Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 71 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – PENYUSUP Bab 71
Sesuatu menyumbat
kerongkonganku, mencekikku. Aku berusaha menelannya, tapi benda itu tersangkut
di sana. tak bergerak. Aku berusaha meludahkannya.
"Werewolf,” aku terkesiap. Ya, kata itulah yang tadi menyumbat
tenggorokanku.
Dunia seolah jungkir balik,
miring pada porosnya.
Tempat macam apakah ini? Benarkah ada dunia di mana
legenda-legenda kuno berkeliaran di
sepanjang perbatasan kota-kota
kecil, berhadapan dengan monster-monster mistis? Apakah itu berarti setiap
kisah dongeng didasarkan pada sesuatu yang benar-benar nyata? Adakah hal yang
waras atau normal sama sekak, atau semuanya hanya magis dan kisah-kisah hantu?
Kucengkeram kepalaku kuat-kuat,
menjaganya agar tidak meledak.
Sebuah suara kecil garing dalam
benakku bertanya mengapa aku begitu kalut. Bukankah aku sudah menerima
keberadaan vampir sejak dulu— dan tanpa histeris sama sekali?
Benar sekali, aku ingin balas
meneriaki suara itu. Tidakkah saru mitos sudah cukup untuk siapa pun, cukup
untuk seumur hidup? Lagi pula, sebelumnya tidak ada satu momen pun di mana aku
tak sepenuhnya menyadari bahwa Edward Cullen bukan manusia biasa. Jadi bukan
hal mengagetkan waktu aku tahu siapa ia sebenarnya—karena jelas sekali ia itu
berbeda. Tapi Jacob? Jacob, yang hanyalah Jacob, dan tidak lebih daripada itu?
Jacob, temanku? Jacob, satu-satunya manusia yang bisa memahamiku...
Dan ia bahkan bukan manusia.
Kulawan dorongan untuk menjerit
lagi.
Jadi, apa arti semua itu bagiku? Aku tahu jawaban
pertanyaan itu. Berarti ada yang benar-benar tidak beres denganku. Bagaimana
bisa hidupku dipenuhi karakterkarakter dari film horor? Bagaimana mungkin aku
bisa begitu peduli pada mereka
sehingga hatiku terasa seperti direnggutkan dan dadaku setiap kali mereka pergi
mengikuti jalan hidup mistis mereka? Di kepalaku segalanya berputar dan
bergerak, berubah posisi sehingga hal-hal yang tadinya berarti sesuatu,
sekarang memiliki arti berbeda. Berarti tidak ada sekte.
Tidak pernah ada sekte, tidak
pernah ada geng. Tidak, ternyata bahkan lebih buruk daripada itu. Yang ada
ternyata adalah kawanan.
Kawanan yang terdiri atas lima werewolf raksasa aneka warna yang waktu
itu berjalan melewatiku di padang rumput Edward...
Mendadak, aku merasa harus
bergegas. Mataku melirik jam—masih terlalu pagi, tapi aku tak peduli. Aku harus
pergi ke La Push sekarang. Aku harus menemui Jacob supaya ia bisa memberi
tahuku bahwa aku tidak hilang ingatan.
Kusambar baju bersih pertama
yang bisa kutemukan, tak peduli apakah serasi atau tidak, lalu berlari menuruni
tangga, melompati dua anak tangga sekaligus. Nyaris saja aku bertabrakan dengan
Charlie saat menghambur di lorong, menuju ke pintu.
"Mau ke mana kau?"
tanyanya, terkejut
melihatku, sama seperti aku
terkejut melihatnya.
"Kau tahu sekarang jam
berapa?"
"Yeah. Aku harus menemui
Jacob."
"Kusangka urusan dengan Sam—"
"Itu tidak penting, aku
harus bicara dengannya sekarang juga."
"Sekarang masih terlalu
pagi." Kening Charlie berkerut ketika ekspresiku tidak berubah.
"Tidak mau sarapan
dulu?"
"Tidak lapar."
Kata-kata meluncur cepat dari bibirku.
Charlie menghalangi jalanku.
Aku menimbang-nimbang untuk merunduk mengitarinya dan kabur secepat-cepatnya,
tapi aku tahu aku harus memberi penjelasan nanti.
"Sebentar lagi aku
kembali, oke?" Charlie mengerutkan kening.
"Langsung ke rumah Jacob,
kan? Tidak mampir-mampir dulu?" Tentu saja tidak.
mau mampir ke mana? Katakataku
berkejaran, karena aku begitu terburuburu.
"Entahlah," Charlie
mengakui.
“Hanya saja... Well, terjadi penyerangan lagi –
serigala-serigala itu lagi. Dekat sekali dengan pemukiman penduduk di sumber
air panas sana—kali ini ada saksi mata yang menyaksikan. Korban hanya beberapa
meter dari jalan saat menghilang. Istrinya melihat serigala abu-abu besar
beberapa menit kemudian, waktu dia sedang mencari suaminya, lalu lari mencari
bantuan."
Perutku langsung mulas
mendengarnya. "Orang itu diterkam serigala?"
"Tidak ada tanda-tanda keberadaan orang itu— yang
ada hanya bercak darah" Wajah Charlie tampak galau.
"Para polisi hutan menyisir hutan dengan
bersenjata lengkap, membawa sukarelawan yang juga bersenjata. Banyak pemburu
yang ingin terlibat—tersedia hadiah bagi yang bisa menembak mati serigala. Itu
berarti akan banyak tembakmenembak di hutan, dan itu membuatku khawatir."
Charlie menggeleng. "Kalau orang-orang terlalu
bersemangat, bisa terjadi banyak kecelakaan..."
“Mereka akan menembaki
serigala-serigala itu?" Suaraku naik tiga oktaf.
"Apa lagi yang bisa kita
lakukan? Ada apa?" tanya Charlie, matanya yang tegang menelisik wajahku. “
Rasanya aku seperti mau pingsan; wajahku pasti lebih pucat daripada biasanya,
toh bukan aktivis lingkungan hidup, kan?" ku tak mampu menjawab.
Seandainya Charlie tidak sedang
memandangiku, aku pasti sudah menyurukkan kepalaku antara lutut. Aku lupa pada
para hiker yang hilang itu, juga
jejak-jejak berdarah... aku tidak menghubungkan fakta-fakta itu dengan
kesadaran pertamaku.
"Dengar, Sayang, ini tidak
perlu membuatmu ketakutan. Asalkan kau tetap di kota atau dijalan raya—tidak
berhenti-berhenti—oke?"
"Oke," sahutku lemah.
"Pergi dulu ya."
Kutatap Charlie lekat-lekat untuk pertama kali, dan
kulihat ia melilitkan sarung pistolnya ke pinggang dan memakai sepatu hiking.
"Kau tidak akan ikut terjun
mencari serigalaserigala itu kan, Dad?"
"Aku harus membantu,
Bells. Banyak orang menghilang."
Suaraku naik lagi, nyaris
histeris sekarang.
"Jangan! Jangan, jangan
pergi. Terlalu berbahaya!"
"Aku harus melakukan
tugasku, Nak. Jangan pesimis begitu—aku akan baik-baik saja" Charlie
berbalik ke pintu, membukanya
dan memeganginya.
"Kau mau pergi?" Aku
ragu-ragu, perutku masih seperti diadukaduk. Apa yang bisa kukatakan untuk
menghentikannya? Kepalaku pusing sekali, tak mampu berpikir apa-apa.
"Bells?"
"Mungkin sekarang memang
masih terlalu pagi untuk pergi ke La Push," bisikku.
"Aku setuju," kata
Charlie, lalu melangkah keluar ke tengah hujan, menutup pintu di belakangnya.
Begitu Charlie lenyap dari
pandangan, aku merosot lemas ke lantai dan menyurukkan kepalaku di antara
lutut.
Haruskah aku menyusul Charlie?
Apa yang bisa kukatakan?
Dan bagaimana dengan Jacob? Jacob sahabatku; aku harus
memperingatkan dia. Kalau dia benar-benar – aku meringis dan memaksa diriku
memikirkan istilah itu – werewolf (dan
aku
tahu itu benar, aku bisa
merasakannya), itu berarti orang-orang akan menembaki dia! Aku harus
memberitahu Jacob dan teman-temannya bahwa orang-orang akan berusaha membunuh
mereka bila mereka berkeliaran sebagai serigala raksasa.
Aku harus membentahu mereka
supaya berhenti. Mereka harus berhenti! Charlie ada di hutan.
Pedulikah mereka pada hal itu?
Aku penasaran... Hingga saat ini, hanya orang-orang asing yang hilang. Apakah
itu berarti sesuatu, atau hanya kebetulan?
Aku harus percaya bahwa Jacob,
paling tidak, peduli pada hal itu.
Bagaimanapun, aku harus
mengingatkan dia.
Atau... perlukah aku?
Jacob sahabatku, tapi benarkah
ia juga monster? Monster sungguhan? Monster jahat? Haruskah aku mengingatkan
dia, padahal dia dan teman-temannya... pembunuh? Padahal mereka begitu tega
membantai para hiker yang tidak
berdosa? Seandainya mereka benar-benar makhluk jahat seperti yang ada di
film-film horor, salahkah bila aku melindungi mereka?
Mau tak mau aku jadi
membandingkan Jacob dan teman-temannya dengan keluarga Cullen. Kudekap tubuhku
erat-erat. melawan lubang itu, saat aku memikirkan mereka.
Aku tidak tahu apa-apa tentang werewolf, itu sudah jelas. Paling-paling aku membayangkan mereka
mendekati sosok seperti yang sering digambarkan di film-film – makhluk setengah
manusia berbadan besar dan
berbulu lebat atau semacam itu – itu pun kalau aku membayangkan mereka. Jadi
aku tak tahu apa yang membuat mereka berburu, apakah karena kelaparan atau
kehausan atau hanya dorongan untuk membunuh. Sulit menilainya, karena aku tidak
tahu apa-apa.
Tapi pasti tidak lebih sulit
daripada yang dialami keluarga Cullen dalam upaya mereka menjadi makhluk yang
baik. Ingatanku melayang kepada Esme—air mataku merebak saat membayangkan
wajahnya yang teduh dan baik—serta bagaimana, meski sikapnya begitu keibuan dan
penuh kasih sayang, ia terpaksa menahan napas, merasa malu sekali, dan lari
menjauhiku waktu aku berdarah. Tak mungkin lebih sulit daripada itu.
Aku juga teringat pada
Carlisle, yang selama berabad-abad berjuang mengajari dirinya sendiri untuk
mengabaikan darah, sehingga ia bisa menyelamatkan nyawa manusia sebagai dokter.
Tidak ada yang lebih sulit
daripada itu.
Para werewolf memilih jalan berbeda.
Sekarang, apa yang seharusnya
aku pilih?
Penutup Novel Twilight (New Moon) – PENYUSUP Bab 71
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port PENYUSUP Bab
71 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab
berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab
berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: