Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 75 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – PEMBUNUH Bab 75
Aku cepat-cepat berpaling
darinya, dan membungkuk di atas driftwood.
Tubuhku terguncang, perutku yang kosong sangat mual, walaupun tak ada apa-apa
di dalamnya yang bisa dimuntahkan.
Victoria ada di sini. Mencariku.
Membunuhi orang-orang asing di hutan. Hutan tempat Charlie melakukan
pencarian... Kepalaku berputar cepat. Jacob menyambar bahuku—mencegahku ambruk
dan mencium bebatuan. Aku bisa merasakan embusan napasnya yang panas di pipiku.
"Bella! Ada apa?"
"Victoria," aku
terkesiap segera setelah bisa menarik napas di sela-sela serangan mual yang
melandaku.
Di kepalaku, Edward menggeram marah mendengar nama
itu.
Kubiarkan Jacob menarikku dari
posisi dudukku yang terkulai, ia meletakkanku dengan canggung di pangkuannya,
membaringkan kepalaku yang lunglai ke bahunya. Ia berusaha keras
menyeimbangkanku, menjagaku agar tidak terkulai lemas dan jatuh dari
pangkuannya. Disingkirkannya rambutku yang berkeringat dan wajahku.
"Siapa?" tanya Jacob.
"Kau bisa mendengarku,
Bella? Bella?"
"Dia bukan pasangan
Laurent,” erangku di bahu Jacob.
"Mereka hanya teman
lama...”
"Kau mau minum? Perlu
dokter? Katakan padaku aku harus bagaimana," tuntut Jacob, bertubi-tubi.
"Aku bukan sakit—aku
takut," aku menjelaskan sambil berbisik. Istilah takut kedengarannya tidak
mencakup semua yang kurasakan. Jacob menepuk-nepuk punggungku.
"Takut pada si Victoria
ini?" Aku mengangguk, bergidik.
"Victoria itu vampir
wanita berambut merah?"
Aku gemetar lagi, dan merintih,
"Ya."
"Bagaimana kau bisa tahu
dia bukan pasangannya?"
"Laurent memberi tahuku bahwa James-lah
pasangannya," aku menjelaskan, otomatis melemaskan tanganku yang dihiasi
bekas luka.
Jacob memalingkan wajahku,
merengkuhnya kuat-kuat dengan tangannya yang besar. Ditatapnya mataku
lekat-lekat.
"Ada hal lain yang dia
ceritakan, Bella? Ini penting. Kau tahu vampir wanita itu menginginkan
apa?"
"Tentu saja," bisikku.
"Victoria menginginkan
aku." Mata Jacob membelalak lebar, lalu menyipit.
"Mengapa?" tuntutnya.
"Edward membunuh James,''
bisikku. Jacob memegangiku sangat erat hingga aku tak perlu mencengkeram lubang
itu—pelukannya membuatku tetap utuh.
"Victoria memang... marah.
Tapi kata Laurent, Victoria menganggap lebih adil membunuhku daripada Edward.
Pasangan sebagai ganti pasangan. Dia tidak tahu— masih belum tahu,
kurasa—bahwa... bahwa..." Aku menelan ludah dengan susah payah.
"Bahwa hubungan kami sudah
tidak seperti itu lagi. Tidak bagi Edward, setidaknya."
Perhatian Jacob sempat beralih
sebentar mendengar perkataanku itu, ekspresinya campur aduk.
"Jadi itu yang terjadi?
Mengapa keluarga Cullen pindah?"
"Bagaimanapun, aku hanya
manusia biasa. Tidak ada yang istimewa," aku menjelaskan, mengangkat bahu
lemah.
Sesuatu yang kedengarannya seperti geraman— bukan
geraman sesungguhnya, hanya suara manusia yang mencoba meniru—bergemuruh di
dada Jacob di bawah telingaku.
"Kalau si pengisap darah idiot itu benar-benar
cukup tolol untuk—"
"Please? erangku.
"Please. Jangan."
Jacob ragu-ragu, lalu mengangguk
satu kali. "Ini penting," katanya lagi, wajahnya kembali serius
sekarang. "Inilah tepatnya yang perlu kami
ketahui. Kita harus segera
memberi tahu yang lain."
Jacob berdiri, menarikku hingga
ikut berdiri. Kedua tangannya tetap memegangi pinggangku sampai ia yakin aku
tidak akan jatuh.
"Aku tidak apa-apa,"
dustaku. Ia melepaskan sebelah tangannya dari pinggangku dan ganti memegang
tanganku.
"Ayo kita pergi."
Jacob menarikku kembali ke truk.
“Kita mau ke mana?"
tanyaku.
“Aku belum yakin," Jacob
mengakui.
"Aku akan minta diada kan
pertemuan. Hei, tunggu dulu di sini sebentar, oke?” Jacob menyandarkanku ke
sisi truk dan melepaskan tanganku.
“Kau mau ke mana?”
“Sebentar lagi aku kembali." janjinya. Lalu ia
berbalik dan berlari cepat melintasi lapangan parkir, menyeberang jalan, dan
masuk ke balik hutan yang memagari tepi jalan. Ia lenyap di balik pepohonan
gesit dan cekatan bagai rusa.
"Jacob!' aku berteriak memanggilnya dengan suara
serak, tapi ia sudah lenyap.
Ini bukan saat yang tepat untuk
ditinggal sendirian. Beberapa detik setelah Jacob tidak terlihat, aku sudah
megap-megap kehabisan napas. Kuseret kakiku ke dalam truk, dan langsung
mengunci pintu rapat-rapat.
Namun aku belum sepenuhnya
merasa tenang. Victoria sudah memburuku. Hanya keberuntungan yang membuatnya
belum menemukanku sekarang—hanya keberuntungan dan lima werewolf remaja. Aku mengembuskan napas tajam. Tak peduli apa yang
dikatakan Jacob, membayangkan ia berada di dekat Victoria sungguh mengerikan.
Aku tak peduli ia bisa berubah menjadi apa bila marah. Aku bisa melihat
Victoria dalam pikiranku, wajahnya liar, rambutnya seperti api, mematikan, tak
terkalahkan...
Tapi, menurut cerita Jacob, Laurent sudah mati. Apakah
itu mungkin? Edward—otomatis aku mencengkeram dadaku—pernah menjelaskan padaku
betapa sulitnya membunuh vampir. Hanya vampir lain yang bisa melakukannya. Tapi
kata Jacob tadi karena itulah werewolf diciptakan...
Katanya ia akan mengawasi Charlie secara khusus—bahwa sebaiknya aku
memercayakan keselamatan ayahku pada para werewolf
Bagaimana aku bisa memercayainya? Tak seorang pun dari kami aman! Apalagi
Jacob, bila ia berusaha menempatkan diri di antara Victoria dan Charlie... di
antara Victoria dan aku. Rasanya aku ingin muntah lagi.
Ketukan tajam di jendela
membuatku memekik ketakutan—tapi ternyata hanya Jacob, yang sudah kembali.
Kubuka kunci pintu dengan jari-jari gemetar sekaligus bersyukur.
"Kau benar-benar
ketakutan, ya?" tanyanya sambil memanjat naik.
Aku mengangguk.
"Tidak perlu. Kami akan
menjagamu—Charlie juga. Aku janji."
"Rasanya lebih mengerikan membayangkan kau menemukan
Victoria daripada Victoria menemukan aku," bisikku.
Jacob tertawa. "Kau harus
lebih memercayai kami. Kalau tidak, itu sama saja menghina." Aku hanya
menggeleng. Aku sudah terlalu sering melihat vampir beraksi.
"Kau tadi ke mana?"
tanyaku. Jacob mengerucutkan bibir, dan tidak mengatakan apa-apa.
"Apa? Apa itu
rahasia?" Jacob mengerutkan kening.
"Tidak juga. Agak aneh
saja, tapi. Aku tidak ingin membuatmu ngeri."
"Aku sudah agak terbiasa
dengan hal-hal yang aneh sekarang ini." Aku mencoba tersenyum meski tak
berhasil.
Jacob balas nyengir dengan enteng. "Kurasa mau
tidak mau kau harus terbiasa juga. Oke.
Penutup Novel Twilight (New Moon) – PEMBUNUH Bab 75
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port PEMBUNUH Bab
75 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab
berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab
berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: