Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 138 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – EPILOG—KESEPAKATAN Bab 138
Aku yang pertama bersuara;
suaraku gemetar.
"Sialan." Ekspresi
marah Jacob sedikit melunak.
"Aku benar-benar minta
maaf soal itu," gumamnya.
"Aku harus melakukan apa
yang bisa kulakukan—aku harus berusaha..."
“Trims." Suaraku yang
bergetar menghancurkan kesinisanku. Aku melayangkan pandang ke ujung jalan
setapak, setengah berharap Charlie menghambur menerobos semak-semak basah
seperti banteng mengamuk. Aku akan menjadi bendera merahnya di skenario itu.
"Satu hal lagi," kata
Edward padaku, kemudian ia berpaling kepada Jacob.
“Kami tidak menemukan jejak
Victoria di wilayah kami – kalian sendiri bagaimana?"
Edward langsung tahu jawabannya
begitu Jacob memikirkannya, tapi Jacob tetap menyuarakannya.
"Terakhir kalinya adalah
waktu Bella... pergi. Kami biarkan saja dia mengira dia berhasil menerobos
pertahanan kami—lalu kami mempersempit lingkaran, bersiap-siap
menyerangnya..." Punggungku bagaikan disiram air es.
"Tapi kemudian dia melesat
pergi seperti kelelawar melesat keluar dari neraka. Sepanjang yang bisa kami
duga, dia cium bau adik perempuanmu dan langsung kabur. Sejak dia belum kembali
mendekati tanah kami."
Edward mengangguk. "Kalau
dia kembali, dia bukan masalah kalian lagi. Kami akan"
"Dia membunuh di wilayah
kami," desis Jacob.
"Dia milik kami!"
"Tidak," aku mulai
memprotes pernyataan mereka.
"BELLA! AKU MELIHAT
MOBILNYA JADI AKU TAHU KAU ADA DI SANA! KALAU KAU TIDAK MASUK KE RUMAH DALAM
SATU MENIT..!"
Charlie tidak menyelesaikan
ancamannya.
"Ayo," ajak Edward.
Aku menoleh kepada Jacob,
terbagi-bagi.
Apakah aku akan melihatnya lagi?
"Maaf," bisik Jacob pelan sekali sehingga aku baru mengerti setelah
membaca gerak bibirnya.
"Bye, Bells.
"Kau sudah berjanji," aku mengingatkannya
dengan sedih.
"Masih berteman, kan?" Jacob menggeleng
lambat-lambat, dan gumpalan di tenggorokanku nyaris mencekikku.
"Kau tahu betapa sulitnya aku sudah berusaha
menepati janji itu, tapi... aku tidak tahu bagaimana aku bisa terus mencobanya.
Tidak sekarang..." Jacob berusaha keras mempertahankan mimik wajahnya yang
seperti topeng, tapi mimik itu goyah kemudian lenyap.
"Aku kehilangan kau, mulutnya bergerak-gerak tanpa
suara. Sebelah tangannya terulur padaku, jari-jarinya membentang, seolah
berharap jari-jari itu cukup panjang untuk menjembatani jarak yang membentang
di antara kami.
"Aku juga," ujarku
tercekat.
Tanganku terulur ke arahnya
melintasi jarak yang lebar. Seolah terhubung, gema kepedihan hati Jacob memilin
hatiku. Kesedihannya adalah kesedihanku juga.
"Jake..." Aku maju
selangkah menghampirinya. Ingin rasanya aku memeluk pinggangnya dan menghapus
ekspresi sedih di wajahnya. Edward menarikku lagi, lengannya menahan, bukan
melindungi.
"Tidak apa-apa," aku
meyakinkan Edward, mendongak untuk membaca wajahnya dengan sorot percaya di
mataku. Ia pasti mengerti. Mata Edward tak bisa dibaca, wajahnya tanpa
ekspresi. Dingin.
"Tidak, itu tidak
benar."
"Lepaskan dia," geram
Jacob, kembali marah.
"Dia ingin lepas!” Jacob maju dua langkah lebarlebar.
Kilatan antisipasi terpancar dari matanya. Dadanya seolah
menggelembung saat ia bergetar. Edward mendorongku ke belakang punggungnya,
berputar menghadapi Jacob.
"Tidak! Edward—!"
"ISABELLA S WAN!"
"Ayolah! Charlie marah!" Suaraku panik, tapi
bukan karena Charlie sekarang.
"Cepatlah!" Kutarik-tarik tangan Edward dan
ia sedikit rileks. Ditariknya aku kembali pelan-pelan, matanya terus tertuju
kepada Jacob sementara kami mundur.
Jacob mengawasi kami dengan
seringaian marah menghiasi wajahnya yang getir. Sorot antisipasi tadi surut
dari wajahnya, kemudian, tepat sebelum hutan memisahkan kami, wajahnya
tiba-tiba berkerut menahan sakit.
Aku tahu pemandangan wajahnya
yang terakhir itu akan terus menghantuiku sampai aku melihatnya tersenyum lagi.
Dan saat itulah aku bersumpah
bahwa aku akan melihatnya tersenyum, dan itu tidak lama lagi. Aku akan mencari
jalan untuk mempertahankan temanku.
Edward tetap merangkul
pinggangku, mendekapku erat-erat. Hanya itu yang membuat air mataku tidak
tumpah.
Aku punya banyak persoalan
serius.
Sahabatku menganggapku musuh.
Victoria masih berkeliaran, membahayakan semua orang yang kusayangi.
Kalau aku tidak segera menjadi
vampir, keluarga Volturi akan membunuhku.
Dan kini, sepertinya bila aku berubah, para werewolf Quileute juga akan melakukan
hal yang sama—selain berusaha membunuh keluarga masa depanku juga. Sebenarnya
menurutku mereka tidak bakal berhasil, tapi apakah sahabatku akan tewas dalam
usahanya melakukan hal itu?
Benar-benar persoalan yang
sangat serius. Jadi kenapa semua masalah itu mendadak terasa sangat tidak
signifikan saat kami menerobos keluar dari pepohonan dan aku melihat ekspresi
di wajah Charlie yang ungu?
Edward meremasku lembut.
"Tenang, ada aku.” Aku menarik napas dalam-dalam.
Itu benar. Ada Edward di sini,
dengan kedua lengannya memelukku.
Aku sanggup menghadapi apa pun juga, selama ada dia.
Kutegakkan bahuku dan berjalan maju menyongsong nasib, takdirku berjalan mantap
mengiringiku.
Penutup Novel Twilight (New Moon) – EPILOG—KESEPAKATAN Bab 138
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port KESEPAKATAN Bab
138 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab
berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab
berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: