Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 47 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – ADRENALIN Bab 47
Aku takut pada kehampaan,
seperti yang selalu terjadi, tapi anehnya, aku juga tidak sabar menunggu
saat-saat yang akan membuatku menjerit dan kemudian tersadar. Aku tahu mimpi
buruk itu pasti berakhir.
Hari Rabu berikutnya, sebelum
aku sampai di rumah dan UGD, dr. Gerandy menelepon ayahku untuk mengingatkan
kemungkinan aku mengalami gegar otak dan menyarankannya untuk membangunkan aku
setiap dua jam sekali sepanjang malam untuk memastikan itu tidak serius. Mata
Charlie menyipit curiga mendengar penjelasan lemahku yang lagi-lagi mengatakan
aku tersandung.
"Mungkin sebaiknya kau
jangan lagi nongkrong di garasi, Bella,” Charlie menyarankan saat makan malam.
Aku panik, khawatir Charlie bakal mengeluarkan semacam
dekrit yang melarangku pergi ke La Push, dan akibatnya aku tidak akan bisa
mengendarai motorku lagi. Tapi aku tak mau menyerah—hari ini aku mengalami
halusinasi paling menakjubkan.
Delusiku yang bersuara sehalus beledu itu
berteriak-teriak padaku selama hampir lima menit sebelum akhirnya aku menginjak
rem kelewat mendadak dan tubuhku terlempar membentur pohon. Untuk itu aku rela
merasakan sakit yang akan kualami malam ini tanpa mengeluh.
“Aku bukannya tersandung di garasi," aku buruburu
memprotes.
"Kami sedang hiking,
dan aku tersandung batu."
"Sejak kapan kau suka hiking?" Charlie bertanya skeptis.
"Kerja di Newton's
membuatku ketularan demam berpetualang," dalihku.
"Setiap hari menjual
berbagai perlengkapan hiking,
lama-lama penasaran juga."
Charlie menatapku tajam, tidak
percaya.
“Aku akan lebih
berhati-hati," janjiku, diamdiam menyilangkan jari-jariku di bawah meja.
"Aku tidak keberatan kau hiking di sekitar La Push, tapi jangan
jauh-jauh dari kota, oke?"
"Kenapa?'
“Well, belakangan ini aku sering mendapat laporan tentang kemunculan
hewan-hewan liar. Petugas dari departemen kehutanan akan mengecek
laporan-laporan itu, tapi untuk sementara waktu..."
“Oh, soal beruang besar
itu," kataku, mendadak paham.
“Yeah, beberapa hiker yang
datang ke Newton's juga mengaku melihatnya. Dad yakin ada beruang grizzly
raksasa yang bermutasi di luar sana?" Kening ayahku berkerut.
"Pokoknya ada sesuatu.
Jangan jauh-jauh dari kota. oke?"
"Tentu, tentu," aku
buru-buru menyahut. Kelihatannya Charlie tidak begitu puas.
"Charlie mulai
curiga," keluhku pada Jacob waktu aku menjemputnya sepulang sekolah pada
hari Jumat.
"Mungkin untuk sementara
kita jangan naik motor dulu." Jacob melihat ekspresi penolakan di wajahku
dan menambahkan,
"Setidaknya untuk satu-dua
minggu ini. Kau bisa kan menjauhi rumah sakit selama satu minggu?"
"Lantas, kita ngapain
dong?" omelku.
Jacob tersenyum riang.
"Terserah kau." Aku
memikirkannya sebentar—tentang apa yang kuinginkan.
Aku tidak suka membayangkan
bakal kehilangan kedekatanku dengan kenangan tak menyakitkan itu, meski hanya
beberapa detik— kenangan yang datang sendiri, tanpa aku perlu memikirkannya secara
sadar.
Kalau aku tidak bisa naik motor,
berarti aku harus mencari jalan lain untuk melakukan hal yang berbahaya dan
memicu adrenalin, dan untuk itu diperlukan pemikiran yang serius serta
kreativitas. Tidak melakukan apa-apa untuk sementara sepertinya tidak menarik.
Bagaimana kalau aku depresi
lagi, bahkan walaupun sudah bersama Jake? Aku harus tetap menyibukkan diri.
Mungkin ada jalan lain, resep
lain... tempat lain. Keliru besar mendatangi rumahnya, jelas. Tapi kehadiranmu
pasti terpatri di suatu tempat, di tempat lain selain dalam diriku. Pasti ada
tempat di mana kehadirannya terasa lebih nyata di antara lokasi-lokasi penting
yang sarat kenangan manusia-manusia lain.
Ada satu tempat yang terlintas dalam benakku. Satu
tempat yang akan selalu menjadi miliknya,
bukan milik orang lain. Tempat
yang magis penuh cahaya. Padang rumput indah yang hanya pernah kulihat sekali
dalam hidupku, benderang oleh sinar matahari dan kulitnya yang berpendar-pendar
gemerlap.
Ide itu berpotensi besar
menjadi senjata makan tuan—bisa jadi itu malah akan sangat menyakitkan. Bahkan
memikirkannya saja sudah membuat dadaku nyeri oleh kehampaan.
Sulit rasanya menahan perasaan
tetap tenang, agar tidak ketahuan. Tapi jelas, di sanalah tempatku pasti bisa
mendengar suaranya. Lagi pula. aku sudah telanjur mengatakan pada Charlie bahwa
aku pernah hiking...
"Apa yang kaupikirkan
sampai serius begitu?" tanya Jacob.
"Well..." Aku mulai lambat-lambat.
"Dulu aku pernah menemukan
tempat di dalam hutan—aku menemukannya waktu aku sedang, eh, hiking. Padang rumput kecil, pokoknya
indah sekali. Entah apakah aku bisa menemukannya lagi sendiri. Mungkin bisa
kalau mencoba beberapa kali..."
“Kita bisa memakai kompas dan
peta," kata Jacob penuh percaya diri.
"Kau tahu dari mana
memulainya?"
“Ya, tepat dari ujung jalan setapak di ujung jalan
satu sepuluh berakhir. Arah selatan, kalau tidak salah."
"Bagus, Ayo kita
cari." Seperti biasa, Jacob selalu bersemangat menerima ajakanku.
Tidak peduli betapa pun anehnya
ajakanku itu. Maka, Sabtu siang aku mengikat sepatu bot hiking baruku—dibeli paginya dengan memanfaatkan diskon dua puluh
persen khusus karyawan yang kupakai untuk pertama kali— menyambar peta
topografi Semenanjung Olympic, lalu melaju ke La Push.
Kami tidak langsung mulai;
pertama-tama, Jacob tengkurap di lantai ruang tamu—panjang badannya mengisi
seluruh ruangan—dan, selama dua puluh menit penuh, menggambar jaring-jaring
rumit di bagian-bagian tertentu pada peta sementara aku bertengger di kursi
dapur mengobrol dengan Billy.
Sepertinya Billy sama sekali
tidak khawatir mendengar rencana kami pergi hiking.
Aku terkejut juga karena Jacob menceritakan padanya tentang rencana kami,
padahal orang-orang banyak meributkan soal beruang itu. Aku ingin meminta Billy
untuk tidak bercerita pada Charlie, tapi takut permintaan itu justru
mendorongnya berbuat sebaliknya.
"Mungkin kita akan bertemu
beruang super itu," canda Jacob, matanya tertuju pada desainnya. Aku
cepat-cepat melirik Billy, takut ia bakal bereaksi seperti Charlie.
Tapi Billy hanya tertawa mendengar perkataan anaknya.
"Mungkin sebaiknya kaubawa saja satu stoples madu, untuk jaga-jaga."
Jacob terkekeh.
"Mudah-mudahan sepatu bot barumu bisa berlari
cepat, Bella. Satu stoples madu tidak cukup untuk menahan beruang yang
kelaparan."
"Aku hanya perlu berlari
lebih cepat darimu."
"Selamat deh kalau
begitu!" seru Jacob, memutar bola matanya sambil melipat peta.
"Ayo kita pergi.”
Penutup Novel Twilight (New Moon) – ADRENALIN Bab 47
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port ADRENALIN Bab
47 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab
berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab
berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: