Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 62 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – SEKTE Bab 62
Seminggu telah berlalu, dan
belum ada vampir yang datang mencariku. Seminggu sudah lebih dari cukup bagi
mereka untuk kembali, jadi aku pasti bukan prioritas. Besar kemungkinan,
seperti yang sudah kuputuskan sebelumnya, mereka akan datang mencariku pada
malam hari.
Peluang mereka mengikutiku ke
La Push jauh lebih kecil daripada peluang kehilangan Jacob karena terpengaruh
Sam.
Bahaya menyusuri jalanan hutan
yang terpencil sepadan dengan tujuanku. Ini bukan kunjungan iseng untuk
mengetahui apa
yang terjadi. Aku sudah tahu
apa yang terjadi. Ini misi penyelamatan. Aku akan berbicara dengan Jacob— menculiknya
kalau perlu. Aku pernah melihat tayangan di PBS tentang memprogram ulang
orang-orang yang sudah dicuci otak. Pasti ada cara untuk memulihkannya.
Kuputuskan untuk menelepon
Charlie lebih dulu. Mungkin apa pun yang sedang terjadi di La Push saat ini memerlukan
keterlibatan polisi. Aku menghambur masuk, tidak sabar lagi ingin segera
berangkat.
Charlie sendiri yang mengangkat
telepon.
"Kepala Polisi Swan."
"Dad, ini Bella.”
"Ada apa?"
Kali ini aku tidak bisa membantah asumsinya bahwa
kalau aku menelepon pasti ada yang tidak beres. Suaraku gemetar.
"Aku mengkhawatirkan Jacob."
"Kenapa?" tanya
Charlie, terkejut oleh topik yang tidak terduga-duga itu.
“Kupikir... kupikir sesuatu
yang aneh sedang terjadi di reservasi. Jacob pernah cerita tentang hal-hal aneh
yang terjadi pada cowok-cowok lain sepantarnya. Sekarang, dia bertingkah sama
seperti mereka dan aku takut."
"Hal-hal seperti apa?"
Charlie berbicara dengan nada profesional khas polisi. Itu bagus; berarti ia
menanggapi keluhanku dengan serius.
“Mula-mula dia ketakutan, lalu
dia menghindariku, dan sekarang... aku takut dia sudah bergabung dengan geng
aneh di sana, gengnya Sam. Gengnya Sam Uley."
“Sam Uley?" ulang Charlie,
terkejut lagi
"Ya."
Suara Charlie terdengar lebih
rileks waktu ia menjawab.
"Kurasa kau keliru, Bells.
Sam Uley itu anak baik. Well,
sekarang dia sudah dewasa. Pemuda baik. Coba saja kaudengar komentar Billy
mengenai dia. Sam melakukan hal-hal positif dengan para pemuda di reservasi.
Dia itu yang—" Charlie tak melanjutkan kata-katanya, dan menurutku ia tadi
pasti hendak mengatakan sesuatu tentang malam saat aku tersesat di hutan.
Aku buru-buru meneruskan
kata-kataku.
"Dad, bukan begitu. Jacob
takut padanya."
"Kau sudah bicara pada Billy tentang hal
ini?" Charlie berusaha menenangkanku sekarang.
Aku langsung kehilangan perhatiannya begitu menyebut
nama Sam tadi.
"Billy tidak merasa
khawatir."
"Well, Bella, kalau begitu aku yakin semua beres. Jacob kan, masih
anak-anak; dia mungkin cuma berulah. Aku yakin dia baik-baik saja.
Bagaimanapun, dia toh tidak bisa bersamamu terus setiap saat."
"Ini tidak ada kaitannya
denganku," aku bersikeras, tapi percuma saja, aku sudah kalah.
"Menurutku, kau tidak
perlu khawatir soal ini.
Biarkan Billy yang mengurus
Jacob."
"Charlie..." Suaraku
mulai merengek.
"Bells, urusanku banyak
sekali sekarang. Dua turis hilang dari jalan setapak di luar danau sabit."
Suaranya terdengar gelisah.
"Masalah dengan serigala ini
jadi semakin tak terkendali." Sejenak perhatianku teralih—terperangah,
lebih tepatnya— oleh kabar itu. Tak mungkin serigalaserigala itu sela
menghadapi Laurent...
"Dad yakin itu yang
terjadi pada mereka?" tanya “Itulah yang kutakutkan. Sayang. Ada—"
Charlie ragu-ragu sejenak. “Di sana ada jejak-jejak lagi.
dan... bercak darah juga kali
ini"
“Oh! Kalau begini pasti tidak terjadi konfrontasi. Laurent
pasti berhasil lari dari kejaran serigalaserigala itu, tapi mengapa? Apa yang
kulihat di padang rumput waktu itu semakin lama semakin aneh—semakin mustahil
untuk dipahami.
“Dengar, aku benar-benar harus
pergi. Jangan khawatirkan Jake, Bella. Aku yakin semuanya
beres."
“Baiklah," sergahku pendek,
frustrasi karena kata-katanya mengingatkanku pada krisis lebih mendesak yang
kuhadapi. "Bye." Kututup
telepon. Kupandangi pesawat telepon lama sekali. Masa bodohlah, aku memutuskan.
Billy menjawab setelah dua deringan.
"Halo?"
"Hai, Billy," sapaku,
nyaris menggeram. Aku berusaha terdengar lebih ramah saat meneruskan
kata-kataku. "Bisa bicara dengan Jacob?”
"Jake pergi." Sangat
mengejutkan.
"Anda tahu dia ke
mana?"
"Pergi dengan
teman-temannya." Suara Billy hati-hati.
"Oh ya? Ada yang kukenal?
Quil?" Kentara sekali kata-kata itu tidak terlontar dengan sikap
biasabiasa saja seperti yang sebenarnya kumaksudkan.
"Bukan," jawab Billy
lambat-lambat.
"Kurasa dia tidak pergi
bersama Quil hari ini." Aku tahu lebih baik aku tidak menyebut nama Sam.
"Embry?" tanyaku.
Billy terkesan lebih gembira karena bisa menjawab
pertanyaan yang satu ini.
"Yeah, dengan Embry."
Itu sudah cukup bagiku. Embry
termasuk geng mereka.
"Well, bisa tolong suruh dia meneleponku kalau sudah pulang nanti,
ya?"
"Tentu, tentu. Tidak
masalah." Klik.
"Sampai ketemu lagi,
Billy," gerutuku di telepon yang sudah mati.
Aku mengendarai trukku ke La
Push, bertekad hendak menunggu. Aku akan duduk di depan rumahnya semalaman
kalau perlu. Aku akan bolos sekolah. Cepat atau lambat anak itu pasti pulang,
dan kalau itu terjadi, ia harus bicara denganku.
Otakku begitu sibuk memikirkan
perjalanan yang selama ini begitu takut kulakukan hingga rasanya hanya butuh
beberapa detik saja untuk sampai ke sana. Tahu-tahu saja hutan sudah mulai
menipis, dan aku tahu sebentar lagi aku akan bisa melihat rumah-rumah kecil
pertama di reservasi.
Berjalan menjauh, di sisi kiri jalan, tampak cowok
jangkung bertopi bisbol. Napasku sempat tercekat sesaat di tenggorokkan,
berharap keberuntungan memihakku sekali itu, dan aku tanpa sengaja bertemu
Jacob tanpa perlu bersusah-payah.
Tapi pemuda itu badannya terlalu lebar, dan rambut di
bawah topinya pendek. Bahkan dari belakang pun aku yakin itu Quil, meski ia
tampak lebih besar daripada waktu aku terakhir kali melihatnya. Ada apa dengan
pemuda-pemuda Quileute ini? Apakah mereka dicekoki hormon pertumbuhan hasil
eksperimen?
Penutup Novel Twilight (New Moon) – SEKTE Bab 62
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port SEKTE Bab
62 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab
berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab
berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: