Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 33 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – TEMAN-TEMAN Bab 33
6. TEMAN-TEMAN
KEDUA sepeda motor itu tidak
perlu disembunyikan di tempat yang jauh, cukup menyimpannya di garasi Jacob.
Kursi roda Billy tidak bisa bergerak di tanah tidak rata yang memisahkan pondok
dengan rumah.
Jacob mulai membongkar motor
pertama—yang berwarna merah, yang akan menjadi milikku— hingga bagian-bagiannya
terlepas. Ia membuka pintu Rabbit-nya supaya aku bisa duduk di jok. bukan di
lantai. Sambil bekerja Jacob mengobrol dengan gembira, hanya perlu kupancing
sedikit untuk meneruskan obrolan. Ia menceritakan sekolahnya, kelas-kelas yang
ia ikuti, juga dua sahabatnya.
"Quil dan Embry?"
selaku.
"Nama-nama yang tidak
lazim.”Jacob terkekeh.
"Quil itu nama turunan,
sedang Embry nama bintang sinetron. Pokoknya aku tidak bisa bilang apa-apa soal
itu. Mereka bakal ngamuk kalau kau mulai menyinggung nama mereka – mereka bakal
mengeroyokmu."
“Itu kausebut teman baik?"
Aku mengangkat sebelah alis.
"Mereka memang baik kok.
Hanya saja jangan ejek nama mereka."
Saat itulah terdengar seruan di
kejauhan.
"Jacob?" teriak seseorang.
"Itu Billy, ya?" tanyaku.
"Bukan," Jacob
menunduk, dan kelihatannya wajahnya memerah di balik kulitnya yang cokelat.
"Baru dibicarakan sudah
nongol. Itu panjang umur namanya."
"Jake? Kau di sini?"
Teriakan itu kini semakin dekat.
"Yeah!" Jacob
menyahut, lalu mendesah. Kami menunggu sambil terdiam sebentar sampai dua cowok
jangkung berkulit gelap melenggang memasuki garasi.
Yang satu bertubuh ramping,
hampir setinggi Jacob. Rambut hitamnya sedagu dan dibelah tengah, sebelah
diselipkan di balik telinga kiri sementara yang kanan tergerai bebas. Cowok
satunya yang lebih pendek tubuhnya lebih gempal.
Kaus putihnya ketat menutupi
dadanya yang berotot, dan tampaknya ia sadar dan bangga akan hal itu. Rambutnya
dipangkas pendek sekali hingga nyaris cepak.
Langkah keduanya langsung
terhenti begitu mereka melihatku. Si ceking melirikku dan Jacob bergantian,
sementara si gempal menatapku terus, senyum mengembang perlahan di wajahnya.
"Hei, Buy," Jacob menyapa mereka setengah hati.
"Hei, Jake," sahut si
pendek tanpa mengalihkan tatapannya dariku. Aku terpaksa membalas senyumnya, seringaiannya
sangat jail. Melihatku tersenyum, ia mengedipkan mata.
"Halo.”
"Quil, Embry—ini temanku,
Bella."
Quil dan Embry, aku masih belum
tahu yang mana Quil dan yang mana Embry, bertukar pandang dengan sorot penuh
makna.
“Anak Charlie, kan?" tanya
si gempal, mengulurkan tangan.
"Benar,” jawabku menjabat
tangannya.
Genggamannya mantap;
kelihatannya ia seperti sedang melenturkan otot-otot bisepsnya.
“Aku Quil Ateara,” ia
memperkenalkan diri dengan gagah sebelum melepaskan tanganku.
“Senang berkenalan denganmu,
Quil."
“Hai, Bella. Aku Embry. Embry
Call—mungkin kau sudah bisa menebaknya" Embry menyunggingkan senyum
malu-malu dan melambai dengan satu tangan, yang kemudian ia jejalkan ke saku
jinsnya. Aku mengangguk.
"Senang berkenalan
denganmu juga."
"Kalian ngapain?” tanya
Quil, masih terus memandangiku.
“Bella dan aku ingin memperbaiki sepeda-sepeda motor
ini," Jacob menjelaskan, meski itu tak sepenuhnya tepat.
Tapi sepeda motor sepertinya kata ajaib. Perhatian
kedua cowok itu langsung beralih ke proyek Jacob, mencecarnya dengan
pertanyaan-pertanyaan terpelajar. Banyak dari kata-kata yang mereka gunakan
tidak kumengerti, dan kurasa aku harus memiliki kromosom Y untuk benar-benar
memahami semangat mereka yang meluap-luap.
Ketiganya masih asyik mengobrol
tentang onderdil dan bagian-bagian motor waktu aku memutuskan untuk pulang
sebelum Charlie muncul di sini. Sambil mendesah, aku merosot turun dari Rabbit.
Jacob mendongak lagi,
ekspresinya seperti meminta maaf.
“Kami membuatmu bosan,
ya?"
“Tidak." Dan aku memang
tidak bohong. Aku merasa senang–benar-benar aneh.
"Tapi aku harus memasak
makan malam untuk Charlie."
"Oh... Well, aku akan selesai membongkar motor
ini malam ini dan menentukan apa saja yang kita butuhkan untuk memperbaikinya.
Kapan kau ingin kita menggarapnya lagi?"
"Bisakah aku kembali lagi
besok?" Hari Minggu sudah menjadi kutukan dalam hidupku. Tak pernah ada
cukup PR untuk menyibukkanku. Quil menyenggol lengan Embry dan keduanya
nyengir.
Jacob tersenyum senang.
"Wah, pasti asyik!"
"Kalau kau bisa menyusun
daftarnya, kita bisa pergi untuk membeli onderdil," aku menyarankan.
Wajah Jacob sedikit berkurang
kegembiraannya.
"Aku masih belum yakin
apakah aku sebaiknya membiarkanmu membayar semuanya."
Aku menggeleng. "Tidak bisa. Pokoknya aku akan
mendanai proyek ini. Kau tinggal menyumbang tenaga dan keahlian saja"
Embry memutar bola matanya pada Quil.
"Tetap saja rasanya kurang
tepat," Jacob menggeleng.
"Jake, kalau aku membawa
sepeda-sepeda motor ini ke bengkel, berapa biaya yang akan diminta montir
padaku?" aku beralasan. Jacob tersenyum.
"Oke, kalau begitu
setuju."
"Belum lagi kau nanti
harus mengajariku mengendarainya, aku menambahkan. Quil nyengir lebar pada
Embry dan membisikkan sesuatu yang tak bisa kutangkap. Tangan Jacob melayang untuk
menampar bagian belakang kepala Quil.
"Cukup sudah, keluar,”
gerutunya.
"Tidak, sungguh, aku harus
pulang,” protesku, bergegas ke pintu.
"Sampai ketemu besok,
Jacob.”
Bcgiru aku lenyap dari
pandangan, kudengar Quil dan Embry berseru berbarengan,
"Wuuuuuuu!"
Diikuti sejurus kemudian dengan
suara gradakgruduk, diselingi dengan "Waduh!" dan "Hei!"
"Kalau kalian berani-berani menjejakkan kaki lagi ke tanahku
besok..." Kudengar Jacob mengancam. Suaranya lenyap waktu aku berjalan melewati
pepohonan.
Aku tertawa pelan. Suara itu membuat mataku membelalak
heran. Aku tertawa, benar-benar tertawa, padahal tak ada yang memerhatikan. Aku
merasa sangat ringan hingga aku tertawa lagi, hanya agar perasaan itu bertahan
lebih lama.
Aku lebih dulu sampai di rumah
ketimbang Charlie. Waktu ia datang, aku baru saja mengangkat ayam goreng dari
wajan dan meletakkannya di atas tumpukan serbet kertas.
"Hai, Dad." Aku
nyengir padanya. Wajah ayahku tampak shock
sesaat sebelum ia mengubah ekspresinya.
"Hai, Sayang,"
sapanya, suaranya terdengar tidak yakin.
"Senang bertemu
Jacob?"
Aku mulai memindahkan makanan
ke meja. "Ya, senang."
"Well,
baguslah kalau begitu." Charlie masih berhati-hati.
"Kalian ngapain?' Sekarang giliranku yang berhati-hati.
"Aku nongkrong di garasinya dan menontonnya bekerja.
Penutup Novel Twilight (New Moon) – TEMAN-TEMAN Bab 33
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port TEMAN-TEMAN Bab 33 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan
terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan
baca bab berikutnya dengan mengklik tombol
navigasi bab di bawah ini.
0 comments: