Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 131 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – PEMUNGUTAN SUARA Bab 131
Aku belum pernah melihat
keluarga Cullen menggunakan meja ruang makan sebelumnya—itu hanya perabot.
Mereka tidak makan di rumah. Begitu aku berbalik untuk duduk di kursi, aku
melihat kami tidak sendirian. Esme berjalan mengikuti Edward, dan di
belakangnya, anggota keluarga lainnya menyusul.
Carlisle duduk di kananku,
sementara Edward di kiri. Tanpa bersuara yang lain-lain duduk di kursi
masing-masing Alice nyengir padaku, belum-belum sudah memahami plotnya Emmett
dan Jasper terlihat ingin tahu, sementara Rosalie tersenyum ragu-ragu padaku.
Malu-malu aku membalas senyumnya. Masih butuh waktu untuk membiasakan diri.
Carlisle mengangguk padaku.
"Silakan dimulai." Aku
menelan ludah.
Tatapan mereka membuatku gugup.
Edward meraih tanganku di bawah meja. Aku melirik padanya, tapi ia memandangi
anggota keluarganya yang lain, wajahnya tiba-tiba garang.
"Well" aku terdiam sejenak.
"Kuharap Alice sudah
menceritakan pada kalian semua yang terjadi di Volterra?"
"Semuanya sudah," Alice meyakinkanku.
Aku melayangkan pandangan penuh
arti padanya.
"Dan saat dalam
perjalanan?"
"Itu juga sudah,"
angguknya.
"Bagus," aku
mengembuskan napas lega.
"Kalau begitu, kita semua
sudah sama-sama mengerti." Mereka menunggu dengan sabar sementara aku
mencoba menata pikiranku.
"Jadi begini, aku punya masalah," aku
memulai.
"Alice berjanji pada keluarga Volturi bahwa aku
akan menjadi seperti kalian. Mereka akan mengirim seseorang ke sini untuk
mengecek, dan aku yakin itu sesuatu yang harus dihindari.
"Jadi, sekarang, ini melibatkan kalian semua. Itu
sangat kusesali." Kutatap wajah rupawan mereka satu demi satu, meninggalkan
yang paling rupawan sebagai yang terakhir.
Sudut-sudut mulut Edward tertekuk ke bawah, membentuk
seringaian.
"Tapi kalau kalian tidak menginginkan aku, aku
tidak akan memaksa kalian, terlepas dari apakah Alice setuju melakukannya atau
tidak.” Esme membuka mulut untuk bicara, tapi kuangkat jariku untuk
menghentikannya.
"Please,
izinkan aku menyelesaikan penjelasanku dulu. Kalian tahu apa yang kuinginkan.
Dan aku yakin kalian tahu bagaimana pendapat Edward. Jadi, menurutku,
satu-satunya cara yang adil untuk memutuskannya adalah dengan melakukan
pemungutan suara. Kalau kalian memutuskan tidak menginginkanku, maka... kurasa
aku akan kembali ke Italia sendirian. Aku tidak mau mereka datang ke sini!”
Memikirkannya saja sudah
membuat keningku berkerut.
Terdengar geraman samar dari
dalam dada Edward. Aku mengabaikannya.
"Dengan mempertimbangkan
keselamatan kalian, aku ingin kalian memilih ya atau tidak tentang apakah aku
akan menjadi vampir." Aku separo tersenyum saat mengucapkan kata terakhir
itu, dan memberi isyarat pada Carlisle untuk mulai.
"Tunggu sebentar,"
sela Edward.
Kutatap dia garang lewat mata
yang disipitkan. Edward mengangkat alisnya padaku, meremas tanganku.
"Ada yang ingin
kutambahkan sebelum kita memulai pemungutan suara." Aku mendesah.
"Tentang bahaya yang
dimaksud Bella," lanjutnya.
"Menurutku, kita tidak
perlu kelewat khawatir."
Ekspresi Edward semakin bersemangat. Ia meletakkan
sebelah tangannya di permukaan meja yang mengilap dan mencondongkan tubuh.
“Begini," ia menjelaskan, memandang sekeliling
meja sambil bicara,
"ada lebih dari satu alasan mengapa aku tak ingin
menjabat tangan Aro di sana, pada akhirnya. Ada sesuatu yang tak terpikirkan
oleh mereka, dan aku tak ingin memunculkan pikiran itu dalam benak
mereka." Edward nyengir.
"Apa itu?" desak
Alice.
Aku yakin ekspresiku juga sama
skeptisnya dengan mimik Alice.
"Keluarga Volturi terlalu
percaya diri, dan alasannya kuat. Saat memutuskan menemukan seseorang, mereka
bisa menemukannya dengan mudah. Ingatkah kau pada Demetri?" Edward menoleh
padaku.
Aku bergidik. Bagi Edward itu
berarti "ya".
"Dia bisa menemukan
orang-orang itu memang bakatnya, karena itulah mereka mempekerjakannya.”
Nah, selama kita bersama
mereka, aku menyadap otak mereka untuk mencari tahu hal apa saja yang bisa menyelamatkan
kita, mengumpulkan sebanyak mungkin informasi. Jadi aku melihat bagaimana bakat
Demetri bekerja. Dia pelacak—pelacak yang seribu kali lebih hebat daripada
James. Kemampuannya secara longgar terhubung dengan apa yang kulakukan, atau
apa yang Aro lakukan. Dia menangkap... bau? Aku tidak tahu bagaimana
menggambarkannya... getaran... pikiran seseorang, dan kemudian mengikutinya.
Dia bisa melacak dari jarak sangat jauh.
"Tapi setelah eksperimen
kecil yang dilakukan Aro, well...”
Edward mengangkat bahu.
"Kaupikir dia takkan bisa
menemukan aku," sergahku datar.
Edward tersenyum puas.
"Aku yakin sekali. Demetri
bergantung sepenuhnya pada indra lain itu. Kalau itu tidak mempan dilakukan
terhadapmu, mereka semua bakal buta”.
"Lantas, bagaimana itu bisa
menyelesaikan persoalan?”
"Jelas sekali, Alice akan
bisa memberi tahukan kapan mereka berencana datang, kemudian aku akan
menyembunyikanmu Mereka takkan bisa berbuat apa-apa,” kata Edward dengan sikap
senang.
"Itu akan sama sulitnya
dengan mencari jarum dalam tumpukan jerami!" Edward dan Emmert bertukar
pandang dan tersenyum menyeringai. Ini tak masuk akal.
"Tapi mereka bisa
menemukanmu," aku mengingatkannya.
"Dan aku bisa menjaga
diriku sendiri.” Emmett tertawa, dan mengulurkan tangan ke seberang meja pada
saudaranya, mengacungkan tinjunya.
"Rencana yang bagus
sekali, saudaraku," ucapnya antusias. Edward mengulurkan tangan dan
membenturkan tinjunya dengan tinju Emmett.
"Tidak," desis
Rosalie.
"Sama sekali tidak"
aku sependapat.
"Bagus," ucap Jasper kagum.
"Dasar idiot," omel Alice.
Esme hanya memandang garang
kepada Edward. Aku menegakkan posisi dudukku, kembali fokus. Ini kan rapatku.
"Baiklah kalau begitu.
Edward telah menawarkan alternatif lain pada kalian sebagai bahan
pertimbangan," ujarku dingin.
"Mari kita melakukan
pemungutan suara." Kali ini aku menatap Edward; lebih baik aku segera
mengetahui pendapatnya.
"Kau ingin aku bergabung
dengan keluargamu?" Mata Edward sekeras dan sehitam batu api.
"Tidak dengan cara itu. Kau
harus tetap menjadi manusia."
Aku mengangguk sekali, menjaga
ekspresiku tetap tenang, dan berlanjut ke yang lain.
"Alice?"
"Ya."
"Jasper?"
"Ya," jawab Jasper,
suaranya muram. Aku sedikit terkejut aku
sama sekali tidak yakin pada pilihannya—tapi aku menekan reaksiku dan melanjutkan.
"Rosalie?"
Rosalie ragu-ragu sejenak, menggigit bibir bawahnya
yang penuh dan sempurna itu.
"Tidak." Aku tetap memasang wajah tenang dan
memalingkan wajahku sedikit untuk melanjutkan ke anggota keluarga lain, tapi
Rosalie mengangkat kedua tangannya, telapak tangannya mengarah ke depan.
"Izinkan aku memberi
penjelasan," Rosalie memohon.
"Bukan berarti aku tidak
suka kau menjadi saudaraku. Hanya saja... ini bukan kehidupan yang akan kupilih
untuk diriku sendiri. Kalau saja dulu ada orang yang memilih tidak
untukku."
Aku mengangguk lambat-lambat,
kemudian berpaling kepada Emmett.
Penutup Novel Twilight (New Moon) – PEMUNGUTAN SUARA Bab 131
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port PEMUNGUTAN SUARA Bab 131 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan
terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan
baca bab berikutnya dengan mengklik tombol
navigasi bab di bawah ini.
0 comments: