Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 104 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – BERPACU Bab 104
Aku mencondongkan tubuh lebih
dekat kepada Alice. Bibirnya tepat di telingaku saat ia membisikkan ceritanya.
"Aku kaget waktu kau
mengenali nama itu," katanya.
"Bahwa kau langsung
mengerti maksudku—waktu kukatakan Edward pergi ke Italia. Awalnya kukira aku
harus menjelaskan. Seberapa banyak yang sudah diceritakan Edward padamu?"
"Dia hanya mengatakan mereka keluarga tua yang
berkuasa, seperti bangsawan. Bahwa kau tidak boleh membuat mereka kesal kecuali
kau ingin... mati," bisikku.
Kata terakhir itu sangat sulit diucapkan.
"Kau harus mengerti,"
ujar Alice, suaranya lebih lambat, lebih terukur.
"Kami keluarga Cullen unik
dalam banyak hal, lebih daripada yang kauketahui. Sebenarnya... justru tidak
normal kalau begitu banyak di antara kami bisa hidup bersama dalam damai. Sama
halnya dengan keluarga Tanya di utara, dan Carlisle berspekulasi bahwa dengan
tidak mengisap darah manusia, akan lebih mudah bagi kami untuk bisa hidup
beradab, membentuk ikatan yang didasarkan pada kasih, bukan sematamata untuk
bertahan hidup atau perasaan nyaman. Bahkan kelompok kecil James yang terdiri
atas tiga vampir itu bisa dikatakan besar— dan kaulihat sendiri betapa mudahnya
Laurent meninggalkan mereka. Biasanya jenis kami bepergian sendirian, atau
berpasang-pasangan. Keluarga Carlisle yang terbesar saat ini, sepanjang
pengetahuanku, kecuali satu keluarga lain. Keluarga Volturi. "Aslinya,
mereka bertiga, Aro, Caius, dan Marcus."
“Aku pernah melihat
mereka," gumamku.
"Di lukisan di ruang kerja
Carlisle."
Alice mengangguk.
"Dua wanita bergabung dengan mereka kemudian, dan
mereka berlima membentuk keluarga. Entahlah, tapi menurutku usia merekalah yang
memberi mereka kemampuan untuk hidup bersama dengan damai. Usia mereka tiga
ribu tahun lebih. Atau mungkin bakat khusus mereka yang membuat mereka sengaja
bertoleransi. Seperti Edward dan aku, Aro dan Marcus juga... berbakat."
Alice melanjutkan ceritanya
sebelum aku sempat bertanya.
“Atau mungkin juga kecintaan
mereka pada kekuasaan yang menyatukan mereka. Menyebut mereka dengan istilah
bangsawan adalah sangat tepat."
"Tapi kalau hanya
lima—"
"Lima yang membentuk
keluarga," Alice mengoreksi.
"Itu belum termasuk
pengawal mereka." Aku menghela napas dalam-dalam.
"Kedengarannya...
serius."
"Oh, memang," Alice
meyakinkan aku.
“Ada sembilan pengawal tetap,
begitulah yang terakhir kami dengar. Yang lain-lain... tidak tetap. Gontaganti.
Dan banyak di antara mereka juga berbakat – dengan bakat-bakat luar biasa,
membuat apa yang bisa kulakukan terlihat seperti tipuan murahan. Mereka dipilih
keluarga Volruri karena kemampuan mereka, baik cara fisik maupun yang
lain."
Aku membuka mulut, tapi lalu
menutupnya lagi. Kurasa aku tak ingin tahu seberapa kecil peluang menang dari
mereka.
Alice mengangguk lagi, seolah-olah mengerti apa yang
kupikirkan.
"Mereka jarang terlibat konfrontasi. Tak ada yang
setolol itu hingga mau mencari gara-gara dengan mereka. Mereka tetap tinggal di
kota dan hanya pergi untuk melaksanakan kewajiban."
“Kewajiban?" aku keheranan.
"Edward tidak menceritakan
padamu apa yang mereka lakukan?”
"Tidak," jawabku,
merasa wajahku kosong tanpa ekspresi.
Alice melongok lagi ke balik
bahuku, ke arah si lelaki pengusaha, lalu mendekatkan bibirnya yang sedingin es
ke telingaku.
"Ada alasan mengapa Edward
menyebut mereka bangsawan... kelas penguasa. Selama beribu-ribu tahun, mereka
menjadi pihak yang menegakkan peraturan kami—itu berarti menghukum para
pelanggarnya. Mereka melaksanakan kewajiban itu dengan tegas."
Mataku terbelalak shock.
"Jadi ada peraturan?"
tanyaku, suaraku kelewat keras.
"Ssstt!"
"Kenapa tak ada yang
memberi tahuku sebelumnya?" bisikku marah.
"Maksudku, aku ingin
menjadi... salah satu dari kalian! Kenapa tidak ada yang menjelaskan
aturan-aturannya padaku?"
Alice berdecak melihat reaksiku.
"Peraturannya tidak terlalu rumit, Bella. Hanya
ada satu larangan—dan kalau kaupikir benar-benar, kau mungkin bisa menebaknya
sendiri." Aku berpikir sebentar.
"Tidak, aku tidak tahu." Alice menggeleng,
kecewa.
"Mungkin aturannya terlalu jelas. Kami – hanya
harus merahasiakan eksistensi kami."
“Oh,” gumamku. Memang jelas sekali.
“Itu masuk akal, dan kebanyakan
kami tidak butuh diawasi,” lanjut Alice.
"Tapi setelah beberapa
abad, terkadang salah seorang di antara kami ada yang bosan. Atau gila.
Entahlah. Dan saat itulah keluarga Volturi menengahi sebelum perbuatan para
vampir itu bisa mengakibatkan hal buruk bagi mereka, atau bagi kami
semua."
"Jadi Edward..."
"Berencana melecehkan
peraturan itu di kota mereka sendiri—kota yang diam-diam telah mereka kuasai
selama tiga ribu tahun, sejak Zaman Etruria. Saking protektifnya terhadap kota
mereka, mereka tidak mengizinkan perburuan di dalam tembok kota. Bisa jadi
Volterra kota teraman di dunia—setidaknya dari serangan vampir."
"Tapi katamu tadi mereka
tidak pernah meninggalkan kota. Lantas bagaimana mereka makan?"
"Mereka tidak pergi. Mereka
membawa makanan mereka dari luar, terkadang dari tempat-tempat sangat jauh.
Dengan begitu para pengawal punya kegiatan lain bila tidak sedang menghabisi
para vampir yang membelot. Atau melindungi Volterra dari hal-hal yang tak
diinginkan..."
"Dari situasi seperti ini,
seperti Edward," aku menyelesaikan kalimatnya.
Menakjubkan betapa mudahnya
mengucapkan nama Edward sekarang. Aku tak yakin apa perbedaannya. Mungkin
karena aku tak berniat hidup lebih lama lagi kalau tak bisa bertemu dengannya.
Atau tidak hidup sama sekali, kalau kami terlambat. Tenang rasanya karena tahu
aku bisa mengakhirinya dengan mudah.
"Aku ragu mereka pernah
menghadapi situasi seperti ini,” gumam Alice, kesal.
"Tak banyak vampir yang
ingin bunuh diri."
Suara yang keluar dari mulutku
sangat pelan, tetapi Alice sepertinya mengerti itu jerit kesedihan.
Ia dengan lengannya yang kurus
dan kokoh.
“Kita akan berusaha semampu
kita, Bella. Ini belum berakhir.”
“Memang belum.” Aku membiarkan
Alice menghiburku, meski tahu ia menganggap peluang kami sangat kecil.
“Dan keluarga Volturi akan
menghabisi kita kalau kita gagal.”
Alice menegang. “Sepertinya kau
malah senang.” Aku mengangkat bahu.
Penutup Novel Twilight (New Moon) – BERPACU Bab 104
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port BERPACU Bab 104 ?
keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab
berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab
berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: