Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 112 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – VOLTERRA Bab 112
Suasana di dasar lubang
remang-remang, tapi tidak gelap gulita. Cahaya dari lubang di atas membiaskan
kilauan samar, terpancar basah dari batu-batu di bawah kakiku. Cahaya sempat
hilang sedetik, dan sejurus kemudian wajah Edward yang putih samar-samar muncul
di sampingku. Ia merangkul pundakku, memelukku rapat di sisinya, dan mulai
menggiringku maju dengan cepat.
Aku melingkarkan kedua lenganku
di pinggangnya yang dingin, berjalan tersandung-sandung dan tersaruksaruk di
permukaan batu yang tidak rata. Suara kisi-kisi berat digeser menutupi saluran
limbah di belakang kami, berdentang mantap dan keras.
Cahaya remang-remang dari jalan
dengan cepat hilang ditelan kegelapan. Suara langkah-langkah kakiku yang
tersaruk-saruk bergaung di ruangan yang gelap gulita; kedengarannya sangat
lebar, tapi aku tak yakin.
Tak ada suara apa-apa selain
debar jantungku yang berpacu cepat serta kakiku menginjak batu-batu
basah—kecuali satu kali, waktu aku mendengar desahan tidak sabar berbisik di
belakangku.
Edward memelukku erat-erat. Dengan tangan satunya ia
memegang wajahku, ibu jarinya yang halus menyusuri bibirku. Sesekali aku merasa
ia menempelkan wajahnya ke rambutku. Aku sadar ini mungkin satu-satunya
kesempatan kami, jadi aku merapatkan diriku lebih dekat padanya.
Saat ini rasanya seakan-akan ia menginginkanku, dan
itu sudah cukup untuk menghalau kengerian yang kurasakan, berada di terowongan
bawah tanah, bersama para vampir di belakang kami. Mungkin itu tidak lebih
daripada perasaan bersalah – perasaan bersalah jugalah yang mendorong Edward
datang ke sini untuk mati karena ia yakin gara-gara dialah aku bunuh diri.
Tapi aku merasakan bibirnya diam-diam menempel di
keningku, dan aku tak peduli apa motivasinya. Setidaknya aku bisa bersamanya
lagi sebelum aku mati. Itu lebih baik daripada umur panjang. Seandainya saja
aku bisa menanyakan apa persisnya yang terjadi sekarang.
Aku ingin sekali tahu bagaimana kami akan mati –
seolah-olah keadaan bisa lebih baik dengan tahu lebih dulu. Tapi aku tak bisa
bersuara meskipun dengan berbisik karena kami dikelilingi vampir lain.
Yang lain-lain bisa mendengar semuanya – setiap
tarikan napasku, setiap detak jantungku. Jalan setapak di bawah kaki kami terus
menurun, membawa kami lebih dalam ke perut bumi, dan itu membuatku merasa
dicekam ketakutan pada ruang sempit. Untung ada tangan Edward yang terasa
menenangkan di wajahku, hingga aku tidak menjerit.
Aku tidak tahu dari mana cahaya itu berasal, tapi
perlahan-lahan suasana di sekelilingku mulai berwarna abu-abu gelap, tak lagi
hitam pekat. Kami berada di terowongan melengkung yang rendah. Cairan hitam
pekat merembes keluar dari batu-batu kelabu, seolah-olah mengeluarkan tinta.
Tubuhku gemetar, dan kurasa itu karena ketakutan.
Baru setelah gigi-gigiku gemeletuk aku menyadari itu
karena aku kedinginan. Bajuku
masih basah, dan suhu di bawah
kota dingin menusuk Begitu pula kulit Edward. Edward menyadari hal itu pada
saat yang bersamaan denganku, lalu ia melepaskan pelukannya dan hanya
menggandengku saja.
“T-t-tidak,” kataku dengan gigi
gemeletuk, merangkul pinggangnya lagi.
Aku tak peduli meskipun tubuhku
membeku. Siapa yang tahu berapa lama lagi waktu yang tersisa? Tangan dingin
Edward menggosok-gosok lenganku, berusaha menghangatkanku.
Kami bergegas menyusuri
terowongan, atau bagiku rasanya seperti bergegas. Langkahlangkahku yang lamban
membuat jengkel seseorang—kurasa pasti Felix—dan aku mendengarnya mendesah
jengkel sesekali. Di ujung terowongan tampak kisi-kisi—batangbatang besinya
sudah berkarat, tapi setebal lenganku. Pintu kecil yang terbuat dari
batangbatang besi yang lebih tipis dan saling berkaitan terbuka lebar.
Edward merunduk melewatinya dan
bergegas memasuki ruangan lain yang lebih besar dan terang. Pintu besi itu
terbanting menutup dengan suara berdentang nyaring, diikuti bunyi gerendel
dipasang. Aku terlalu takut untuk melihat ke belakang.
Di sisi lain ruangan terdapat pintu kayu rendah yang
berat. Pintu itu sangat tebal—aku bisa melihatnya karena pintu itu juga
terbentang lebar. Kami melangkah melewati pintu itu, dan aku memandang
berkeliling dengan terkejut, dan otomatis langsung rileks. Di sampingku Edward menegang,
dagunya mengeras kaku.
Penutup Novel Twilight (New Moon) – VOLTERRA Bab 112
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port VOLTERRA Bab 112
? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab
berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab
berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: