Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 77 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – KELUARGA Bab 77
14. KELUARGA
AKU mengkeret di samping Jacob,
mataku menyapu hutan, mencari werewolf lain.
Ketika mereka muncul, melangkah keluar dari sela-sela pepohonan, penampilan
mereka tak seperti yang kuharapkan.
Sejak tadi, yang ada dalam
pikiranku hanyalah bayangan para serigala. Tapi yang kulihat ini adalah empat
cowok setengah telanjang bertubuh sangat besar.
Sekali lagi, mereka
mengingatkanku pada kakak-beradik, kembar empat. Dari cara mereka berjalan yang
nyaris sinkron satu sama lain, berdiri di seberang jalan di depan kami,
bagaimana mereka semua memiliki otot-otot yang panjang dan liat di bawah kulit
yang sama-sama cokelat kemerahan, rambut hitam mereka sama-sama dipangkas
pendek, serta bagaimana ekspresi mereka mendadak berubah pada saat yang tepat
sama.
Awalnya mereka datang dengan sikap ingin tahu dan
hati-hati. Tapi begitu melihatku di sana, separo tersembunyi di samping Jacob,
amarah mereka langsung meledak pada detik yang sama.
Sam masih yang paling besar,
walaupun Jacob sebentar lagi bakal menyainginya. Sam sudah tidak bisa lagi
disebut remaja. Wajahnya sudah lebih tua – bukan berarti sudah keriput atau ada
tandatanda penuaan, tapi dalam hal kematangan, serta ekspresi sabarnya.
“Apa yang kaulakukan, Jacob?”
tuntutnya.
Salah seorang di antara mereka,
yang tidak kukenal—Jared atau Paul—merangsek melewati Sam dan langsung
menyemprot Jacob sebelum ia bisa membela diri.
"Mengapa kau tidak bisa
mengikuti aturan, Jacob?" teriaknya, mengangkat kedua tangannya
ke udara. "Apa sih yang
kaupikirkan? Apakah dia lebih penting daripada segalanya—daripada seluruh suku?
Daripada orang-orang yang bakal terbunuh?”
"Dia bisa membantu,"
jawab Jacob pelan.
"Membantu!" teriak
cowok yang marah itu. Kedua lengannya mulai gemetar.
"Oh, mana mungkin! Aku
yakin si pencinta lintah itu setengah mati ingin membantu kita!"
“Jangan bicara tentang dia
seperti itu!" Jacob balas berteriak, tersinggung mendengar sindiran itu.
Sekujur tubuh cowok itu bergetar hebat, mulai dari
bahu hingga ke punggung.
"Paul! Tenang!" Sam memerintahkan.
Paul menggerakkan kepala ke
belakang dan ke depan, bukan membantah, tapi seolah-olah seperti berusaha
berkonsentrasi.
“Ya ampun, Paul," gerutu
salah seorang di antara mereka— mungkin Jared.
"Kendalikan dirimu."
Paul memuntir kepalanya ke arah
Jared, bibirnya menekuk ke belakang dengan sikap kesal. Lalu ia beralih
menatapku garang. Jacob maju selangkah untuk menamengiku. Tindakannya itu
justru membuat amarah Paul semakin menjadi-jadi.
"Betul sekali, lindungi
dia!" raung Paul marah.
Tubuhnya kembali bergetar,
berguncang hebat, dan kepala sampai kaki Ia mengedikkan kepalanya, geraman
terlontar dari sela-sela giginya. "Paul!" Sam dan Jacob berteriak
berbarengan. Paul seperti terjungkal ke depan, tubuhnya bergetar dahsyat.
Sebelum tubuhnya mencium tanah, terdengar suara robekan keras, dan tubuh cowok
itu meledak.
Bulu-bulu perak gelap menyembur keluar dari tubuhnya,
mengubahnya menjadi makhluk yang lima kali lebih besar daripada ukuran
sebenarnya—makhluk itu sangat besar dan berdiri dengan sikap membungkuk, siap
menerkam. Moncong serigala itu tertarik ke belakang, menampakkan gigi-giginya,
dan sebuah geraman lagi menggemuruh dari dadanya yang besar. Bola
matanya yang gelap dan
berapi-api terpaku padaku.
Detik itu juga Jacob berlari
menyeberang jalan, langsung menghampiri monster itu. "Jacob!"
jeritku.
Setengah jalan, sekujur tubuh
Jacob bergetar hebat. Ia melompat maju, menerjang dalam posisi kepala lebih
dulu ke udara yang kosong. Diiringi suara robekan nyaring, Jacob juga
meledak. Ia
meledak keluar dari kulitnya— cabikancabikan kain hitam dan Putih terpental ke
udara.
Kejadiannya
begitu cepat hingga seandainya aku berkedip, seluruh proses transformasi itu
pasti akan luput dari penglihatanku.
Sedetik
sebelumnya Jacob melompat tinggi ke udara, derik berikutnya ia sudah berubah
menjadi serigala cokelat kemerahan—sangat besar hingga rasanya tak masuk akal bagiku
bagaimana makhluk sebesar itu bisa berada di dalam diri Jacob— menerkam monster
berbulu perak yang merunduk. Jacob membungkam serangan si werewolf dengan langsung
menerkam kepalanya.
Geramangeraman marah bergema
seperti halilintar memantul di pepohonan.
Cabikan-cabikan kain hitam dan
putih—sisasisa pakaian Jacob jatuh ke tanah tempat ia menghilang tadi.
“Jacob!" jeritku lagi, terhuyung-huyung maju.
"Tetaplah di tempatmu, Bella," Sam
memerintahkan. Sulit mendengar suaranya di antara raungan dua serigala yang
sedang bertarung. Keduanya saling menggigit dan merobek, gigi mereka yang tajam
saling mengarah ke tenggorokkan masing-masing. Serigala Jacob tampaknya berada
di atas angin—tubuhnya jelas lebih besar daripada serigala yang lain, dan
kelihatannya juga lebih kuat. Ia memukulkan bahunya berkali-kali ke tubuh si
serigala abu-abu, memukul mundur ke arah hutan.
"Bawa Bella ke rumah Emily," teriak Sam pada
yang lain, yang menonton pertarungan itu dengan asyik.
Jacob berhasil mendorong serigala kelabu itu keluar
dari jalan, dan mereka lenyap ke balik hutan, walaupun geraman-geraman mereka
masih terdengar nyaring. Sam lari mengejar mereka, menendang sepatunya hingga
terlepas sambil berlari. Saat melesat memasuki pepohonan, sekujur tubuhnya
bergetar dari kepala sampai kaki.
Geraman dan suara moncong
dikatupkan dengan keras berangsur-angsur lenyap. Tiba-tiba suara itu hilang
sama sekali dan jalanan langsung lengang.
Salah satu cowok itu tertawa.
Aku menoleh dan menatapnya–mataku yang membelalak terasa membeku, seakan-akan
aku tak bisa mengerjapkan mata.
Cowok itu sepertinya menertawakan ekspresiku.
"Well,
jarang-jarang kan, kau melihat yang seperti itu," tawanya terkekeh-kekeh.
Samar-samar aku mengenali wajahnya—lebih kurus daripada yang lain... Embry Call.
"Kalau aku sih sudah
sering," sergah cowok yang lain, Jared, menggerutu.
"Setiap hari, malah."
"Ah, Paul kan tidak setiap
hari lepas kendali seperti tadi," sergah Embry tak setuju, sambil terus
nyengir. "Mungkin dua dalam tiga kali kesempatan."
Jared berhenti untuk memungut
sesuatu yang berwarna putih dari tanah. Ia mengacungkannya pada Embry; benda
ini menggelantung lemas di tangannya.
"Hancur sama sekali,"
kata Jared.
"Padahal kata Billy, ini
sepatu terakhir yang bisa dibelinya— kurasa mulai sekarang Jacob harus
bertelanjang kaki."
Penutup Novel Twilight (New Moon) – KELUARGA Bab 77
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port KELUARGA Bab
77 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab
berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab
berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: