Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 74 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – PEMBUNUH Bab 74
Ingatan itu sangat jelas—itu
baru terpikir olehku hari ini, "Pelindung?"
"Tepat."
"Tapi aku tidak mengerti.
Apa yang terjadi di hutan? Para hiker yang
hilang, bercak darah?"
Wajah Jacob langsung berubah
serius dan khawatir.
"Kami berusaha melakukan
tugas kami, Bella. Kami berusaha melindungi mereka, tapi kami selalu sedikit
terlambat."
"Melindungi mereka dari
apa? Jadi benar-benar ada beruang di luar sana?"
"Bella, Sayang, kami hanya melindungi orangorang dari satu hal—dari
satu-satunya musuh kami. Itu sebabnya kami ada—karena mereka juga ada."
Kutatap Jacob dengan pandangan kosong selama satu detik
sebelum akhirnya mengerti. Darah langsung surut dari wajahku dan pekikan pelan
tanpa kata terlontar dari bibirku. Jacob mengangguk.
"Sudah kuduga kau pasti bisa menyadari apa yang
sebenarnya terjadi."
"Laurent," bisikku.
"Dia masih di sana." Jacob mengerjapkan mata
dua kali, dan menelengkan kepala ke satu sisi.
"Siapa Laurent?" Aku berusaha menyortir
berbagai pikiran yang berkecamuk di kepalaku agar bisa menjawab.
"Kau tahu—kau melihatnya di padang rumput. Kau
kan ada di sana..." Kata-kata itu terlontar dengan nada
takjub saat semuanya jadi jelas.
“Kau ada di sana, karena itu dia tidak jadi membunuhku...” “Oh si lintah
berambut hitam itu?" Jacob menyeringai, Seringaiannya kaku dan garang.
“Jadi itukah namanya?"
Aku bergidik.
“Nekat benar kau?” bisikku.
"Dia bisa membunuhmu! Jake, tidak sadarkah kau betapa berbahaya—"
Lagi-lagi Jacob memotong
perkataanku dengan tertawa. "Bella, satu vampir bukan masalah besar bagi
sekawanan werewolf sebesar kami.
Begitu mudahnya sampai malah tidak terasa asyik lagi!”
"Apanya yang mudah?”
"Membunuh si pengisap
darah yang akan membunuhmu. Tapi itu bukan berarti kami bisa digolongkan
sebagai pembunuh," Jacob buru-buru menambahkan.
"Vampir kan bukan
manusia." Aku hanya dapat menggerak-gerakkan mulut tanpa suara.
"Kau... membunuh...
Laurent?" Jacob mengangguk.
“Well, kami melakukannya bersama-sama," ia membenarkan.
“Jadi Laurent sudah mati?"
bisikku.
Ekspresinya berubah. "Kau tidak marah, kan? Dia
kan akan membunuhmu—dia memang berniat membunuh, Bella, kami yakin itu sebelum
kami menyerang. Kau juga tahu itu, kan?"
"Aku tahu itu. Tidak, aku tidak
marah—aku..." Aku merasa harus duduk. Aku mundur goyah selangkah sampai
tungkaiku menyentuh driftwood,
lalu mengenyakkan tubuhku di
sana. "Laurent sudah mati. Dia tidak akan kembali mencariku."
"Kau tidak marah, kan? Dia bukan temanmu atau bagaimana, kan?”
“Temanku?" Aku mendongak
menatapnya, bingung dan pusing saking leganya.
Aku mulai mengoceh, mataku
basah.
"Tidak, Jake. Aku malah
sangat... sangat lega. Kusangka dia akan menemukanku—setiap malam aku ketakutan
menunggunya datang, berharap dia cukup puas denganku dan tidak mengganggu
Charlie. Aku sangat ketakutan, Jacob... Tapi bagaimana? Dia kan vampir!
Bagaimana kalian bisa membunuhnya? Dia kan sangat kuat, sangat keras, seperti
marmer..."
Jacob duduk di sebelahku,
lengannya yang besar merengkuhku dengan sikap menenangkan.
"Karena itulah kami
diciptakan, Bells. Kami juga kuat. Kalau saja kau memberi tahuku bahwa kau
sangat ketakutan. Kau tak perlu takut."
"Kau kan tidak ada,"
gumamku, pikiranku menerawang.
"Oh, benar."
"Tunggu, Jake—tapi
kusangka kau sudah tahu. Semalam katamu tidak aman jika kau berada di kamarku.
Kusangka itu karena kau tahu ada vampir yang akan datang. Itu kan yang
maksudmu?"
Jacob tampak bingung sebentar,
kemudian menunduk. "Tidak, bukan itu maksudku."
"Kalau begitu kenapa
menurutmu tidak aman bila kau berada di kamarku?" Jacob menatapku dengan
mata penuh penyesalan.
"Maksudku bukannya tidak
aman bagiku. Aku justru memikirkan keselamatanmu."
"Apa maksudmu?"
Jacob menunduk dan menendang
sebutir batu. "Ada lebih dari satu alasan kenapa aku tak seharusnya berada
di dekatmu, Bella. Aku tidak boleh membocorkan rahasia kami padamu, itu salah
satunya, tapi alasan lain adalah karena ini tidak aman bagimu. Kalau aku sangat
marah... dan emosiku tersulut... bisa-bisa kau terluka." Aku memikirkan
penjelasannya baik-baik.
"Waktu kau marah
sebelumnya... waktu aku meneriakimu... dan tubuhmu gemetar...?"
“Yeah.” Jacob tertunduk semakin
dalam.
"Tolol benar aku. Aku
harus lebih bisa menahan diri. Aku sudah bersumpah untuk tidak marah, apa pun
yang kaukatakan padaku. Tapi... aku sangat marah karena kupikir aku akan
kehilangan kau... bahwa kau tak bisa menerima keadaanku yang sebenarnya..."
"Apa yang akan terjadi...
bila kau sangat marah?" bisikku.
"Aku akan berubah menjadi
serigala." Jacob balas berbisik.
"Tidak perlu menunggu bulan purnama?" Jacob
memutar bola matanya.
"Versi Hollywood itu tak sepenuhnya benar."
Lalu ia mendesah, dan kembali serius.
"Kau tidak perlu merasa terlalu takut. Bells.
Kami akan membereskan masalah ini. Dan kami akan menjaga Charlie serta yang
lainlain secara khusus—kami tidak akan membiarkannya celaka. Percayalah
padaku." Sesuatu yang amat sangat jelas, yang seharusnya langsung bisa
kutangkap—tapi karena selama ini pikiranku sibuk membayangkan Jacob dan
teman-temannya berkelahi melawan Laurent, hal itu benar-benar tak terpikir
olehku—baru muncul dalam pikiranku saat itu, ketika Jacob mulai berbicara dalam
konteks sekarang.
Kami akan
membereskan masalah ini.
Jadi ini belum berakhir.
"Laurent sudah
tewas," aku terkesiap, sekujur tubuhku dingin seperti es.
“Bella?” tanya Jacob waswas,
menyentuh pipiku yang kelabu
“Kalau Laurent sudah tewas...
seminggu yang lalu... berarti ada orang lain yang membunuh orang-orang itu sekarang."
Jacob mengangguk; rahangnya terkatup rapat, dan ia
berbicara dari sela-selanya. "Mereka berdua. Kami menyangka pasangannya
pasti ingin melawan kami—dalam kisah-kisah kami, mereka biasanya sangat marah
kalau kau membunuh pasangan mereka—tapi dia terus-menerus lari menjauh, tapi
lalu kembali lagi.
Kalau saja kami tahu apa yang diincarnya, akan lebih
mudah melumpuhkannya. Tapi sikapnya tak masuk akal. Dia terus saja menari-nari
di pinggir, seperti menguji pertahanan kami, mencari jalan masuk— tapi masuk ke
mana? Dia ingin pergi ke mana? Menurut Sam, dia berusaha memisahkan kami,
supaya kesempatannya lebih besar..." Suara Jacob berangsur-angsur
menghilang sampai kedengarannya seperti berasal dari ujung terowongan yang
panjang; aku tak lagi bisa menangkap kata demi kata. Dahiku berkeringat dan
perutku seperti diaduk-aduk, seperti waktu aku flu perut dulu. Persis seperti
waktu aku flu perut.
Penutup Novel Twilight (New Moon) – PEMBUNUH Bab 74
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port PEMBUNUH Bab
74 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab
berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab
berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: