku bekerja pada hari Selasa sore—Jacob mengikutiku dengan motornya
untuk memastikan aku sampai di sana dengan selamat—dan itu tak luput dari
perhatian Mike.
“Kau berkencan dengan cowok
dari La Push itu, ya? Yang kelas dua itu?" tanya Mike, tak mampu
menyembunyikan perasaan tak suka dalam nada suaranya.
Aku mengangkat bahu.
"Tidak dalam arti teknis. Tapi aku memang
menghabiskan sebagian besar waktuku dengan Jacob. Dia sahabatku."
Mata Mike menyipit licik.
"Jangan tipu dirimu sendiri, Bella. Cowok itu tergila-gila padamu."
"Memang," aku
mendesah.
"Hidup memang rumit."
"Dan cewek-cewek itu
kejam," geram Mike pelan.
Kurasa mudah saja berasumsi
demikian.
Malam itu Sam dan Emily bergabung
dengan Charlie dan aku, menikmati hidangan pencuci mulut di rumah Billy. Emily
membawa kue yang sanggup meluluhkan hati lelaki mana pun yang bahkan lebih
keras daripada Charlie.
Bisa kulihat, melalui obrolan
yang mengalir lancar mengenai berbagai topik, bahwa kekhawatiran Charlie
tentang geng di La Push mulai mencair. Jake dan aku menyingkir ke luar, agar
lebih leluasa mengobrol. Kami pergi ke garasinya dan duduk di dalam Rabbit.
Jacob menyandarkan kepala, wajahnya lesu karena lelah.
"Kau butuh tidur,
Jake."
"Nanti juga bisa."
Jacob mengulurkan tangan dan
meraih tanganku. Kulitnya terasa sangat panas di kulitku.
"Apakah itu juga salah satu
kekhasanmu sebagai werewolf?"
tanyaku.
"Tubuh yang panas,
maksudku."
"Yeah. Suhu tubuh kami memang sedikit lebih panas
daripada manusia normal. Sekitar 42-43 derajat. Aku tidak pernah kedinginan
lagi. Aku bisa tahan dalam kondisi begini"—ia mengibaskan tangan,
menunjukkan kondisinya yang bertelanjang dada—
"di tengah badai salju dan tidak merasa apa-apa.
Kepingan es langsung mencair begitu mengenai tubuhku."
"Dan kalian semua pulih
dengan cepat—itu juga kekhasan kalian sebagai werewolf?"
"Yeah, mau lihat? Keren
sekali lho." Mata Jacob terbuka dan ia nyengir.
Tangannya merogoh-rogoh ke
dalam laci mobil. Sejurus kemudian tangannya keluar lagi, menggenggam pisau
lipat.
"Tidak, aku tidak mau
melihat!" teriakku begitu menyadari apa yang ada di benak Jacob.
"Singkirkan benda
itu!"
Jacob terkekeh, tapi
mengembalikan pisau itu ke tempat semula.
"Baiklah. Untung juga kami
cepat pulih. Kau kan tidak bisa menemui dokter bila suhu tubuhmu setinggi kami,
karena manusia normal pasti sudah mati.”
"Ya, benar juga." Aku
memikirkan hal itu sebentar.
"Dan bertubuh sangat
besar—itu juga salah satu kekhasan kalian? Apakah karena itu kalian semua
mengkhawatirkan Quil?"
"Itu dan fakta bahwa kakek
Quil mengatakan anak itu bisa mengoreng telur di dahinya.” Wajah Jacob
memperlihatkan ekspresi tak berdaya.
Takkan lama lagi. Tidak ada batasan umur yang tepat...
pokoknya seseorang akan semakin besar dan semakin besar lalu tiba-tiba—"
Jacob menghentikan kata-katanya dan sejurus kemudian baru bisa bicara lagi.
"Terkadang, kalau kau merasa sangat marah atau sebangsanya, itu bias
memicu perubahan lebih cepat. Padahal aku tidak sedang marah mengenai
sesuatu—aku malah sedang bahagia!” Jacob tertawa getir.
"Karena kau, sebagian besar. Itulah sebabnya ini
tidak terjadi lebih cepat padaku. Malah semakin membesar dalam diriku—membuatku
jadi seperti bom waktu. Tahukah kau apa yang memicuku jadi berubah? Aku pulang
dari nonton film dan kata Billy aku terlihat aneh. Hanya itu, tapi aku langsung
emosi. Kemudian aku—aku meledak. Aku sampai nyaris mengoyak-ngoyak
wajahnya—ayahku sendiri!" Jacob bergidik, wajahnya memucat. "Separah
itukah, Jake?" tanyaku waswas, berharap aku bisa membantunya.
"Apakah kau merana?"
"Tidak, aku tidak
merana," jawabnya.
"Tidak lagi. Tidak karena
sekarang kau sudah tahu. Rasanya berat sekali, sebelum ini," Ia
mencondongkan tubuhnya sehingga pipinya menempel di puncak kepalaku.
Sejenak ia terdiam, dan aku
bertanya-tanya dalam hati apa yang sedang ia pikirkan. Mungkin aku tak ingin
mengetahuinya.
"Apa bagian yang paling
sulit?" bisikku, masih berharap bisa membantu.
"Bagian tersulit adalah
merasa... tidak memiliki kendali," jawabnya lambat-lambat.
"Merasa seolaholah aku tak
yakin pada diri sendiri – seperti misalnya kau tidak seharusnya berdekatan
denganku, bahwa tak seorang pun seharusnya berdekatan denganku. Seolah-olah aku
ini monster yang akan mencederai orang lain. Lihat saja Emily.
Penutup Novel Twilight (New Moon) – TEKANAN Bab 82
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port TEKANAN Bab
82 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab
berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab
berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: