Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 124 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – KEBENARAN Bab 124
"Ceritanya
bagaimana?" tanyaku, benar-benar ingin tahu, sekaligus berusaha keras
menjaga agar obrolan terus berlangsung juga untuk menenangkan diriku sendiri,
supaya aku tidak membuat Edward kabur ketakutan oleh kerinduan menggebu-gebu
yang bergejolak dalam diriku.
"Apa maksudmu?"
“Aku harus menceritakan apa
pada Charlie? Apa alasanku menghilang selama... omong-omong berapa hari aku
pergi?" Aku berusaha menghitunghitung.
“Hanya tiga hari.” Tatapan
Edward mengeras, tapi kali ini senyumnya lebih alami.
“Sebenarnya, aku berharap kau
punya penjelasan bagus. Soalnya aku tidak tahu harus memberi alasan apa.” Aku
mengerang.
"Hebat."
"Well mungkin
Alice bisa memberi alasan yang tepat," kata Edward, berusaha menghibur
hatiku.
Dan aku merasa terhibur. Siapa yang peduli apa yang
harus kuhadapi nanti? Setiap detik ia di sini – begitu dekat, wajahnya yang
sempurna berkilau dalam keremangan cahaya yang dipantulkan angka-angka jam
alarmku – sangatlah berharga dan tidak patut disia-siakan.
"Jadi," aku memulai,
memilih pertanyaan yang paling tidak penting—walaupun tetap sangat
menarik—sebagai permulaan.
Aku sudah diantarkan dengan
selamat sampai ke rumah, jadi sebentar lagi Edward mungkin akan memutuskan
untuk pergi, kapan saja. Aku harus membuatnya terus bicara. Lagi pula, surga
sementara ini tidak sepenuhnya komplet tanpa suaranya.
"Apa yang kaulakukan selama
ini sampai tiga hari yang lalu?" Wajah Edward langsung kecut.
"Tidak ada yang
menarik."
"Tentu saja tidak,"
gumamku.
"Mengapa kau mengernyitkan
muka seperti itu?"
"Well.."
aku mengerucutkan bibir, menimbangnimbang.
"Seandainya kau, misalnya,
hanya mimpi, jawaban seperti itulah yang pasti akan kauucapkan. Imajinasiku
pasti sudah mentok." Edward mendesah.
"Kalau aku menceritakannya
padamu, apakah akhirnya kau akan percaya bahwa kau tidak sedang bermimpi
buruk?" ,
"Mimpi buruk!"
ulangku sinis. Edward menunggu jawabanku.
"Mungkin," jawabku
secelah berpikir sejenak.
“Kalau menceritakannya
padaku."
"Selama ini aku...
berburu."
"Masa hanya itu yang
kaulakukan?” kritikku.
“Itu jelas tidak membuktikan
aku sudah terbangun.”
Edward ragu-ragu, kemudian berbicara lambatlambat, memilih
kata-kata dengan saksama.
"Aku bukan berburu makanan... sebenarnya aku mencoba
belajar... mencari jejak. Aku kurang bagus dalam hal itu.”
“Apa yang kaulacak?"
tanyaku, tertarik.
"Bukan sesuatu yang
penting." Kata-kata Edward tidak sejalan dengan ekspresinya; ia tampak
gelisah, tidak nyaman.
"Aku tidak mengerti."
Edward ragu-ragu; wajahnya, mengilat oleh bias hijau
aneh lampu jam, tampak terkoyak.
"Aku—" Edward menarik napas dalam-dalam.
"Aku berutang maaf padamu. Tidak, tentu saja aku
berutang banyak padamu, jauh lebih banyak daripada itu. Tapi kau harus
tahu—" kata-kata mulai mengalir sangat cepat.
Seingatku, beginilah cara Edward bicara bila sedang
gelisah, sehingga aku harus berkonsentrasi penuh untuk menangkap semuanya "bahwa aku sama sekali tidak tahu. Aku
tidak menyadari kekacauan yang kutinggalkan. Kusangka kau aman di sini. Sangat
aman. Aku tidak mengira Victoria—" bibir Edward melengkung ke belakang
saat mengucapkan nama itu "akan kembali.
Harus kuakui, ketika melihatnya waktu itu, aku lebih
memerhatikan pikiran James. Tapi aku sama sekali tidak melihat respons semacam
ini dalam dirinya. Bahwa dia bahkan memiliki hubungan dengan James. Kurasa aku
mengerti sekarang Victoria sangat yakin pada James, jadi tak pernah terlintas
dalam pikirannya bahwa James bisa gagal. Rasa percaya diri yang terlalu
berlebihanlah yang menutupi perasaannya terhadap James – itu membuatku tidak
melihat besarnya cinta Victoria kepada James, serta hubungan batin yang
terjalin di antara mereka.
"Bukan berarti tindakanku meninggalkanmu
menghadapi bahaya semacam itu bisa dimaafkan. Waktu aku mendengar apa yang
kaukatakan pada Alice—apa yang dilihatnya sendiri—waktu aku sadar ternyata kau
sampai harus bergaul dengan werewolf,
werewolf yang tidak dewasa, kasar,
makhluk terburuk lain selain Victoria—" Edward bergidik dan serbuan
kata-katanya terhenti sejenak.
"Ketahuilah, aku sama sekali tidak tahu tentang
hal ini. Aku merasa muak, muak luar biasa, bahkan sampai sekarang, setiap kali
aku bisa melihat dan merasakan kau aman dalam pelukanku. Sungguh bodoh dan
tolol aku ini—"
"Hentikan," aku memotong perkataannya.
Edward menatapku sedih, dan aku berusaha menemukan
kata-kata yang tepat—yang akan membebaskan Edward dari kewajiban rekaannya
sendiri ini, yang membuatnya sangat menderita. Tidak mudah mengutarakannya.
Entah apakah aku bisa mengucapkannya tanpa menangis.
Tapi aku harus mencoba melakukannya dengan benar. Aku tidak mau menjadi sumber
perasaan bersalah dan kesedihan dalam hidupnya. Seharusnya Edward bahagia, tak
peduli bagaimana akibatnya bagiku.
Aku benar-benar berharap bisa menunda bagian terakhir
pembicaraan kami ini. Soalnya, ini hanya akan mengakhiri lebih cepat pertemuan
kami.
Mengandalkan latihan selama berbulan-bulan untuk berusaha
bersikap normal di hadapan Charlie, aku memasang ekspresi datar.
"Edward," kataku.
Mengucapkan namanya membuat tenggorokanku serasa terbakar.
Aku bisa merasakan bayangan lubang itu,, siap menganga kembali dan mengoyak
dadaku begitu Edward pergi nanti. Entah bagaimana aku bisa bertahan nanti.
"Ini harus dihentikan sekarang.
Kau tidak boleh berpikir begitu. Kau tidak bisa
membiarkan... rasa bersalah ini menguasai hidupmu. Kau tidak bisa bertanggung
jawab atas hal-hal yang terjadi padaku di sini. Itu bukan salahmu, itu hanyalah
bagian dari bagaimana kehidupan sebenarnya bagiku.
Jadi, kalau aku tersandung di depan bus atau hal lain suatu
saat nanti, kau harus sadar bukan tugasmu untuk menyalahkan dirimu. Kau tidak
boleh langsung kabur ke Italia hanya karena kau merasa bersalah tidak bisa
menyelamatkan aku.
Bahkan seandainya aku terjun dari tebing itu untuk mati, itu
pilihanku sendiri, bukan kesalahanmu. Aku tahu sudah menjadi... sifatmu
menanggung rasa bersalah untuk segala sesuatunya, tapi kau benar-benar tidak
bisa membiarkan hal itu membuatmu melakukan halhal ekstrem! Itu sangat tidak
bertanggung jawab— pikirkan Esme dan Carlisle dan—" Aku nyaris tak bisa
menahan tangis. Aku berhenti untuk menarik napas dalam-dalam, berharap bisa
menenangkan diri. Aku harus membebaskannya. Aku harus memastikan ini tidak akan
pernah terjadi lagi.
Penutup Novel Twilight (New Moon) – KEBENARAN Bab 124
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port KEBENARAN Bab 124
? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab
berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab
berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.