Novel Twilight, ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada
orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight Bab 96 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – PERBURUAN Bab 96
"Tapi dia manusia,” protes Laurent.
Ucapannya sama sekali tidak bernada agresif,
semata-mata hanya terkejut.
"Ya." Emmett jelas-jelas membela Carlisle,
matanya tertuju kepada James.
Perlahan James menegakkan tubuhnya, tapi tatapannya
tak pernah lepas dariku, cuping hidungnya masih mengembang. Edward tetap tegang
bagai singa di hadapanku
Ketika Laurent bicara, nada suaranya lembut—mencoba
menenangkan permusuhan yang tiba-tiba muncul. "Kelihatannya banyak yang
harus kita pelajari tentang satu sama lain.”
"Tentu." Suara Carlisle masih tenang.
“Tapi kami ingin menerima undanganmu." Matanya
bergantian menatap Carlisle dan aku.
"Dan, tentu saja, kami takkan melukai perempuan
manusia ini. Seperti kataku, kami takkan berburu dalam wilayah buruanmu."
James memandang tak percaya dan kesal kepada Laurent.
Sekali lagi ia bertukar pandang sekilas dengan
Victoria, yang matanya masih menatap gelisah dari satu wajah ke wajah lain.
Sesaat Carlisle mempelajari ekspresi wajah Laurent yang
gamblang sebelum berbicara.
"Akan kami tunjukkan jalannya. Jasper, Rosalie,
Esme?" panggilnya.
Mereka mendekat, menghalangiku dari pandangan saat mereka
berkumpul. Serta-merta Alice sudah berada di sisiku, dan Emmett mundur
perlahan, tatapannya terkunci pada James saat ia berjalan membelakangi kami.
"Ayo, Bella." Suara Edward pelan dan lemah.
Selama itu aku berdiri kaku tak bergerak di tempat yang sama, begitu
ketakutannya hingga sama sekali tak bergerak. Edward sampai harus meraih sikuku
dan menyentakku hingga aku tersadar.
Alice dan Emmett berada dekat di belakang kami,
menyembunyikan diriku. Aku berjalan tersandung-sandung di sebelah Edward, masih
terkejut karena ngeri.
Aku tak bisa mendengar apakah yang lain sudah pergi atau
belum. Ketidaksabaran Edward begitu kentara ketika kami bergerak dengan
kecepatan manusia menuju tepi hutan.
Sesampainya di bawah naungan pepohonan, Edward mengayunkanku
ke punggungnya tanpa menghentikan langkah. Aku berpegangan erat-erat saat ia
bergerak, yang lain tak jauh darinya.
Aku terus menundukkan kepala, tapi mataku yang
membelalak ketakutan tak mau terpejam. Bagai hantu mereka melesat menembus hutan
yang kini kelam.
Perasaan senang yang biasanya menyelimuti Edward
ketika ia berlari kini lenyap seluruhnya, digantikan amarah yang merasuki dan
membuatnya bergerak lebih cepat. Bahkan denganku di punggungnya, yang lain tak
bisa menduluinya.
Kami tiba di Jeep dalam waktu teramat singkat, dan
Edward nyaris tidak memperlambat gerakannya ketika m, naruhku di jok belakang.
“Pasangkan sabuk pengamannya,” ia memerintahkan
Emmet, yang menyelinap masuk sebelahku.
Alice telah berada di jok depan, dan Edward menyalakan
mesin Kemudian mesinnya menderu dan kami bergerak mundur, berputar menghadap
jalanan yang berliku. Edward menggeramkan sesuatu yang terlalu cepat untuk
kumengerti, tapi kedengarannya jelas seperti serangkaian makian.
Perjalanan yang berguncang-guncang itu jauh lebih
buruk saat ini, dan kegelapan hanya membuatnya semakin mengerikan. Emmett dan
Alice memandang saksama ke luar jendela.
Kami tiba di jalan utama, dan meskipun laju kami
bertambah cepat, aku bisa melihat jauh lebih baik ke mana tujuan kami. Dan kami
menuju selatan, menjauh dari Forks.
"Kita mau ke mana?" aku bertanya.
Tak ada yang menjawab. Bahkan tak seorang pun melihat
ke arahku.
"Sialan, Edward! Ke mana kau membawaku?"
“Kami harus membawamu pergi dari sini—jauh sekali—
sekarang." Ia tidak menoleh ke belakang, matanya terpaku ke jalan.
Spidometer menunjukkan kecepatan seratus lima mil per jam.
“Kembali! Kau harus membawaku pulang!" aku
berteriak. Aku memberontak, berusaha melepaskan kaitan tolol sabuk pengaman
ini.
"Emmett," kata Edward dingin. Dan Emmet
mengamankan tanganku dalam genggamannya yang kuat.
“Edward! Tidak, kau tidak boleh melakukan ini."
“Aku harus, Bella, sekarang kumohon diamlah."
“Tidak akan! Kau harus membawaku pulang—Charlie akan
menelepon FBI! Mereka akan mengejar keluargamu— Carlisle dan Esme! Mereka
terpaksa harus pergi, bersembunyi selamanya!"
“Tenanglah, Bella." Suaranya dingin.
"Kami sudah pernah mengalami itu
sebelumnya."
"Tidak demi aku, tidak akan! Kau tidak akan
menghancurkan segalanya demi aku!" Aku memberontak habis-habisan, dan sama
sekali sia-sia. Alice berbicara untuk pertama kali.
"Menepilah, Edward."
Edward menatapnya marah, kemudian menambah kecepatan.
"Edward, mari kita bicarakan masalah ini."
"Kau tidak mengerti" ia
mengerang frustrasi.
Aku belum pernah mendengar
suaranya selantang ini; begitu memekakkan di dalam Jeep yang sempit. Jarum
spidometer nyaris mendekati angka 115. "Dia pemburu, Alice, tidakkah kau
melihatnya? Dia pemburu!"
Aku merasakan Emmett menegang di sebelahku, dan aku
mempertanyakan reaksinya terhadap kata itu. Kata itu memiliki arti lebih bagi
mereka bertiga daripada bagiku; aku ingin memahaminya, tapi tak ada celah
bagiku untuk bertanya.
“Menepilah, Edward." Nada suara Alice tenang,
namun terselip wibawa di dalamnya yang belum pernah kudengar sebelumnya.
Jarum spidometer bergerak melewati 120.
“Lakukan, Edward."
"Dengar, Alice. Aku melihat pikirannya. Berburu
adalah hasratnya, obsesinya-dan dia menginginkan Bella, Alice— Bella, secara
spesifik. Dia memulai perburuannya malam ini."
"Dia tidak tahu ke mana—"
Edward menginterupsi. "Pikirmu berapa lama waktu
yang diperlukannya untuk menemukan baunya di kota? Rencananya sudah matang
bahkan sebelum Laurent bicara."
Aku terkesiap, menyadari ke mana aroma tubuhku akan
membawanya.
"Charlie! Kau tak bisa meninggalkannya di sana!
Kau tak boleh meninggalkannya!" Aku meronta-ronta di balik ikatan sabuk.
"Dia benar," kata Alice.
Jeep sedikit melambat.
"Mari kita pertimbangkan pilihan kita
sejenak," bujuk Alice.
Jeep kembali melambat, lebih drastis, dan tiba-tiba
kami berhenti sambil berdecit di bahu jalan tol. Aku terdorong ke depan, lalu
terempas lagi ke jok.
"Tidak ada pilihan," desis Edward.
"Aku tidak akan meninggalkan Charlie!"
teriakku. Ia benar-benar mengabaikanku.
"Kita harus membawanya kembali," Emmett
akhirnya bicara.
Penutup Novel Twilight – PERBURUAN Bab 96
Gimana Novel twilight – Port PERBURUAN Bab 96 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa
yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya.
Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: