Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 60 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – PADANG RUMPUT Bab 60
"Aku sedang malas belajar
Kalkulus hari ini." Charlie bersedekap.
"Kan sudah kubilang untuk
menjauhi hutan."
"Yeah, aku tahu. Jangan
khawatir, aku tidak akan melakukannya lagi," Aku bergidik.
Sepertinya baru saat itulah
Charlie benar-benar memerhatikan keadaanku. Aku ingat tadi aku sempat meringkuk
di tanah hutan; jadi pastilah keadaanku benar-benar berantakan.
"Apa yang terjadi?" desak Charlie.
Lagi, aku memutuskan mengatakan hal yang sebenarnya,
setidaknya sebagian, adalah pilihan terbaik. Aku terlalu terguncang untuk
berpurapura aku tadi menikmati hari yang tenang dengan flora dan fauna hutan.
"Aku melihat beruang
itu." Aku berusaha mengatakannya dengan tenang, tapi suaraku tinggi dan
gemetar.
"Ternyata bukan beruang—
tapi sejenis serigala. Dan jumlahnya ada lima. Ada yang berbulu hitam besar,
abu-abu, cokelat kemerahan..."
Mata Charlie membelalak ngeri.
Ia bergegas menghampiriku dan menyambar bagian atas lenganku.
“Kau tidak apa-apa?"
Kepalaku mengangguk-angguk
lemah.
"Ceritakan padaku apa yang
terjadi."
"Mereka tidak
menggubrisku. Tapi setelah mereka pergi, aku lari dan terjatuh-jatuh."
Charlie melepaskan bahuku dan memelukku erat-erat. Selama beberapa saat ia
tidak mengatakan apa-apa.
“Serigala," gumamnya.
"Apa?"
"Menurut polisi hutan,
jejak-jejaknya bukan jejak beruang— tapi serigala tidak sebesar itu..."
"Mereka ini raksasa"
"Berapa banyak katamu
tadi?"
“Lima.”
Charlie menggeleng, keningnya berkerut cemas. Akhirnya
ia bicara dengan nada yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
"Tidak boleh hiking
lagi."
"Pasti," aku berjanji dengan patuh.
Charlie menelepon ke kantor
untuk melaporkan apa yang kulihat. Aku berbohong sedikit saat mengatakan di
mana persisnya aku melihat serigala-serigala itu—kubilang saja aku sedang
menyusuri jalan setapak yang mengarah ke utara.
Aku tak ingin ayahku tahu
seberapa jauh aku telah masuk ke dalam hutan, melanggar larangannya, dan, yang
lebih penting lagi, aku tidak mau orang lain berkeliaran di dekat tempat
Laurent mungkin mencariku. Pikiran itu membuatku mual. "Kau lapar?"
tanya Charlie setelah menutup telepon.
Aku menggeleng, meskipun
seharusnya perutku keroncongan. Aku belum makan seharian.
"Capek saja," jawabku.
Aku berbalik menuju tangga.
"Hei," seru Charlie,
suaranya mendadak berubah curiga lagi.
"Bukankah kau tadi bilang
Jacob pergi seharian?"
"Kata Billy begitu,"
jawabku, bingung mendengar pertanyaannya.
Charlie mengamati ekspresiku
sebentar, dan tampaknya puas dengan apa yang dilihatnya di sana.
"Hah."
"Kenapa?" tuntutku.
Kedengarannya Charlie seolah menuduhku telah berbohong
padanya tadi pagi. Mengenai hal lain selain belajar dengan Jessica.
"Well, hanya saja waktu aku menjemput Harry tadi, aku melihat Jacob
di depan toko yang ada di sana bersama teman-temannya.
Aku melambai menyapanya, tapi
dia... Well aku tak yakin dia
melihatku. Sepertinya dia sedang berdebat dengan teman-temannya. Dia tampak
aneh, seperti kesal mengenai sesuatu. Dan... berbeda. Seolah-olah kau bisa
melihat anak itu bertumbuh! Setiap kali melihatnya, sepertinya dia semakin
bertambah besar."
"Kata Billy, Jake dan
teman-temannya pergi ke Port Angeles untuk nonton film. Mungkin mereka sedang
menunggu teman di sana."
"Oh." Charlie
mengangguk dan berjalan ke dapur.
Aku berdiri di ruang depan,
berpikir tentang Jacob yang berdebat dengan teman-temannya. Aku penasaran
apakah ia mengonfrontir Embry rentang kedekatannya dengan Sam. Mungkin itulah
sebabnya ia meninggalkanku hari ini—kalau itu berarti ia bisa menuntaskan
masalahnya dengan Embry aku ikut senang.
Aku berhenti sebentar untuk memastikan pintu masih
terkunci rapat sebelum masuk ke kamar. Tindakan konyol sebenarnya. Apa gunanya
kunci bagi monster-monster yang kulihat siang tadi? Asumsiku, gagang pintu saja
sudah cukup untuk menghalangi masuknya serigala, karena mereka tidak memiliki
ibu jari untuk memegang. Dan kalau Laurent datang ke sini... Atau... Victoria.
Aku berbaring di tempat
tidurku, tapi tubuhku bergetar begini hebat hingga aku susah tidur. Aku
meringkuk rapat-rapat di bawah selimut, dan menghadapi fakta-fakta mengerikan.
Tidak ada yang bisa kulakukan. Tidak ada pencegahan yang bisa kuambil. Tidak
ada tempat untuk bersembunyi. Tidak ada orang yang bisa menolongku.
Aku sadar, dengan perut melilit
mual, bahwa situasinya sekarang lebih buruk daripada itu. Karena semua fakta
itu juga mengacu pada Charlie. Ayahku, tidur di kamar yang bersebelahan dengan
kamarku, hanya terpisah sedikit saja dari inti sasaran yang terpusat padaku.
Bau tubuhku akan menggiring mereka ke sini, tak peduli aku ada di sini atau
tidak.
Tremor itu mengguncang-guncang tubuhku sampai
gigi-gigiku gemeletukan. Untuk menenangkan diri aku membayangkan hal yang tidak
mungkin: aku membayangkan serigala-serigala besar itu berhasil menangkap
Laurent di hutan dan membantai makhluk yang tidak bisa mati dan tidak bisa
dihancurkan itu, seperti mereka memangsa habis manusia normal lainnya.
Meski absurd, bayangan itu membuatku tenang. Kalau
serigala-serigala itu berhasil menangkapnya, ia tidak bisa mengatakan pada
Victoria bahwa aku sendirian di sini. Bila ia tidak kembali, mungkin Victoria
mengira keluarga Cullen masih melindungiku. Seandainya kawanan serigala itu bisa
memenangkan pertarungan...
Vampir-vampir baikku takkan
pernah kembali; betapa melegakan membayangkan vampir jenis lain juga bisa
menghilang.
Kupejamkan mataku rapat-rapat
dan menunggu datangnya ketidaksadaran—hampir tidak sabar lagi menunggu mimpi
burukku dimulai. Lebih baik bermimpi buruk daripada melihat seraut wajah tampan
yang pucat tersenyum padaku sekarang dari balik kelopak mataku.
Dalam imajinasiku, mata
Victoria hitam oleh dahaga, cemerlang oleh antisipasi, dan bibirnya menekuk,
menampilkan gigi-giginya yang berkilau dalam kegembiraan. Rambut merahnya
terang laksana api; berkibar-kibar kusut mengitari wajahnya yang liar.
Kata-kata Laurent tadi
terngiang-ngiang dalam benakku. Kalau kau
tahu apa yang dia rencanakan untukmu...
Aku menempelkan tinjuku kuat-kuat ke mulut agar tidak
menjerit.
Penutup Novel Twilight (New Moon) – PADANG RUMPUT Bab 60
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port PADANG RUMPUT Bab 60 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan
terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan
baca bab berikutnya dengan mengklik tombol
navigasi bab di bawah ini.
0 comments: