Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 69 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – PENYUSUP Bab 69
"Benarkah waktu itu kau
memang tidak tahu?" tanyanya, suaranya berubah parau. "Benarkah aku yang
pertama kali memberi tahumu siapa dia sesungguhnya?"
Bagaimana ia bisa mengetahuinya? Mengapa ia memutuskan untuk
percaya, mengapa baru sekarang? Gigiku mengatup rapat. Kubalas tatapannya, tak
berniat menjawab. Jacob menyadarinya.
"Kau mengerti kan, apa
yang kumaksud dengan loyalitas?" gumamnya, suaranya semakin parau.
"Hal yang sama juga
terjadi padaku, tapi lebih parah. Kau tak bisa membayangkan betapa kuatnya aku
terikat..."
Aku tidak suka itu—tidak suka
melihatnya memejamkan mata seolah-olah kesakitan saat mengatakan dirinya
terikat tadi. Lebih dari sekadar tidak suka—aku sadar bahwa aku benci, membenci apa pun yang menyakitinya.
Sangat benci.
Wajah Sam memenuhi pikiranku. Bagiku, ini semua
intinya adalah sesuatu yang secara sukarela dilakukan. Aku menjaga rahasia
keluarga Cullen karena cinta: tidak berbalas, tapi sejati. Bagi Jacob, tidak
harus menjadi seperti itu.
"Apakah kau tak bisa
membebaskan diri?" bisikku, menyentuh pinggiran kasar di bagian belakang
rambutnya yang pendek Tangan Jacob mulai gemetar, tapi ia tidak membuka mata.
"Tidak. Aku terikat di
dalamnya seumur hidup. Seperti hukuman penjara seumur hidup." Tawa sinis.
"Lebih lama daripada itu,
mungkin."
"Tidak, Jake,"
erangku.
"Bagaimana kalau kita
kabur? Hanya kau dan aku. Bagaimana kalau kita lari dari rumah, dan
meninggalkan Sam?"
"Ini bukan sesuatu yang
bisa diselesaikan dengan kabur dari rumah, Bella," bisik Jacob.
"Aku mau saja kabur
bersamamu, tapi... seandainya bisa." Bahunya kini ikut gemetar. Ia
menghela napas dalam-dalam.
"Sudahlah, aku harus
pergi."
"Kenapa?"
"Pertama, sepertinya kau
nyaris ambruk setiap saat. Kau butuh tidur—aku ingin kau sehat dan bugar
sehingga bisa berpikir jernih. Kau harus bisa menyimpulkannya, kau harus
bisa"
"Lalu kenapa lagi?"
Kening Jacob berkerut.
"Aku harus menyelinap
pergi diam-diam—seharusnya aku tak boleh menemuimu. Mereka pasti bertanya-tanya
di mana aku sekarang." Mulutnya berkerut.
"Kurasa aku harus tetap
menceritakannya pada mereka."
"Kau tidak perlu
mengatakan apa-apa pada mereka" desisku.
"Bagaimanapun, aku akan
tetap mengatakannya."
Amarah berkobar dalam dadaku.
"Aku benci mereka!"
Jacob menatapku dengan mata
membelalak lebar, terkejut.
"Tidak, Bella. Jangan benci
mereka. Ini bukan salah Sam ataupun salah satu dari mereka. Seperti sudah
kukatakan padamu sebelumnya—ini salahku. Sesungguhnya Sam itu... Well, luar biasa baik. Jared dan Paul
juga baik, walaupun Paul agak sedikit... Dan Embry temanku sejak dulu. Tidak
ada yang berubah dalam hal itu—satu-satunya yang belum berubah. Aku benarbenar
merasa tak enak hati kalau ingar bagaimana dulu aku punya pandangan jelek
terhadap Sam...” Sam luar biasa baik? Kupandangi Jacob dengan sikap tidak
percaya, tapi tak kutanggapi.
"Kalau begitu, mengapa kau
tidak boleh menemuiku?" tuntutku.
"Karena tidak aman," gumam Jacob, menunduk.
Kata-katanya membuatku bergidik ngeri. Jadi ia juga
tahu itu? Tak ada orang lain yang tahu kecuali aku. Tapi ia benar—sekarang ini
tengah malam, waktu yang tepat untuk berburu.
Jacob tak seharusnya berada di kamarku. Kalau ada yang
datang mencariku, aku harus sendirian.
"Kalau aku menganggapnya terlalu... terlalu
berisiko," bisiknya,
"aku tidak mungkin datang. Tapi, Bella," ia
menatapku lagi, "aku pernah berjanji padamu. Aku tidak menyangka janji itu
akan begitu sulit ditepati, tapi bukan berarti aku tidak akan berusaha."
Jacob melihat ekspresi tak
mengerti di wajahku. "Setelah nonton film konyol waktu itu," ia
mengingatkan aku.
"Aku berjanji padamu, aku
tidak akan pernah menyakitimu... Aku benar-benar melanggar janjiku sendiri sore
tadi, ya?"
"Aku tahu kau tidak
bermaksud melakukannya, Jake. Tidak apa-apa."
“Trims, Bella." Jacob
meraih tanganku.
"Aku akan melakukan apa pun
yang bisa kulakukan agar bisa berada di sisimu, sesuai janjiku." Tibatiba
ia nyengir.
Bukan cengiranku, bukan cengiran
Sam, tapi kombinasi aneh keduanya. "Akan sangat membantu bila kau bisa
menyimpulkannya sendiri, Bella. Cobalah untuk benar-benar berusaha."
Aku meringis lemah. "Akan kucoba."
“Dan aku akan berusaha menemuimu lagi nanti,"
Jacob mendesah.
"Dan mereka pasti akan berusaha mencegahku
melakukannya."
"Jangan dengarkan mereka."
"Akan kucoba," Jacob menggeleng, seolah
meragukan dirinya sendiri.
"Begitu kau bisa menebaknya, segeralah datang dan
beritahu aku." Mendadak ia teringat sesuatu, sesuatu yang membuat kedua
tangannya gemetar.
"Kalau kau... kalau kau masih mau
menemuiku."
"Mengapa aku tidak mau menemuimu?"
Wajah Jacob berubah keras dan
pahit, wajah yang seratus persen milik Sam.
"Oh, ada saja alasannya,
pasti" tukasnya kasar.
"Dengar, aku benar-benar
harus pergi. Bisakah kau melakukan sesuatu untukku?"
Aku hanya mengangguk, takut
melihat perubahan dalam dirinya.
"Paling tidak telepon
aku—kalau kau tidak mau menemuiku lagi. Beritahu aku kalau memang begitu."
"Itu tidak akan
terjadi—"
Jacob mengangkat sebelah tangan,
menghentikan kata-kataku.
"Pokoknya beritahu
aku." Ia berdiri dan berjalan ke jendela.
"Jangan tolol, Jake,"
tukasku.
"Bisa-bisa kakimu patah
nanti. Lewat pintu saja. Charlie tidak akan memergokimu."
"Aku tidak akan
kenapa-kenapa," tukasnya, tapi berbalik menuju pintu juga.
Ia ragu-ragu waktu melewatiku,
menatapku dengan ekspresi seolaholah sesuatu menusuknya. Ia mengulurkan sebelah
tangan, memohon.
Aku menerima uluran tangannya, dan tiba-tiba ia menyentakku—kasar
sekali—hingga aku tertarik turun dari tempat tidur dan menabrak dadanya.
"Siapa tahu aku tak bisa bertemu lagi
denganmu," bisiknya di rambutku, memelukku sangat erat hingga
tulang-tulangku terasa seperti mau remuk.
"Tidak
bisa—bernapas!" aku megap-megap. Jacob langsung melepas pelukannya,
sebelah tangannya memegang pinggangku agar aku tidak terjatuh. Ia mendorongku,
kali ini lebih lembut, kembali ke tempat tidur.
Penutup Novel Twilight (New Moon) – PENYUSUP Bab 69
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port PENYUSUP Bab
69 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab
berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab
berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: