Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 35 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – TEMAN-TEMAN Bab 35
Aku mulai berpikir penyebab
terbesarnya adalah Jacob. Bukan hanya karena ia selalu senang bertemu denganku,
atau bahwa ia tidak diam-diam melirikku dari sudut matanya, menunggu aku
melakukan sesuatu yang bisa membuatku dikira gila atau depresi. Sama sekali tak
ada hubungannya denganku.
Penyebabnya adalah Jacob
sendiri. Pada dasarnya Jacob memang periang, dan sifat periang itu terbawa
dalam dirinya seperti aura, menularkannya pada siapa pun yang kebetulan di
dekatnya. Seperti bumi yang mengelilingi matahari, setiap kali ada orang dalam
jangkauan gravitasinya, Jacob membuat mereka merasa hangat.
Hal yang alamiah, bagian dari
dirinya yang sesungguhnya. Tak heran aku begitu bersemangat ingin bertemu
dengannya. Bahkan saat ia mengomentari lubang menganga di dasbor-ku, itu tak
lantas membuatku panik seperti seharusnya.
"Srereo-nya rusak,
ya?" tanyanya heran.
"Yeah," dustaku.
Jacob merogoh-rogoh ke balik
lubang itu. "Siapa yang mengeluarkannya? Kok sampai rusak
begini..."
"Aku," jawabku
mengakui.
Jacob terbahak. "Mungkin
sebaiknya kau nanti jangan sering-sering menyentuh motor."
"Bukan masalah."
Menurut Jacob, kami beruntung dalam perburuan kami di
tempat penimbunan barang
bekas. Ia sangat bersemangat
melihat beberapa logam penyok temuannya yang menghitam karena oli; aku kagum
karena ia bisa tahu kegunaan benda-benda itu.
Dari sana kami ke Checker Auto
Parts di Hoquiam. Dengan trukku, perjalanan ke sana makan waktu dua jam lebih
ke arah selatan, menyusuri jalan bebas hambatan yang berkelokkelok, tapi waktu
berlalu tanpa terasa bila bersama Jacob.
Ia mengobrol tentang
teman-teman dan sekolahnya, dan aku mendapati diriku mengajukan banyak
pertanyaan, bahkan tanpa berpura-pura, tapi karena benar-benar ingin mengetahui
jawabannya.
"Dari tadi aku terus yang
bicara," protes Jacob setelah selesai bercerita panjang-lebar tentang Quil
dan huru-hara yang ditimbulkannya gara-gara mengajak kencan pacar murid senior.
"Bagaimana kalau sekarang
gantian? Apa saja yang sedang terjadi di Forks? Di sana pasti jauh lebih seru
daripada di La Push."
"Salah," aku
mendesah.
"Benar-benar tidak ada
apa-apa di sana. Teman-temanmu jauh lebih menarik daripada teman-temanku. Aku
suka teman-temanmu. Si Quil itu lucu." Kening Jacob berkerut. "Kurasa
Quil suka padamu."
Aku tertawa. "Dia agak terlalu muda
untukku." Kerutan di kening Jacob semakin dalam.
"Dia tidak terlalu lebih muda darimu. Hanya satu
tahun beberapa bulan."
Aku merasa kami tidak sedang
membicarakan
Quil lagi. Aku menjaga agar
suaraku tetap ringan, menggoda. “Tentu, tapi mengingat perbedaan kematangan
antara cowok dan cewek, bukankah menurutmu sebaiknya kita menghitungnya dalam
usia anjing? Berapa umurku dalam usia anjing, kira dua belas tahun lebih tua?”
Jacob tertawa, memutar bola matanya.
"Oke, tapi kalau kau mau
sok pilih-pilih seperti itu, kau juga harus membuat perhitungan rata-rata
sesuai ukuran tubuh. Kau kan kecil sekali, jadi sepuluh tahun harus dibuang
dari total umurmu." "Seratus enam puluh senti kan tinggi
rata-rata," dengusku.
"Bukan salahku kalau kau
kelewat tinggi."
Kami saling mengolok-olok
seperti itu hingga mencapai Hoquiam, masih memperdebatkan formula yang tepat
untuk menentukan umur—aku kehilangan dua tahun karena tidak bisa mengganti ban,
tapi mendapat satu tahun lagi karena ditugaskan mengurus pembukuan di rumahku—
sampai kami tiba di Checker, dan Jacob harus kembali berkonsentrasi. Kami menemukan
semua yang ada dalam daftarnya, dan Jacob yakin akan mencapai banyak kemajuan
dengan onderdil yang sudah kami beli.
Saat kami tiba kembali di La
Push, umurku 23 tahun dan dia 30—jelas ia menambahkan keahliannya mengutak-atik
mesin untuk mendongkrak umurnya.
Aku belum melupakan alasanku melakukan ini. Dan, meski
dalam prosesnya aku merasa lebih
bahagia daripada yang kuduga
sebelumnya, tak ada alasan untuk mengubah keinginan awalku. Aku tetap ingin
berbuat curang. Tidak masuk akal memang, tapi aku benar-benar tak peduli. Aku
akan melakukan hal paling ceroboh yang bisa kulakukan di Forks. Jangan harap
aku akan tetap menepati janjiku sementara pihak lain sudah melanggarnya.
Menghabiskan waktu bersama Jacob ternyata jauh lebih mengasyikkan daripada yang
kuduga.
Billy belum pulang, jadi kami
tidak perlu sembunyi-sembunyi menurunkan barang-barang belanjaan kami. Begitu
semua sudah kami hamparkan di lantai plastik dekat kotak perkakas Jacob, Jacob
langsung mulai bekerja sambil terus bicara dan tertawa-tawa sementara
jari-jarinya menyortir dengan ahli berbagai onderdil logam di hadapannya.
Kepiawaian Jacob bekerja dengan
tangan sangat menakjubkan. Padahal tangannya tampak kelewat besar untuk
pekerjaan rumit yang harus dilakukan dengan cermat dan tepat. Saat sedang
bekerja, gerakannya nyaris terkesan anggun. Tidak seperti bila sedang berdiri;
tubuhnya yang jangkung dan kakinya yang besar membuatnya nyaris sama kikuknya
denganku.
Quil dan Embry tidak muncul,
jadi mungkin ancaman Jacob kemarin ditanggapi serius oleh mereka.
Hari berlalu kelewat cepat. Sebentar saja hari sudah
gelap di mulut garasi, kemudian kami mendengar Billy memanggil kami.
Aku melompat dan membantu Jacob
menyimpan semua peralatan, ragu-ragu karena tak yakin apakah aku boleh
menyentuh bagian-bagian sepeda motor itu.
"Tinggalkan saja,"
kata Jacob. "Aku akan bekerja lagi nanti malam."
"Jangan lupakan tugas
sekolahmu atau tugas lainnya," kataku, merasa sedikit bersalah. Aku tak
ingin Jacob mendapat masalah. Masalah itu hanya untukku.
"Bella?"
Kami sama-sama tersentak waktu
suara Charlie yang familier menyeruak di antara pepohonan, kedengarannya dekat
sekali.
"Sial," gerutuku.
"Ya, sebentar!" teriakku ke arah rumah.
"Ayo pergi." Jacob
tersenyum, menikmati ketegangan. Ia mematikan lampu, dan sesaat aku seolah-olah
buta. Jacob menyambar tanganku dan menarikku keluar dari garasi, menembus
pepohonan, kakinya menemukan jalan setapak yang sudah sangat dikenalnya dengan
mudah.
Tangannya kasar, dan sangat hangat. Meski ada jalan setapak,
kami masih saja tersandung-sandung dalam gelap. Jadi kami samasama tertawa
waktu rumah mulai tampak.
Tawanya tidak terlalu dalam; ringan dan hanya di permukaan, tapi tetap menyenangkan. Aku yakin Jacob tidak menyadari secercah histeria di dalamnya. Aku tidak biasa tertawa, dan tawa itu terasa menyenangkan tapi sekaligus meresahkan.
Penutup Novel Twilight (New Moon) – TEMAN-TEMAN Bab 35
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port TEMAN-TEMAN Bab 35 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan
terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan
baca bab berikutnya dengan mengklik tombol
navigasi bab di bawah ini.
0 comments: