Sunday, March 6, 2022

Bab 58 Novel Twilight (NEW MOON) – PADANG RUMPUT - Baca Di Sini

Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.

Dalam novel ini Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.

Sebelum kamu membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.

Ok, Silahkan baca novel Twilight (New Moon) Bab 58 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu hadapi.

Baca Novel Twilight – PADANG RUMPUT Bab 58

"Kalau dia tahu aku membunuhmu," jawabnya sambil mendengkur merayu.

Aku terhuyung-huyung mundur. Geraman panik di kepalaku membuatnya semakin sulit didengar.

"Dia ingin melakukannya sendiri,” Laurent melanjutkan senang.

"Dia agak... kesal denganmu. Bella."

"Aku?" pekikku. Laurent menggeleng dan terkekeh.

"Aku tahu, menurutku sepertinya itu juga agak sedikit bodoh. Tapi James pasangannya, dan Edward-mu membunuhnya."

Bahkan di sini, di ambang maut, namanya masih merobek lukaku yang masih basah bagaikan pisau bergerigi tajam.

Laurent tidak menyadari reaksiku. "Menurutnya lebih tepat membunuhmu daripada membunuh Edward—itu baru adil, pasangan untuk pasangan. Dia memintaku memetakan arah untuknya, katakanlah begitu.

Tak kukira kau begitu mudah ditemukan. Jadi mungkin rencana Victoria tidak sempurna—ternyata kau bukanlah sasaran balas dendam seperti yang dia bayangkan, karena kau pasti tidak berarti banyak bagi Edward bila dia meninggalkanmu sendiri di sini tanpa perlindungan."

Pukulan lain, sayatan lain ke dadaku. Laurent bergerak sedikit, dan aku terseok mundur selangkah.

Kening Laurent berkerut. "Kurasa dia bakal marah, bagaimanapun juga."

“Kalau begitu mengapa tidak kautunggu saja dia?" bujukku dengan suara tercekik. Seringaian licik membelah wajahnya.

Novel Twilight (NEW MOON)


"Well, kau bertemu denganku di saat yang tidak tepat, Bella. Kedatanganku ke sini bukan untuk menjalankan misi Victoria—aku sedang berburu. Aku sangat haus, dan baumu... sungguh menerbitkan air liur." Laurent menatapku dengan sikap setuju, seolaholah perkataan itu dimaksudkan sebagai pujian.

"Ancam dia," delusi indah itu memerintahkan, suaranya terdistorsi oleh kengerian. "Dia pasti tahu kau yang melakukannya," bisikku, mematuhi perintah suara itu. "Kau tidak akan bisa lolos."

"Mengapa tidak?" Senyum Laurent melebar.

Ia memandang ke sekeliling padang terbuka kecil yang dikitari pepohonan itu.

"Baumu akan tersapu hujan berikutnya. Tak ada yang akan menemukan mayatmu—kau hanya akan dinyatakan hilang, seperti banyak, banyak sekali manusia lain. Tidak ada alasan bagi Edward untuk mengira itu perbuatanku, kalau dia cukup peduli untuk menyelidiki. Yakinlah, tidak ada masalah pribadi dalam hal ini, Bella. Hanya karena aku haus."

"Memohonlah," halusinasiku memohon.

"Please?” pintaku.

Laurent menggeleng, wajahnya ramah, "Anggap saja begini, Bella. Kau sangat beruntung karena akulah yang menemukanmu."

"Benarkah begitu?" tanyaku, mencuri kesempatan untuk mundur satu langkah lagi.

Laurent mengikuti, gesit dan anggun.

"Ya," ia meyakinkanku.

"Aku akan sangat cepat. Kau tidak akan merasakan apa-apa, aku janji. Oh, aku akan berbohong pada Victoria mengenainya nanti, tentu saja, hanya untuk menenangkan hatinya. Tapi kalau kau tahu apa yang dia rencanakan untukmu, Bella..." Laurent menggeleng dengan gerak lamban, seakan-akan nyaris jijik.

"Berani sumpah, kau pasti akan berterima kasih padaku untuk ini." Kutatap ia dengan ngeri.

Laurent mengendusi angin yang menerbangkan helai-helai rambutku ke arahnya.

"Menerbitkan air liur," ia mengulangi kata-katanya, menghirup dalam-dalam.

Tubuhku mengejang, bersiap lari, mataku menyipit saat aku mengkeret ngeri,dan raungan marah Edward bergema di kejauhan, di bagian belakang kepalaku. Namanya menembus semua dinding yang kubangun untuk menahannya. Edward, Edward, Edward. Aku akan mati. Tidak apa-apa bila aku memikirkan dia sekarang.

Edward, aku cinta padamu.

Melalui mataku yang menyapit, kulihat Laurent berhenti mengendus udara dan memalingkan kepala secepat kilat ke kiri. Aku tak berani mengalihkan pandanganku darinya, mengikuti matanya meski ia tak perlu mengalihkan perhatian ataupun trik lain untuk mengalahkanku. Aku terlalu takjub untuk merasa lega ketika ia pelanpelan mulai mundur menjauhiku.

"Aku tak percaya," ucapnya, suaranya begitu pelan hingga aku nyaris tidak mendengarnya. Barulah saat itu aku menoleh.

Mataku menyapu padang rumput, mencari interupsi yang memperpanjang hidupku.

Awalnya aku tidak melihat apa-apa, dan mataku secepat kilat kembali ke Laurent. Ia mundur lebih cepat lagi sekarang, matanya menatap tajam ke dalam hutan.

Lalu aku melihatnya; sesosok makhluk hitam besar muncul dari sela-sela pepohonan, tenang seperti bayangan, dan berjalan mantap menghampiri si vampir. Tubuhnya besar sekali— setinggi kuda, tapi lebih gemuk, jauh lebih berotot.

Moncongnya yang panjang meringis, memamerkan sederet taring setajam belati. Geraman liar meluncur dari sela-sela giginya, menggelegar melintasi ruang terbuka seperti suara petir menyambar.

Beruang itu. Hanya saja, ternyata hewan itu bukan beruang. Namun tetap saja, pasti monster hitam raksasa inilah makhluk yang menggegerkan warga itu. Dari jauh orang akan mengira itu beruang. Hewan apa lagi yang badannya bisa sebesar dan sekekar itu?

Aku berharap akan beruntung dan bisa melihatnya dari jauh. Tapi yang terjadi malah hewan itu melangkah tanpa suara melintasi rerumputan, hanya tiga meter dari tempatku berdiri.

"Jangan bergerak sedikit pun," suara Edward berbisik Kupandangi makhluk mengerikan itu, pikiranku kacau saat aku berusaha menemukan nama hewan itu.

Bentuknya jelas mirip anjing, begitu juga caranya bergerak. Aku hanya bisa memikirkan satu kemungkinan, terpaku dalam kengerian yang amat sangat. Namun tak pernah terbayangkan olehku serigala bisa sebesar itu.

Lagi-lagi hewan itu menggeram, dan aku bergidik ngeri mendengarnya.

Laurent mundur ke pinggir pepohonan, dan, meski membeku ketakutan, pikiranku dilanda kebingungan. Mengapa Laurent mundur? Memang serigala itu sangat besar, tapi makhluk itu tetap hanya binatang. Mengapa vampir takut pada binatang?

Dan Laurent sangat ketakutan. Matanya membelalak ngeri, sama seperti aku. Seperti menjawab pertanyaanku, tiba-tiba saja serigala raksasa itu tidak sendirian. Mengapit di sisi kiri dan kanannya, ada dua hewan raksasa lain melenggang diam memasuki padang rumput.

Yang satu berbulu abu-abu gelap, satunya lagi cokelat, namun keduanya tidak setinggi serigala pertama. Serigala abu-abu muncul dari balik pepohonan hanya beberapa meter dariku, matanya terpaku pada Laurent.

Penutup Novel Twilight (New Moon)PADANG RUMPUT Bab 58

Gimana Novel twilight (New Moon) – Port PADANG RUMPUT Bab 58 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.

Selanjutnya
Sebelumnya

0 comments: