Tuesday, March 8, 2022

Bab 74 Novel Twilight (NEW MOON) – PEMBUNUH - Baca Di Sini

Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.

Dalam novel ini Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.

Sebelum kamu membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.

Ok, Silahkan baca novel Twilight (New Moon) Bab 74 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu hadapi.

Baca Novel Twilight – PEMBUNUH Bab 74

Ingatan itu sangat jelas—itu baru terpikir olehku hari ini, "Pelindung?"

"Tepat."

"Tapi aku tidak mengerti. Apa yang terjadi di hutan? Para hiker yang hilang, bercak darah?"

Wajah Jacob langsung berubah serius dan khawatir.

"Kami berusaha melakukan tugas kami, Bella. Kami berusaha melindungi mereka, tapi kami selalu sedikit terlambat."

"Melindungi mereka dari apa? Jadi benar-benar ada beruang di luar sana?"

"Bella, Sayang, kami hanya melindungi orangorang dari satu hal—dari satu-satunya musuh kami. Itu sebabnya kami ada—karena mereka juga ada."

 

Kutatap Jacob dengan pandangan kosong selama satu detik sebelum akhirnya mengerti. Darah langsung surut dari wajahku dan pekikan pelan tanpa kata terlontar dari bibirku. Jacob mengangguk.

Novel Twilight (NEW MOON)


"Sudah kuduga kau pasti bisa menyadari apa yang sebenarnya terjadi."

"Laurent," bisikku.

"Dia masih di sana." Jacob mengerjapkan mata dua kali, dan menelengkan kepala ke satu sisi.

"Siapa Laurent?" Aku berusaha menyortir berbagai pikiran yang berkecamuk di kepalaku agar bisa menjawab.

"Kau tahu—kau melihatnya di padang rumput. Kau kan ada di sana..." Kata-kata itu terlontar dengan nada

takjub saat semuanya jadi jelas. “Kau ada di sana, karena itu dia tidak jadi membunuhku...” “Oh si lintah berambut hitam itu?" Jacob menyeringai, Seringaiannya kaku dan garang. “Jadi itukah namanya?"

Aku bergidik.

“Nekat benar kau?” bisikku. "Dia bisa membunuhmu! Jake, tidak sadarkah kau betapa berbahaya—"

Lagi-lagi Jacob memotong perkataanku dengan tertawa. "Bella, satu vampir bukan masalah besar bagi sekawanan werewolf sebesar kami. Begitu mudahnya sampai malah tidak terasa asyik lagi!”

"Apanya yang mudah?”

"Membunuh si pengisap darah yang akan membunuhmu. Tapi itu bukan berarti kami bisa digolongkan sebagai pembunuh," Jacob buru-buru menambahkan.

"Vampir kan bukan manusia." Aku hanya dapat menggerak-gerakkan mulut tanpa suara.

"Kau... membunuh... Laurent?" Jacob mengangguk.

Well, kami melakukannya bersama-sama," ia membenarkan.

“Jadi Laurent sudah mati?" bisikku.

Ekspresinya berubah. "Kau tidak marah, kan? Dia kan akan membunuhmu—dia memang berniat membunuh, Bella, kami yakin itu sebelum kami menyerang. Kau juga tahu itu, kan?"

"Aku tahu itu. Tidak, aku tidak marah—aku..." Aku merasa harus duduk. Aku mundur goyah selangkah sampai tungkaiku menyentuh driftwood,

lalu mengenyakkan tubuhku di sana. "Laurent sudah mati. Dia tidak akan kembali mencariku." "Kau tidak marah, kan? Dia bukan temanmu atau bagaimana, kan?”

“Temanku?" Aku mendongak menatapnya, bingung dan pusing saking leganya.

Aku mulai mengoceh, mataku basah.

"Tidak, Jake. Aku malah sangat... sangat lega. Kusangka dia akan menemukanku—setiap malam aku ketakutan menunggunya datang, berharap dia cukup puas denganku dan tidak mengganggu Charlie. Aku sangat ketakutan, Jacob... Tapi bagaimana? Dia kan vampir! Bagaimana kalian bisa membunuhnya? Dia kan sangat kuat, sangat keras, seperti marmer..."

Jacob duduk di sebelahku, lengannya yang besar merengkuhku dengan sikap menenangkan.

"Karena itulah kami diciptakan, Bells. Kami juga kuat. Kalau saja kau memberi tahuku bahwa kau sangat ketakutan. Kau tak perlu takut."

"Kau kan tidak ada," gumamku, pikiranku menerawang.

"Oh, benar."

"Tunggu, Jake—tapi kusangka kau sudah tahu. Semalam katamu tidak aman jika kau berada di kamarku. Kusangka itu karena kau tahu ada vampir yang akan datang. Itu kan yang maksudmu?"

Jacob tampak bingung sebentar, kemudian menunduk. "Tidak, bukan itu maksudku."

"Kalau begitu kenapa menurutmu tidak aman bila kau berada di kamarku?" Jacob menatapku dengan mata penuh penyesalan.

"Maksudku bukannya tidak aman bagiku. Aku justru memikirkan keselamatanmu."

"Apa maksudmu?"

Jacob menunduk dan menendang sebutir batu. "Ada lebih dari satu alasan kenapa aku tak seharusnya berada di dekatmu, Bella. Aku tidak boleh membocorkan rahasia kami padamu, itu salah satunya, tapi alasan lain adalah karena ini tidak aman bagimu. Kalau aku sangat marah... dan emosiku tersulut... bisa-bisa kau terluka." Aku memikirkan penjelasannya baik-baik.

"Waktu kau marah sebelumnya... waktu aku meneriakimu... dan tubuhmu gemetar...?"

“Yeah.” Jacob tertunduk semakin dalam.

"Tolol benar aku. Aku harus lebih bisa menahan diri. Aku sudah bersumpah untuk tidak marah, apa pun yang kaukatakan padaku. Tapi... aku sangat marah karena kupikir aku akan kehilangan kau... bahwa kau tak bisa menerima keadaanku yang sebenarnya..."

"Apa yang akan terjadi... bila kau sangat marah?" bisikku.

"Aku akan berubah menjadi serigala." Jacob balas berbisik.

"Tidak perlu menunggu bulan purnama?" Jacob memutar bola matanya.

"Versi Hollywood itu tak sepenuhnya benar." Lalu ia mendesah, dan kembali serius.

"Kau tidak perlu merasa terlalu takut. Bells. Kami akan membereskan masalah ini. Dan kami akan menjaga Charlie serta yang lainlain secara khusus—kami tidak akan membiarkannya celaka. Percayalah padaku." Sesuatu yang amat sangat jelas, yang seharusnya langsung bisa kutangkap—tapi karena selama ini pikiranku sibuk membayangkan Jacob dan teman-temannya berkelahi melawan Laurent, hal itu benar-benar tak terpikir olehku—baru muncul dalam pikiranku saat itu, ketika Jacob mulai berbicara dalam konteks sekarang.

Kami akan membereskan masalah ini.

Jadi ini belum berakhir.

"Laurent sudah tewas," aku terkesiap, sekujur tubuhku dingin seperti es.

“Bella?” tanya Jacob waswas, menyentuh pipiku yang kelabu

“Kalau Laurent sudah tewas... seminggu yang lalu... berarti ada orang lain yang membunuh orang-orang itu sekarang."

Jacob mengangguk; rahangnya terkatup rapat, dan ia berbicara dari sela-selanya. "Mereka berdua. Kami menyangka pasangannya pasti ingin melawan kami—dalam kisah-kisah kami, mereka biasanya sangat marah kalau kau membunuh pasangan mereka—tapi dia terus-menerus lari menjauh, tapi lalu kembali lagi.

Kalau saja kami tahu apa yang diincarnya, akan lebih mudah melumpuhkannya. Tapi sikapnya tak masuk akal. Dia terus saja menari-nari di pinggir, seperti menguji pertahanan kami, mencari jalan masuk— tapi masuk ke mana? Dia ingin pergi ke mana? Menurut Sam, dia berusaha memisahkan kami, supaya kesempatannya lebih besar..." Suara Jacob berangsur-angsur menghilang sampai kedengarannya seperti berasal dari ujung terowongan yang panjang; aku tak lagi bisa menangkap kata demi kata. Dahiku berkeringat dan perutku seperti diaduk-aduk, seperti waktu aku flu perut dulu. Persis seperti waktu aku flu perut.

Penutup Novel Twilight (New Moon)PEMBUNUH Bab 74

Gimana Novel twilight (New Moon) – Port PEMBUNUH Bab 74 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.

Selanjutnya
Sebelumnya

0 comments: