Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 32 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – CURANG Bab 32
Rumah keluarga Black samar-samar masih familier, rumah
kayu kecil dengan jendela-jendela sempit dan cat merah kusam yang membuatnya
mirip lumbung kecil. Kepala Jacob sudah nongol dari jendela bahkan sebelum aku
sempat turun dari truk. Tak diragukan lagi, raungan suara mesin yang familier
memberi tahukan kedatanganku padanya. Jacob sangat bersyukur waktu Charlie
membeli mobil truk Billy untukku, menyelamatkannya dari keharusan mengendarai
truk ini kalau sudah cukup umur.
Aku sangat menyukai trukku, tapi Jacob sepertinya menganggap batas kecepatan
truk ini sebagai kekurangan. Ia berlari menyongsongku.
"Bella!" Cengiran
senang tersungging lebar di wajahnya, giginya yang putih cemerlang tampak
sangat kontras dengan kulitnya yang cokelat kemerahan. Sebelum ini aku tak
pernah melihat rambutnya tidak dikucir. Kini rambutnya tergerai seperti tirai
satin hitam di sisi kiri dan kanan wajahnya yang lebar.
Jacob tumbuh semakin dewasa
dalam delapan bulan terakhir. Ia melewati titik di mana otot-otot masa
kanak-kanaknya mengeras membentuk sosok remaja bertubuh padat dan tegap;
otot-otot tendon dan urat nadinya semakin jelas di balik kulit lengan dan
tangannya yang merah cokelat.
Wajahnya masih semanis yang
kuingat, meski kini juga mulai menegas – tulang pipinya semakin tajam,
rahangnya persegi, semua kemontokan masa kecil telah lenyap.
"Hai, Jacob!” Aku
merasakan dorongan antusiasme yang tidak biasa begitu melihat senyumnya.
Sadarlah aku bahwa aku senang bertemu dengannya. Kenyataan itu mengejutkanku.
Aku membalas senyumnya, dan sesuatu terbetik dalam
pikiranku, bagaikan dua keping puzzle yang
menyatu. Aku sudah lupa betapa aku sangat menyukai Jacob Black.
Jacob berhenti beberapa meter dariku, dan aku mendongak
menatapnya dengan terkejut, kepalaku menengadah jauh ke belakang hingga hujan
menetes-netes membasahi wajahku.
"Kau semakin
jangkung!" tuduhku takjub.
Jacob tertawa, senyumnya
semakin lebar.
"Seratus sembilan puluh
dua sentimeter lebih," ia memberi tahu dengan perasaan puas diri.
Suaranya semakin berat, tapi
masih sedikit serak seperti yang kuingat dulu.
"Apakah kau akan berhenti
tumbuh?" aku menggeleng-geleng tak percaya.
"Besar sekali kau."
"Masih kurus, tapi."
Ia nyengir.
"Ayo masuk! Nanti kau
basah kuyup."
Jacob berjalan menduluiku,
memilin rambutnya dengan tangannya yang besar sambil berjalan. Ia mengeluarkan
karet gelang dan saku celana dan mengikat rambutnya.
“Hai, Dad," serunya waktu
kami merunduk melewati pintu depan.
"Lihat siapa yang
datang." Billy sedang di ruang tamunya yang mungil, tangannya memegang
buku. Ia meletakkan buku itu di pangkuan dan menggelindingkan kursi rodanya ke
depan begitu melihatku. "Well kejutan
besar! Senang bertemu denganmu. Bella."
Kami bersalaman. Tanganku lenyap dalam genggamannya
yang lebar.
"Apa yang membawamu ke
sini? Charlie baikbaik saja, kan?"
"Ya, tentu. Aku hanya
ingin bertemu Jacob—aku sudah lama sekali tidak bertemu dengannya."
Mata Jacob berbinar-binar
mendengar jawabanku. Senyumnya lebar sekali hingga pipinya pasti terasa sakit.
"Bisakah kau makan malam
di sini?" Billy juga bersemangat.
"Tidak, aku kan harus
memasak untuk Charlie, Anda tahu."
"Ah, aku kan bisa
meneleponnya sekarang," Billy menyarankan.
"Pintu rumah ini selalu
terbuka untuknya."
Aku tertawa untuk
menyembunyikan kecanggunganku.
"Bukan berarti Anda tidak
akan bertemu lagi denganku. Aku janji akan kembali lagi ke sini—saking
seringnya sampai Anda bosan melihatku." Bagaimanapun, kalau Jacob bisa
membetulkan motor itu, harus ada yang mengajariku mengendarainya.
Billy menanggapi perkataanku
dengan berdecak.
"Oke, mungkin lain
kali"
"Jadi, Bella, kau ingin
melakukan apa?" tanya Jacob.
"Terserah. Apa yang sedang kaulakukan waktu aku
datang tadi?" Anehnya, aku merasa nyaman di sini. Rumah ini familier,
meski terasa berjarak. Tak ada yang membuatku teringat pada masa laluku yang
menyakitkan.
Jacob ragu-ragu. "Aku baru
mau mengutak-atik mobilku, tapi kita bisa melakukan hal lain..."
"Tidak, itu
sempurna!" selaku.
"Aku ingin sekali melihat
mobilmu."
“Oke" sahut Jacob, tak
yakin.
"Ada di belakang, di
garasi."
Malah lebih baik, batinku. Aku melambai pada Billy.
"Sampai ketemu lagi
nanti.” Pepohonan rindang dan semak belukar menyembunyikan garasi dari rumah.
Garasi itu sebenarnya tak lebih
dari dua pondok besar yang disatukan. Di dalamnya, di atas blok sinder,
bertengger sesuatu yang dalam pandanganku menyerupai mobil utuh. Aku mengenali
simbol di grille depannya, paling
tidak.
“Volkswagen apa itu?"
tanyaku.
“Volkswagen Rabbit—keluaran
1986, mobil klasik."
“Bagaimana keadaannya:"
"Hampir selesai,"
jawab Jacob riang. Kemudian suaranya turun satu oktaf. “Ayahku menepati
janjinya padaku musim semi lalu."
"Ah," ucapku.
Tampaknya Jacob memahami keenggananku untuk mengungkit
lagi topik itu. Aku mencoba untuk tidak mengingat kejadian saat prom bulan Mei.
Ketika itu Jacob disuap ayahnya dengan janji akan diberi uang dan onderdil
mobil asalkan mau menyampaikan pesan untukku ke sana. Billy ingin
aku menjauh dari orang
terpenting dalam hidupku. Ternyata kekhawatirannya, akhirnya, tidak beralasan.
Aku malah terlalu aman sekarang. Tapi aku bertekad akan melakukan sesuatu untuk
mengubahnya.
"Jacob, kau tahu seluk-beluk
motor?” tanyaku.
Jacob mengangkat bahu.
"Lumayan. Temanku Embry punya motor trail. Kadang-kadang kami
mengutak-atiknya. Kenapa?"
“Well..." Aku mengerucutkan bibir sambil menimbang-nimbang. Aku
ragu apakah Jacob bisa merahasiakan hal ini, tapi aku tak punya banyak pilihan.
"Belum lama ini aku
mendapat sepasang sepeda motor, tapi kondisinya tidak bagus. Aku ingin tahu
apakah kau bisa membetulkannya."
“Asyik" Jacob tampak
benar-benar senang mendapat tantangan itu. Wajahnya berseri-seri.
"Akan kucoba."
Aku mengacungkan jari, mengingatkan.
"Masalahnya," aku menjelaskan.
"Charlie tidak suka aku naik motor. Jujur saja, bisa
jadi urat nadi di dahinya bakal putus kalau dia tahu tentang hal ini. Jadi kau
tidak boleh memberi tahu Billy."
Penutup Novel Twilight (New Moon) – CURANG Bab 32
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port CURANG Bab
32 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab
berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab
berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.