Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 122 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – PENERBANGAN Bab 122
"Terima kasih
banyak," bisiknya di telingaku. Kemudian Esme memeluk Edward, dan ia terlihat
seperti ingin menangis.
"Jangan pernah membuatku
menderita seperti itu lagi,” Esme nyaris menggeram. Edward menyeringai, penuh
penyesalan.
“Maaf, Mom.”
"Terima kasih Bella,” kata Carlisle.
“kami berutang budi padamu.”
“Ah, tidak,” gumamku. Tiba-tiba
saja aku merasa letih sekali karena begadang semalaman.
Kepalaku terasa lepas dari
tubuhku.
“Dia sangat kelelahan,"
Esme memarahi Edward.
"Mari kita bawa dia
pulang."
Tidak yakin apakah saat ini
ingin pulang, aku tersaruk-saruk, separo buta, melintasi bandara, Edward
menyeretku di satu sisi, sementara Esme di sisi lain. Aku tidak tahu apakah
Alice dan Jasper mengikuti di belakang kami atau tidak, dan aku terlalu lelah
untuk melihat.
Kurasa aku tertidur, walaupun
masih berjalan, saat kami sampai di mobil. Keterkejutan melihat Emmett dan
Rosalie bersandar pada sedan hitam di bawah cahaya buram lampu-lampu garasi
parkir membuatku tersentak.
Edward mengejang.
"Jangan," bisik Esme.
"Rosalie merasa
bersalah."
"Memang seharusnya
begitu," tukas Edward, tidak berusaha memelankan suara.
"Itu bukan salahnya."
belaku, kata-kataku tidak terdengar jelas karena kelelahan.
“Beri kesempatan padanya untuk
meminta maaf," pinta Esme.
"Kami akan naik mobil
bersama Alice dan Jasper."
Edward memandang garang pasangan vampir berambut
pirang yang sangat memesona itu.
“Kumohon,
Edward," ujarku.
Sebenarnya aku juga tidak mau semobil dengan Rosalie,
sama seperti Edward, tapi cukup sudah aku menyebabkan perpecahan dalam keluarga
ini.
Edward mendesah, lalu menarikku
ke mobil. Emmett dan Rosalie naik ke kursi depan tanpa bicara, sementara Edward
lagi-lagi menarikku ke kursi belakang. Aku tahu aku tidak akan mampu melawan
kelopak mataku lagi, jadi kubaringkan kepalaku di dadanya dengan sikap kalah,'
membiarkan mataku terpejam. Kurasakan mesin mobil menderum pelan.
"Edward," Rosalie
memulai.
"Aku tahu." Nada
kasar Edward terdengar tidak ramah.
"Bella?" Rosalie
bertanya lirih.
Kelopak mataku menggeletar
terbuka dengan shock Ini pertama
kalinya ia berbicara langsung padaku.
"Ya, Rosalie?"
sahutku, ragu-ragu.
“Aku sangat menyesal, Bella.
Aku merasa sangat bersalah telah menyebabkan semua ini, dan sangat bersyukur
kau cukup berani untuk pergi dan menyelamatkan saudaraku setelah apa yang
kuperbuat. Kuharap kau mau memaafkanku.” Kata-katanya canggung, terbata-bata
karena malu, tapi terdengar tulus.
"Tentu saja,
Rosalie," gumamku, menyambar kesempatan apa saja untuk membuatnya tidak
membenciku lagi. “Ini bukan salahmu.
Akulah yang melompat dari
tebing sialan itu. Tentu saja aku memaafkanmu.”
Kata-kataku terdengar
mengantuk.
"Itu tidak masuk hitungan
sampai dia sadar, Rose,” Emmet terkekeh.
"Aku sadar kok,"
tukasku; tapi suaraku terdengar seperti gumaman tidak jelas. Kemudian suasana
sunyi, kecuali derum pelan suara mesin.
Aku pasti tertidur, karena
rasanya baru beberapa detik kemudian pintu terbuka dan Edward membopongku turun
dari mobil Mataku tidak mau membuka. Mulanya kukira kami masih di bandara.
Kemudian aku mendengar suara
Charlie.
"Bella!" teriaknya
dari jauh.
"Charlie,” gumamku, berusaha
menghalau kantuk yang melandaku.
“Ssstt" bisik Edward.
"Semua beres; kau sudah
sampai di rumah dan aman. Tidur sajalah."
“Berani-beraninya kau
menunjukkan mukamu lagi di sini." Charlie memaki Edward. suaranya
terdengar jauh lebih dekat sekarang.
"Sudahlah, Dad."
erangku. Charlie tidak menggubrisku.
"Kenapa dia," tuntut Charlie.
"Dia hanya sangat lelah, Charlie,” Edward
menenangkannya.
"Biarkan dia istirahat."
"Jangan ajari aku!" teriak Charlie.
"Berikan dia padaku. Jangan sentuh dia!” Edward
berusaha menyerahkanku kepada Charlie, tapi aku mencengkeram tubuhnya kuatkuat,
tak mau melepaskannya.
Aku bisa merasakan tangan ayahku menyentakkan
lenganku.
“Hentikan, Dad," sergahku
lebih keras lagi. Aku berhasil memaksa kelopak mataku membuka untuk menatap
Charlie nanar.
"Marah saja padaku."
Saat itu kami berada di depan
rumahku. Pintu depan terbuka lebar. Awan yang menaungi di atas kepala terlalu
tebal hingga aku tak bisa memperkirakan jam berapa sekarang.
“Itu sudah pasti," tegas
Charlie.
"Masuk ke dalam."
“Ke. Turunkan aku,"
desahku. Edward menurunkan aku.
Bisa kulihat bahwa aku berdiri,
tapi aku tidak bisa merasakan kakiku. Aku maju sempoyongan, sampai trotoar
berputar ke arah wajahku. Dengan tangkas Edward menyambarku sebelum wajahku
mencium beton.
"Izinkan aku membawanya ke
atas,” kata Edward.
"Setelah itu aku akan
pergi."
"Jangan," tangisku,
panik. Aku belum mendapatkan penjelasan apa-apa. Ia tidak boleh pergi dulu,
setidaknya sampai ia menjelaskan semuanya, bukan begitu?
“Aku tidak akan jauh-jauh," Edward berjanji,
berbisik sangat pelan di telingaku sehingga Charlie tidak mungkin bisa
mendengar. Aku tidak mendengar Charlie menjawab, tapi Edward berjalan memasuki
rumah. Mataku hanya sanggup bertahan sampai tangga. Hal terakhir yang kurasakan
adalah tangan dingin Edward membuka cengkeraman jari-jariku dari kemejanya.
Penutup Novel Twilight (New Moon) – PENERBANGAN Bab 122
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port PENERBANGAN Bab
122 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab
berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab
berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: