Novel Twilight, ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada
orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight Bab 87 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – CARLISLE Bab 87
Bibirnya menyunggingkan senyum tipis, dan ia
mengangguk.
“Aku benci menghancurkan harapanmu, tapi kau benar
tidak semenakutkan yang kaukira. Sebenarnya, aku sama tidak menganggapmu
menakutkan," aku berbohong.
Ia berhenti, alisnya terangkat, jelas-jelas tidak
percaya. Kemudian ia tersenyum lebar dan licik.
“Kau seharusnya tidak mengatakan itu," ia
tergelak.
Ia menggeram dengan suara pelan; bibirnya ditarik dan
memamerkan giginya yang sempurna.
Sekonyong-konyong ia menggeser posisinya, setengah
membungkuk, tegang seperti singa yang siap menerjang.
Aku mundur darinya, menatapnya nanar.
"Kau tidak akan melakukannya."
Aku tidak melihatnya melompat ke arahku—terlalu
cepat. Sekonyong-konyong aku mendapati diriku melayang, kemudian kami mendarat
di sofa yang menyentak keras sampai ke dinding. Lengannya membentuk sangkar
baja di sekeliling tubuhku—nyaris menyentuhku.
Tapi aku toh terengah-engah saat mencoba memperbaiki
posisiku. Ia tidak membiarkanku. Digulungnya tubuhku menyerupai bola ke
dadanya, dicengkeramnya diriku lebih erat daripada rantai besi. Aku menatapnya
ngeri, tapi sepertinya ia dapat mengendalikan diri dengan baik, rahangnya
melemas ketika ia tersenyum, matanya berkilatkilat penuh canda.
“Apa katamu tadi?" ia berpura-pura menggeram.
“Kau monster yang sangat, sangat menakutkan,"
kataku kesinisanku sedikit melunak karena terengah-engah.
“Jauh lebih baik,” ia menyetujuinya.
“Mmm.” Aku berusaha bangkit.
"Boleh aku bangun sekarang?”
Ia hanya tertawa.
"Boleh kami masuk?" terdengar suara lembut
dari lorong.
Aku berjuang melepaskan diri, tapi Edward hanya
menggeser posisiku hingga aku duduk sopan di pangkuannya. Aku bisa melihat
bahwa itu Alice, dan Jasper berdiri di belakangnya, di pintu masuk. Pipiku
merah padam, tapi Edward tampak santai.
"Silakan." Edward masih menahan tawa.
Alice sepertinya tidak menemukan sesuatu yang aneh
melihat kami berpelukan seperti itu; ia berjalan—nyaris menari, gerakannya
sangar anggun—ke tengah ruangan, di sana ia duduk bersila dengan luwes di
lantai.
Sebaliknya Jasper berhenti di pintu, ekspresinya agak
terkejut. Ia menatap wajah Edward, dan aku bertanya-tanya apakah ia sedang
merasakan suasana dengan kepekaannya yang luar biasa.
"Kedengarannya kau akan memangsa Bella untuk
makan siang, dan kami datang untuk melihat apakah kau mau berbagi," ujar
Alice.
Tubuhku langsung kaku, sampai aku menyadari Edward
tersenyum—entah karena komentar Alice atau reaksiku, aku tak dapat
mengatakannya.
“Maaf, rasanya aku tak ingin berbagi," jawabnya,
dengan seenaknya memelukku lebih dekat.
“Sebenarnya," kata Jasper, tersenyum sambil
memasuki ruangan.
"Alice bilang akan ada badai besar malam ini,
dan Emmett ingin bermain bisbol. Kau mau ikut?" Ucapannya terdengar cukup
biasa, tapi konteksnya membuatku bingung.
Meskipun kusimpulkan Alice lebih bisa diandalkan
daripada ramalan cuaca.
Mata Edward berkilat-kilat, tapi ia ragu.
“Tentu saja kau harus mengajak Bella," seru
Alice.
Sepertinya aku melihat Jesper melirik ke arahnya.
“Apa kau ingin ikut?" Edward bertanya padaku,
kelihatan senang, wajahnya bersemangat.
"Tentu." Aku tak mungkin mengecewakannya.
"Mmm, kita akan ke mana?"
"Kami harus menunggu petir untuk bermain
bisbol—kau akan tahu kenapa," ia berjanji.
"Apakah aku akan memerlukan payung?" Mereka
tertawa keras.
"Perlukah?" Jasper bertanya pada Alice.
"Tidak." Alice terdengar yakin.
"Badai akan menghantam kota. Akan cukup kering
di hutan."
"Kalau begitu, bagus." Seperti biasa,
semangat dalam suara Jasper menular. Aku mendapati diriku bersemangat, bukannya
ketakutan.
"Ayo kita lihat apakah Carlisle mau ikut."
Alice melompat-lompat menuju pintu dalam balutan pakaian yang akan membuat iri
balerina mana pun.
“Seperti kau tidak tahu saja," goda Jasper, dan
mereka langsung berlalu.
Jasper berhasil menutup pintu tanpa bersuara.
“Kita akan main apa?" tanyaku.
“Kau akan menonton," Edward meralat. "Kami
yang akan bermain bisbol."
Aku memutar bola mataku. "Vampir suka
bisbol?"
“Itu permainan bangsa Amerika di masa lampau." oloknya.
Penutup Novel Twilight – CARLISLE Bab 87
Gimana Novel twilight – Port CARLISLE Bab 87 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa
yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya.
Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: