Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 68 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – PENYUSUP Bab 68
"Ada apa?" tanyaku.
Jacob mengembuskan napas berat,
dan aku sadar selama ini ia juga menahan napas.
"Aku tidak bisa
melakukannya," gumamnya, frustrasi.
“Melakukan apa?”
Jacob mengabaikan pertanyaanku.
"Dengar, Bella, pernahkah
kau punya rahasia yang tidak bisa kauceritakan pada siapa-siapa?" Ia
menatapku dengan sorot mengerti, dan pikiranku langsung melompat ke keluarga
Cullen. Mudah-mudahan saja ekspresiku tidak terlihat bersalah.
"Sesuatu yang tidak bisa
kauberitahukan pada Charlie, pada ibumu?" desaknya.
"Sesuatu yang bahkan tak
bisa kaubicarakan denganku? Bahkan sekarang pun tidak?"
Aku merasakan tatapanku
mengeras. Aku tidak menjawab pertanyaannya, meski tahu ia akan mengartikan itu
sebagai pembenaran.
"Bisakah kau mengerti
bahwa... situasiku saat ini juga kurang-lebih sama?" Ia kembali
terbatabata, seolah berusaha mencari kata-kata yang tepat.
"Terkadang loyalitas
menghalangimu melakukan hal yang kauinginkan. Terkadang kau tidak bisa
menceritakan rahasia itu karena tidak berhak menceritakannya."
Aku tak bisa membantah. Ia benar sekali—aku menyimpan rahasia
yang tak berhak kuceritakan, namun yang wajib kulindungi. Rahasia yang,
tibatiba, seolah-olah ia tahu mengenainya.
Aku masih belum memahami
hubungan antara rahasia ini dengan dia, atau Sam, atau Billy. Apa hubungannya
semua ini dengan mereka, apalagi sekarang keluarga Cullen sudah pergi?
"Aku tak tahu mengapa kau
datang ke sini, Jacob, kalau tujuanmu hanya untuk berteka-teki denganku,
bukannya memberi jawaban."
"Maafkan aku"
bisiknya.
"Ini benar-benar membuatku
frustrasi."
Beberapa saat kami berpandangan
di kamar yang gelap, wajah kami sama-sama tidak memiliki harapan.
"Bagian yang paling
menyakitiku," kata Jacob sekonyong-konyong,
"adalah bahwa kau
sebenarnya sudah tahu. Aku sudah menceritakan semuanya padamu!"
"Apa maksudmu?"
Jacob terkesiap kaget, kemudian
mencondongkan tubuhnya ke arahku, wajahnya berubah dari tidak memiliki harapan
ke penuh semangat meluap-luap hanya dalam hitungan detik.
Ia menatap mataku berapi-api,
wajahnya antusias dan penuh semangat. Ia mengucapkan kata-kata itu tepat di
mukaku; embusan napasnya sepanas kulitnya.
"Kurasa aku tahu bagaimana mengakalinya— karena
sebenarnya kau sudah tahu, Bella! Aku tidak boleh menceritakannya padamu, tapi
lain halnya kalau kau bisa menebaknya!
Aku tidak bisa dibilang membocorkan rahasia!"
"Kau mau aku menebak?
Menebak apa?"
"Rahasiaku! Kau pasti
bisa—kau sudah tahu jawabannya!"
Aku mengerjap dua kali, mencoba
menjernihkan pikiran. Aku lelah sekali. Tak satu pun perkataan Jacob masuk akal
bagiku. Jacob melihat ekspresiku yang kosong, kemudian wajahnya kembali
mengeras, mengerahkan segenap kekuatan.
"Tunggu, aku akan memberimu
sedikit bantuan" katanya. Apa pun yang coba ia lakukan, itu sangat sulit
karena napasnya sampai terengah-engah.
"Bantuan?" tanyaku,
berusaha mengikuti pembicaraannya.
Kelopak mataku terasa berat,
tapi kupaksa mataku agar tetap terbuka.
"Yeah," ujarnya,
napasnya berat.
"Seperti petunjuk,
misalnya.”
Jacob merengkuh wajahku dengan
tangannya yang besar dan kelewat panas, memegangnya hanya beberapa sentimeter
dari wajahnya. Ditatapnya mataku dalam-dalam sementara ia berbisik, seolah-olah
berusaha memberi tahukan sesuatu di balik kata-kata yang ia ucapkan. "Kau
masih ingat waktu kita pertama kali bertemu—di tepi pantai di La Push?"
"Tentu saja masih."
"Ceritakan padaku mengenainya."
Aku menarik napas dalam-dalam
dan mencoba berkonsentrasi.
"Kau menanyakan
trukku..." Jacob mengangguk, mendorongku untuk melanjutkan.
"Kita mengobrol tentang
Rabbit..."
"Teruskan."
"Kita berjalan-jalan di
tepi pantai..." Pipiku mulai panas di bawah telapak tangan Jacob saat
pikiranku melayang ke hari itu, tapi Jacob tidak menyadarinya, karena kulitnya
sendiri panas.
Waktu itu aku mengajaknya
jalan-jalan, menggodanya dengan maksud ingin menggali informasi darinya.
Jacob mengangguk, cemas
menunggu kelanjutannya.
Suaraku nyaris tak terdengar.
"Kau menceritakan kisah- kisah menyeramkan... legenda suku Quileute."
Jacob memejamkan mata dan
membukanya lagi. "Ya." Kata itu terucap dengan tegang, bersungguh
sungguh,
seolah-olah ia sedang berada di
tepi sesuatu yang vital. Ia berbicara lambat-lambat, setiap kata diucapkan
dengan jelas.
"Kau ingat apa yang
kuceritakan waktu itu?"
Bahkan dalam gelap, ia pasti bisa melihat perubahan
rona wajahku. Bagaimana aku bisa melupakannya? Tanpa menyadari apa yang ia
lakukan, Jacob memberi tahu apa yang perlu kuketahui hari itu—bahwa Edward
adalah vampir. Jacob menatapku dengan mata yang tahu terlalu banyak.
"Pikirkan baik-baik" katanya.
"Ya, aku ingat," desahku.
Jacob menghela napas
dalam-dalam, berusaha keras mengendalikan perasaannya.
"Apa kau ingat semua
cerita—" Ia tak mampu menyelesaikan pertanyaan. Mulutnya ternganga
seakan-akan sesuatu mengganjal kerongkongannya.
"Semua ceritanya?"
tanyaku.
Jacob mengangguk bisu.
Kepalaku seperti diaduk-aduk.
Hanya satu cerita yang benar-benar penting. Aku tahu Jacob juga menceritakan
hal-hal lain, tapi aku tak bisa mengingat cerita pendahuluannya yang tidak
penting, apalagi otakku saat ini rasanya tumpul saking lelahnya. Aku mulai
menggeleng-gelengkan kepala.
Jacob mengerang dan melompat
turun dari tempat tidur. Ia menekankan tinjunya ke kening dan bernapas dengan
cepat dan marah. "Kau sudah tahu, kau sudah tahu," gerutunya pada
diri sendiri.
"Jake? Jake, please,
aku lelah sekali. Aku tidak bisa berpikir sekarang. Mungkin besok..."
Jacob menarik napas untuk menenangkan diri dan mengangguk.
"Mungkin nanti kau akan ingat. Kurasa aku
mengerti mengapa kau hanya ingat satu cerita saja," imbuhnya dengan nada
menyindir dan getir.
"Kau keberatan, tidak, kalau aku bertanya sesuatu
tentang hal itu?" tanyanya, nadanya masih sinis.
"Sudah sejak lama aku ingin tahu.”
“Tentang apa?” tanyaku waswas.
"Tentang cerita vampir
yang kuceritakan padamu."
Kupandangi dia dengan sorot waspada, tak mampu menjawab.
Tanpa menunggu persetujuanku, Jacob tetap mengajukan pertanyaannya.
Penutup Novel Twilight (New Moon) – PENYUSUP Bab 68
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port PENYUSUP Bab
68 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab
berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab
berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: