Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 63 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – SEKTE Bab 63
Aku meminggirkan trukku ke sisi
jalan yang berlawanan arah dan berhenti di sebelahnya. Quil mendongak saat
mendengar raungan mesin trukku mendekat.
Ekspresi Quil lebih membuatku
takut daripada terkejut. Wajahnya muram, suntuk, dan dahinya berlipat-lipat
khawatir.
"Oh, hai, Bella," ia
menyapaku muram.
"Hai, Quil... kau baik-baik
saja?" Quil menatapku sedih.
"Baik. "Mungkin aku
bisa mengantarmu ke suatu tempat?" aku menawarkan.
“Tentu kurasa," gumamnya.
Ia berjalan tersaruksaruk
mengitari bagian depan truk dan membuka pintu penumpang lalu naik.
“Ke mana."
"Rumahku di sisi utara, di
belakang toko," katanya.
“Kau sudah bertemu Jacob hari
ini?" Pertanyaan itu terlontar dari mulutku bahkan sebelum Quil selesai
bicara.
Kutatap Quil penuh semangat,
menunggu jawabannya. Tapi Quil hanya memandang ke luar kaca depan beberapa saat
sebelum menjawab.
"Dari jauh," jawab
Quil akhirnya.
"Dari jauh?" ulangku.
“Aku berusaha mengikuti
mereka—dia bersama Embry." Suara Quil rendah, sulit didengar di selasela
suara mesin. Aku mencondongkan tubuh lebih dekat.
"Aku tahu mereka
melihatku. Tapi mereka malah berbelok dan menghilang di balik pepohonan. Kurasa
mereka tidak sendirian— kurasa Sam dan anggota gengnya ada bersama mereka.
“Aku sudah satu jam berkeliaran
di hutan, memanggil-manggil mereka. Aku baru saja keluar ke jalan lagi waktu
kau datang.”
"Jadi Sam berhasil mendapatkannya."
Kata-kata itu tidak begitu jelas terdengar—gigiku terkatup rapat.
Quil memandangiku. "Jadi
kau tahu soal itu?” Aku mengangguk.
"Jake pernah bercerita
padaku... sebelum ini.”
"Sebelum ini," ulang
Quil, dan mendesah.
"Jadi Jacob sekarang sama parahnya
dengan yang lain-lain?"
"Tidak pernah meninggalkan
Sam sedetik pun." Quil membuang muka dan meludah dari jendela yang
terbuka.
"Dan sebelum itu—apakah
dia menghindari semua orang? Tingkahnya aneh?" Suara Quil rendah dan
kasar.
"Tidak selama yang lain-lain.
Mungkin hanya satu hari. Lalu Sam menemuinya."
"Menurutmu, apa
penyebabnya? Narkoba atau sebangsanya?”
"Aku tak bisa membayangkan Jacob atau Embry
terlibat hal-hal kayak begitu... tapi aku tahu apa? Apa lagi kalau bukan itu?
Dan mengapa orangorang tua tidak khawatir?" Quil menggelenggelengkan
kepala, dan rasa takut kini terpancar dari matanya.
"Jacob tak ingin menjadi bagian... sekte ini. Aku
tidak mengerti apa yang bisa mengubahnya."
Quil memandangiku, wajahnya ketakutan. "Aku tidak ingin menjadi yang berikutnya."
Mataku membayangkan ketakutan
yang sama. Ini kedua kalinya aku mendengarnya digambarkan sebagai sekte.
Tubuhku bergidik.
"Orangtuamu menanggapi
ketakutanmu?" Quil meringis.
"Yang benar saja. Kakekku
duduk di dewan suku, sama seperti ayah Jacob. Sam Uley itu pemuda terbaik yang
pernah ada di sini, begitu menurut kakekku."
Kami berpandangan beberapa
saat. Kami sudah sampai di La Push sekarang, dan trukku nyaris merangkak di
jalan yang lengang. Tampak olehku satu-satunya toko di desa itu, tak jauh di
depan.
“Aku turun saja sekarang."
kata Quil.
"Rumahku di sana.” Ia
menuding rumah petak kayu di belakang toko. Kutepikan trukku, dan ia melompat
turun.
“Aku akan menunggu Jacob,"
kataku kaku. Semoga beruntung." Quil membanting pintu dan tersaruk-saruk
menyusuri jalanan, kepala tertunduk, bahu terkulai.
Wajah Quil menghantuiku saat aku memutar truk, kembali
ke rumah keluarga Black. Ia takut menjadi yang berikutnya. Apa sebenarnya yang
terjadi di sini?
Aku berhenti di depan rumah
Jacob, mematikan mesin, dan menurunkan kaca jendela. Hari panas terik, angin
tidak bertiup. Kurumpangkan kedua kakiku di dasbor, siap menunggu.
Sebuah gerakan berkelebat di
sudut mataku— aku menoleh dan melihat Billy memandangiku dari balik jendela
depan dengan mimik bingung. Aku melambai dan menyunggingkan senyum kaku. tapi
tetap di tempatku.
Mata Billy menyipit; ia
membiarkan tirai terjatuh menutupi kaca jendela.
Aku siap menunggu selama
mungkin, tapi aku berharap ada yang bisa kulakukan. Kukeluarkan bolpoin dari
dasar ransel, serta selembar kertas ulangan lama. Aku mulai mencoret-coret
bagian belakang kertas itu.
Aku baru sempat menggambar
sebaris bentuk belah ketupat waktu mendadak ada yang menggedor pintu trukku.
Aku terlonjak, mendongak,
mengira akan melihat Billy.
"Sedang apa kau di sini,
Bella?" geram Jacob.
Kupandangi dia, terperangah takjub. Jacob berubah drastis selama beberapa
minggu aku tidak melihatnya. Hal pertama yang menarik perhatianku adalah
rambutnya—rambutnya yang indah sudah lenyap, dipangkas pendek, menutupi
kepalanya bagaikan satin hitam mengilap.
GarisTiraikasih garis wajahnya tampak mengeras, lebih
kaku... menua. Leher dan bahunya juga berbeda, tampak lebih padat.
Tangannya, yang mencengkeram bingkai jendela, tampak
besar sekali, dengan otototot tendon dan pembuluh darah menonjol di balik
kulitnya yang cokelat kemerahan. Tapi perubahan fisik itu tidak penting.
Ekspresinyalah yang membuatnya
nyaris tak bisa dikenali lagi. Senyum terbuka dan ramah itu kini lenyap, sama
seperti rambutnya, sorot hangat di matanya yang gelap berganti dengan sorot
tidak suka yang langsung terasa mengganggu. Ada kegelapan dalam diri Jacob
sekarang. Seolah-olah matahariku telah meledak.
"Jacob?" bisikku.
Jacob hanya menatapku, matanya tegang dan marah.
Sadarlah aku kami tidak
sendirian. Di belakangnya berdiri empat cowok lain; semuanya jangkung dan
berkulit cokelat kemerahan, rambut hitam dipangkas pendek seperti rambut Jacob.
Mereka bisa disangka
kakak-beradik—aku bahkan tak bisa menentukan yang mana Embry di antara kelompok
itu. Kemiripan mereka semakin dipertegas dengan sorot tidak suka yang samasama
terpancar dari setiap pasang mata.
Setiap pasang kecuali satu. Paling tua dengan jarak
beberapa tahun, Sam berdiri paling belakang, wajahnya tenang dan yakin. Aku
harus menelan kembali kebencian yang merayap naik di kerongkonganku. Ingin
benar kuhajar dia. Tidak, aku ingin melakukan lebih daripada itu. Lebih dari
segalanya, aku ingin tampak
garang dan mematikan, menjadi seseorang yang membuat orang lain tak berani
macam-macam. Seseorang yang bakal membuat Sam Uley ketakutan setengah mati.
Penutup Novel Twilight (New Moon) – SEKTE Bab 63
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port SEKTE Bab
63 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab
berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab
berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: