Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 76 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – PEMBUNUH Bab 76
Begini, saat kami menjadi
serigala, kami bisa... saling mendengar." Alisku bertaut bingung.
"Bukan mendengar
suara-suara," sambung Jacob,
"tapi kami bisa
mendengar... pikiran— setidaknya pikiran masing-masing—tak peduli betapa pun
jauhnya kami. Itu sangat membantu bila kami berburu, namun di luar itu, justru
terasa mengganggu. Memalukan – membuat kita jadi tidak punya rahasia. Aneh,
ya?”
“Jadi itu yang kaumaksud
semalam, waktu kauhilang kau akan memberitaku mereka bahwa kau datang
menemuiku, walaupun sebenarnya tak ingin?”
“Cerdas juga kau.”
"Kau juga pandai sekali
menghadapi hal-hal aneh. Kusangka itu akan membuatmu merasa terganggu."
“Itu tidak... kau bukan orang
pertama yang kukenal yang bisa melakukan hal seperti itu. Jadi rasanya tidak
aneh bagiku."
“Benarkah?... Tunggu—maksudmu
para pengisap darah itu?"
"Kuharap kau tidak
menyebut mereka begitu." Jacob tertawa.
"Terserah. Keluarga Cullen,
kalau begitu?"
"Hanya... hanya
Edward." Diam-diam kulingkarkan sebelah tanganku ke tubuh.
Jacob tampak terkejut—terkejut
yang tidak senang.
"Kusangka itu hanya
dongeng. Aku memang pernah mendengar legenda tentang vampir yang bisa
melakukan... hal-hal istimewa, tapi kusangka itu hanya mitos."
"Apakah masih ada yang
hanya mitos?" tanyaku kecut. Jacob merengut.
"Kurasa tidak. Oke, kita
akan bertemu Sam dan yang lain-lain di tempat kita naik motor dulu."
Aku menyalakan mesin dan
menjalankan trukku kembali di jalan.
“Jadi kau berubah jadi serigala
tadi, agar bisa berbicara pada Sam?" tanyaku, penasaran. Jacob mengangguk,
tampak malu-malu.
"Hanya sebentar – aku
mencoba untuk tidak memikirkanmu agar mereka tidak tahu apa yang terjadi. Aku
takut Sam akan menyuruhku untuk tidak mengajakmu."
"Itu tidak akan
menghentikanku." Aku tidak dapat mengenyahkan persepsiku bahwa Sam jahat.
Aku selalu mengatupkan gigiku rapat-rapat setiap kali mendengar namanya.
"Well, tapi itu akan menghentikan aku" kata Jacob, berubah
muram. "Ingat bagaimana aku tak bisa menyelesaikan kalimatku semalam?
Bagaimana aku tak bisa menyampaikan ceritaku secara utuh?"
"Yeah. Kau kelihatan seperti tercekik
sesuatu." Jacob berdecak garang.
"Nyaris. Sam bilang, aku tidak boleh memberi
tahumu. Dia itu... ketua kawanan, begitulah. Dia itu Alpha-nya. Bila dia
menyuruh kami melakukan sesuatu, atau tidak melakukan sesuatu—bila dia
bersungguh-sungguh dengan ucapannya, Well,
kita tidak bisa mengabaikannya begitu saja."
"Aneh," gerutuku.
"Sangat," Jacob
sependapat.
"Itu semacam kekhasan werewolf.”
"Hah" adalah respons
terbaik yang terpikirkan olehku.
"Yeah, hal semacam itu
banyak sekali—hal-hal yang khas werewolf.
Aku tak bisa membayangkan keadaan Sam, berusaha menghadapinya sendirian.
Bersama-sama sebagai kawanan saja sudah cukup buruk, apalagi sendirian.
"Sam pernah
sendirian?"
"Yeah,” Jacob merendahkan
suaranya.
"Waktu aku... berubah, itu
peristiwa paling... buruk peristiwa paling mengerikan yang pernah kualami—lebih
buruk daripada yang bisa ku bayangkan. Tapi aku tidak sendirian – ada
suarasuara di sana. dalam kepalaku, menjelaskan apa yang terjadi dan apa yang
harus kulakukan. Dengan begitu aku bisa tetap mempertahankan kewarasanku.
kurasa. Tapi Sam...” Jacob menggeleng-gelengkan kepala.
“Sam tidak dapat bantuan dan
siapa pun."
Buruh waktu cukup lama untuk bisa menerima semua ini.
Saat Jacob menjelaskan seperti itu. Sulit untuk tidak merasa kasihan pada Sam.
Aku berulang kali harus mengingatkan diri sendiri bahwa tak ada alasan untuk
membencinya lagi.
“Apakah mereka akan marah melihatku datang
bersamamu?" tanyaku.
Jacob mengernyitkan muka.
"Mungkin. Mungkin
sebaiknya aku—“
Tidak, tidak apa-apa.” Jacob
menenangkanku.
"Kau tahu banyak hal yang
bisa membantu kami. Kau kan bukannya tidak tahu apa-apa. Kau seperti...
entahlah, mata-mata atau apa. Kau pernah berada di belakang garis lawan."
Aku mengerutkan kening.
Itukah yang diinginkan Jacob
dariku? Informasi dari "orang dalam" yang bisa membantu mereka
menghancurkan musuh? Tapi aku bukan matamata.
Selama ini aku tidak
mengumpulkan informasi apa-apa. Belum-belum, perkataannya tadi membuatku merasa
seperti pengkhianat. Tapi aku ingin ia menghentikan Victoria, kan?
Tidak.
Aku memang ingin Victoria
dihentikan, kalau bisa sebelum ia menyiksaku sampai mati atau bertemu Charlie
atau membunuh orang asing lagi. Aku hanya tidak ingin Jacob menjadi orang yang
menghentikannya, atau yang mencoba menghentikannya. Aku tidak ingin Jacob
dekatdekat dengannya.
“Seperti soal pengisap darah yang bisa membaca
pikiran,” sambung Jacob, tak menyadari
kebisuanku. "Itu salah
satu hal yang perlu kami ketahui. Sungguh menyebalkan bahwa ternyata
cerita-cerita itu benar. Semuanya jadi lebih rumit Hei. menurutmu si Victoria
ini juga punya kemampuan khusus?"
"Kurasa tidak,"
jawabku ragu, kemudian mendesah. "Kalau ada, dia pasti sudah
menceritakannya."
"Dia? Oh, maksudmu
Edward—uupps, maaf. Aku lupa. Kau tidak suka menyebut namanya. Atau
mendengarnya."
Kuremas perutku, berusaha
mengabaikan perasaan berdenyut-denyut di sekitar dadaku.
"Tidak juga, tidak."
"Maaf."
"Bagaimana kau bisa begitu
mengenalku, Jacob? Terkadang seolah-olah kau bisa membaca pikiranku."
"Ah, tidak. Aku hanya
memerhatikan." Kami sampai di jalan tanah kecil tempat Jacob pertama kali
mengajarku naik motor.
"Ini tidak apa-apa?"
tanyaku.
“Tentu, tentu.” Aku menepi dan
mematikan mesin.
"Kau masih merasa tidak
bahagia, ya?" gumamnya. Aku mengangguk, mataku menerawang ke hutan yang
muram.
“Apa menurutmu... mungkin...
sekarang ini kau jadi lebih baik tanpanya?"
Aku menghela napas
lambat-lambat, kemudian mengembuskannya. "Tidak."
“Karena dia bukan yang
terbaik—"
"Please, Jacob,"
selaku, memohon sambil berbisik. "Bisakah kita tidak membicarakan masalah
ini? Aku tidak tahan!”
"Oke." Jacob menarik
napas dalam-dalam. "Maaf kalau aku mengungkit soal itu."
"Jangan merasa tidak enak.
Kalau saja situasinya berbeda, justru menyenangkan akhirnya bisa membicarakan
hal ini dengan orang lain. Jacob mengangguk.
"Yeah, menyimpan rahasia
dirimu selama dua minggu saja rasanya sulit. Pastilah berat sekali, tidak bisa
membicarakannya dengan siapa pun.”
“Berat sekali." aku
membenarkan.
Jacob terkesiap. “Mereka
datang. Ayo turun."
"Kau yakin? tanyaku
sementara Jacob membuka pintu truk.
"Mungkin sebaiknya aku tidak berada di
sini."
“Mereka harus bisa
menerimanya," kata Jacob, kemudian nyengir.
"Siapa sih yang takut pada
serigala besar yang jahat?”
"Ha ha," sergahku. Tapi aku turun juga dari
truk, bergegas mengitari bagian depan untuk berdiri di samping Jacob. Aku masih
ingat jelas monster-monster raksasa yang kulihat di padang rumput waktu itu.
Kedua tanganku gemetar, seperti tangan Jacob tadi, tapi lebih karena takut
ketimbang marah.
Jacob meraih tanganku dan meremasnya. "Itu
mereka."
Penutup Novel Twilight (New Moon) – PEMBUNUH Bab 76
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port PEMBUNUH Bab
76 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab
berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab
berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: