Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 78 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – KELUARGA Bab 78
"Yang satu ini
selamat," kata Embry, mengacungkan kets putih.
"Jadi Jake bisa
melompat-lompat," imbuhnya sambil tertawa.
Jared mulai mengumpulkan
cabikan-cabikan kain dari tanah.
"Bisa tolong ambilkan
sepatu Sam? Yang lain-lain akan langsung dibuang ke tong sampah."
Embry menyambar sepatu-sepatu itu, lalu berlari-lari
kecil ke tempat Sam menghilang tadi. Sejurus kemudian ia muncul lagi dengan
jins dipotong pendek tersampir di lengan. Jared mengumpulkan cabikan-cabikan
pakaian Jacob dan Paul. Mendadak ia seperti teringat padaku. Ia memandangiku
dengan saksama, menilai.
"Hei, kau tidak mau pingsan atau muntah atau
sebangsanya, kan?" desaknya.
“Rasanya tidak,” jawabku
terkesiap.
“Kau kelihatan agak pucat.
Mungkin sebaiknya kau duduk.”
“Oke,” gumamku. Untuk kedua
kalinya pagi itu, aku menyurukkan kepalaku di antara lutut.
"Jake seharusnya memperingatkan
kami," keluh Embry.
“Seharusnya dia tidak mengajak
ceweknya. Memangnya apa yang dia harapkan bakal terjadi?”
“Well, ketahuan deh kalau kita serigala," desah
Embry. "Hebat, Jake."
Aku menengadahkan wajah dan
memelototi kedua cowok yang sepertinya menganggap semua ini masalah kecil.
"Kalian sama sekali tidak
khawatir memikirkan keselamatan mereka?" tuntutku.
Embry mengerjapkan mata satu
kali, terkejut.
"Khawatir? Mengapa?"
"Bisa-bisa mereka saling
melukai!" Embry dan Jared tertawa terbahak-bahak.
"Aku justru berharap Paul
berhasil menggigitnya," sergah Jared.
"Biar tahu rasa dia."
Aku langsung pucat.
"Hah, yang benar saja!" Embry tidak
sependapat.
"Kau lihat tidak Jake tadi? Begitu dilihatnya
Paul lepas kendali, dia hanya butuh waktu, berapa, setengah detik untuk
menyerang? Anak itu benarbenar berbakat."
"Paul sudah lebih lama
bertarung. Taruhan sepuluh dolar, dia pasti berhasil meninggalkan bekas luka di
tubuh Jake."
“Taruhan diterima. Jake sangat
alami. Paul tidak bakal punya kesempatan." Mereka bersalaman, nyengir.
Aku berusaha menghibur diri
melihat sikap mereka yang seolah tak peduli, tapi aku tak sanggup mengenyahkan bayangan brutal serigalaserigala yang bertarung
itu dari kepala ku. Perutku mulas, perih dan kosong, kepalaku berdenyutdenyut
karena khawatir.
"Ayo kita ke rumah Emily.
Dia pasti sudah menyiapkan makanan." Embry menunduk memandangiku.
"Keberatan tidak mengantar
kami ke sana?"
"Tidak masalah,"
jawabku dengan suara tercekik.
Jared mengangkat sebelah alis.
"Mungkin sebaiknya kau
saja yang nyetir, Embry. Dia masih kelihatan seperti mau muntah."
"Ide bagus. Mana
kuncinya?" Embry bertanya padaku.
"Masih di lubangnya."
Embry membuka pintu penumpang.
"Naiklah," katanya dengan nada riang,
mengangkatku dengan sebelah tangan dan mendudukkanku di jok mobil. Diamatinya
ruang kosong yang tersisa di kabin depan.
"Kau terpaksa duduk di bak belakang" katanya
pada Jared.
"Tidak apa-apa. Soalnya
aku gampang jijik. Aku tidak mau berada di dalam sana kalau dia muntah
nanti."
"Aku berani bertaruh dia
lebih kuat daripada itu. Dia kan bergaul dengan vampir."
“Lima dolar?" tanya Jared.
"Beres. Aku jadi merasa
tidak enak, mengambil uangmu seperti ini."
Embry naik dan menyalakan mesin
sementara Jared melompat cekatan ke bak belakang. Begitu pintu ditutup, Embry
bergumam padaku,
"Jangan muntah, oke? Aku
cuma punya sepuluh dolar, dan
kalau Paul menggigit
Jacob..."
"Oke." Bisikku, Embry
menjalankan truk. mengantar kami kembali ke perkampungan.
"Hei. bagaimana cara Jake
mengakali aturan itu?”
"'Mengakali... apa?"
"Eh, perintah itu. Kau
tahu, untuk tidak membocorkan rahasia. Bagaimana cara dia memberi tahu hal ini
padamu?"
"Oh, itu," kataku,
ingat bagaimana Jacob berusaha keras menahan keinginan untuk membeberkan hal
sebenarnya padaku semalam.
"Dia tidak mengatakan
apa-apa. Aku bisa menebak dengan benar."
Embry mengerucutkan bibir,
tampak terkejut.
"Hmm. Kurasa boleh juga
kalau begitu."
"Kita mau ke mana?"
tanyaku.
"Ke rumah Emily. Dia pacar
Sam... bukan, sekarang sudah tunangannya, kurasa. Mereka akan menemui kami di
sana setelah Sam berhasil melerai mereka. Dan setelah Paul dan Jake berhasil
mendapat baju lagi, kalau masih ada baju
Paul yang tersisa."
"Apakah Emily tahu
tentang...?"
“Yeah. Dan hei, jangan
memandangi dia terus, ya? Sam bakal marah."
Aku mengerutkan kening padanya.
"Kenapa aku ingin memandanginya terus?"
Embry tampak tidak enak hati.
"Seperti yang kaulihat barusan tadi, ada risikonya bergaul dengan werewolf Ia buru-buru mengubah topik.
"Hei, kau tidak marah kan, soal si pengisap darah berambut hitam yang di
padang rumput itu? Kelihatannya dia bukan temanmu, tapi..."
Embry mengangkat bahu.
"Tidak, dia bukan temanku."
"Baguslah. Kami tidak mau memulai sesuatu,
melanggar kesepakatan, kau tahu."
"Oh ya, Jake pernah bercerita tentang kesepakatan
itu, dulu sekali. Kenapa membunuh Laurent berarti melanggar kesepakatan?”
"Laurent," Embry mengulangi, mendengus,
seolah-olah geli vampir itu memiliki nama.
"Well,
teknisnya sih, kami membuat kesepakatan itu dengan keluarga Cullen. Kami tidak
boleh menyerang salah seorang di antara mereka, keluarga Cullen, setidaknya, di
luar tanah kami— kecuali mereka lebih dulu melanggar kesepakatan. Kami tidak
tahu si pengisap darah berambut hitam itu kerabat mereka atau bukan.
Kelihatannya kau mengenalnya."
"Mereka melanggar
kesepakatan kalau melakukan apa?"
"Kalau mereka menggigit
manusia. Jake tidak mau menunggu sampai sejauh itu."
"Oh. Eh, trims. Aku senang
kalian tidak menunggu sampai dia menggigitku."
"Sama-sama." Embry
terdengar seperti bersungguh-sungguh.
Embry mengemudikan truk hingga
melewati rumah yang terletak paling timur di sisi jalan raya sebelum berbelok
memasuki sepotong jalan tanah yang sempit, "Trukmu lamban,” komentarnya.
"Maaf."
Di ujung jalan tampak rumah
mungil yang dulu berwarna abu-abu. Hanya ada satu jendela sempit di samping
pintu biru yang sudah kusam dimakan cuaca, tapi kotak jendela bawahnya penuh
bunga marigold jingga dan kuning
cerah, memberi kesan ceria pada rumah itu.
Embry membuka pintu mobil dan
menghirup udara dalam-dalam. “Mmmm, Emily sedang memasak."
Jared melompat turun dan bak belakang dan langsung
menuju pintu, tapi Embry menghentikannya dengan meletakkan tangan di dadanya.
Ia menatapku dengan penuh arti dan berdeham-deham.
“Aku tidak bawa dompet,"
dalih Jared.
"Tidak apa-apa. Aku tidak
akan lupa." Mereka menaiki satu undakan dan masuk ke rumah tanpa mengeruk
pintu. Aku mengikuti dengan malu-malu.
Ruang depan, seperti halnya rumah Billy, sebagian besar
berupa dapur. Seorang wanita muda, berkulit sehalus satin berwarna tembaga dan
rambut lurus panjang berwarna hitam seperti bulu gagak, berdiri di konter dekat
bak cuci piring, mengeluarkan kue-kue muffin dari loyang dan menaruhnya di
piring kertas. Sesaat aku sempat mengira alasan Embry mengatakan padaku untuk
tidak memandanginya adalah karena gadis itu sangat cantik.
Penutup Novel Twilight (New Moon) – KELUARGA Bab 78
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port KELUARGA Bab
78 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab
berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab
berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: