Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 29 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – TERBANGUN Bab 29
Tapi kelegaan masih merupakan
emosi terkuat dalam diriku—kelegaan yang berasal dari lubuk hatiku yang
terdalam.
Meski berjuang keras untuk tidak memikirkan dia, aku
tidak berjuang untuk melupakan. Aku
khawatir—di larut malam saat kelelahan karena
kurang tidur mematahkan
pertahananku—semua itu berangsur-angsur lenyap. Bahwa pikiranku berlubang-lubang
seperti saringan, dan bahwa suatu saat nanti aku tak lagi bisa mengingat warna
matanya dengan tepat, sentuhan kulitnya yang dingin, serta tekstur suaranya.
Aku tidak bisa memikirkannya, tapi
aku harus mengingatnya.
Karena tinggal satu hal yang
perlu kuyakini agar aku bisahidup–aku harus tahu dia ada. Itu saja. Yang
lain-lain masih bisa kutahan. Pokoknya asal dia ada.
Itulah sebabnya aku merasa lebih
terperangkap di Forks daripada sebelumnya, mengapa aku bertengkar dengan
Charlie waktu ayahku mengusulkan perubahan. Sejujurnya, seharusnya itu bukan
masalah; tidak ada yang akan kembali lagi ke sini.
Tapi kalau aku pindah ke
Jacksonville, atau ke tempat lain yang terang benderang dan tidak familier,
bagaimana aku bisa yakin ia nyata? Di tempat aku tidak akan pernah bisa
membayangkan dia, keyakinan itu akan memudar... dan itu tidak bisa kuterima.
Terlarang untuk diingat, takut untuk dilupakan;
sungguh sulit menjalaninya. Aku terkejut waktu Jessica menghentikan mobilnya di
depan rumahku. Perjalanan pulang tidak memakan waktu lama, tapi, meski terasa
sebentar, aku tidak mengira Jessica bakal membisu sepanjang jalan.
"Terima kasih sudah mau
pergi denganku, Jess," kataku sambil membuka pintu. "Acara kita
tadi... asyik." Aku berharap asyik istilah
yang tepat.
“Tentu," gumamnya.
“Aku minta maaf tentang...
kejadian sehabis film tadi."
“Terserahlah, Bella"
Jessica memandang lurus ke kaca depan, tidak memandangku. Sepertinya semakin
malam ia semakin marah, bukan malah melupakannya.
“Sampai ketemu lagi hari
Senin?"
"Yeah. Bye."
Aku menyerah dan menutup pintu.
Jessica menderu pergi, masih tak mau melihatku. Aku sudah lupa pada Jessica
sesampainya di dalam rumah.
Charlie menungguku di tengah
ruang depan, kedua lengannya terlipat rapi di dada dengan telapak tangan
mengepal. "Hai, Dad," sapaku acuh tak acuh sambil merunduk melewati
Charlie, berjalan menuju tangga. Aku sudah terlalu lama memikirkan dia, dan aku
ingin berada di atas sebelum semua itu mengejarku.
"Dari mana saja kau?"
tuntut Charlie. Kupandangi ayahku, terkejut.
"Aku pergi nonton film di
Port Angeles bersama Jessica. Seperti yang kubilang tadi pagi."
"Hahhh," gerutu
ayahku.
"Tidak apa-apa, kan?”
Charlie mengamati wajahku,
matanya melebar ketika melihat sesuatu yang tak terduga. "Yeah, tidak
apa-apa. Kau senang?"
"Tentu," jawabku.
"Kami nonton zombie
memangsa orang-orang. Bagus sekali." Mata Charlie menyipit.
"Malam, Dad."
Charlie membiarkanku lewat. Aku
bergegas masuk ke kamarku.
Aku berbaring di tempat tidur
beberapa menit kemudian, menyerah saat kepedihan itu akhirnya muncul.
Hal ini benar-benar melumpuhkan, sensasi bahwa sebuah
lubang besar menganga di dadaku, merenggut semua organ vitalku dan meninggalkan
bekas luka yang masih basah dan berdarah di sekelilingnya, yang masih tetap
berdenyut nyeri dan mengeluarkan darah meski waktu terus berjalan.
Secara rasional aku tahu paru-paruku pasti masih utuh,
namun a megap-megap menghirup udara dan kepalaku berputar seolaholah segenap
usahaku sia-sia. Jantungku pasti juga masih berdetak, tapi aku tak bisa
mendengar detaknya di telingaku; tanganku terasa biru kedinginan. Aku meringkuk
seperti bayi, memeluk dada seperti memegangi diriku agar tidak hancur
berantakan. Aku berusaha menggapai perasaan kelu dan lumpuh, penyangkalanku,
tapi perasaan itu meninggalkanku.
Meski begitu, kudapati bahwa
ternyata aku bisa bertahan. Aku sadar, aku merasakan kepedihan itu—perasaan
kehilangan yang terpancar keluar dari dadaku, mengirimkan gelombang kesakitan
yang menghancurkan ke kaki—tangan dan kepalaku—tapi semua itu masih bisa kutahan.
Aku bisa melewatinya. Walaupun
rasanya kepedihan itu tidak melemah seiring berjalannya waktu, tapi aku jadi
semakin kuat menahannya. Apa pun yang terjadi malam ini—dan apakah penyebabnya
zombie, adrenalin, atau halusinasi— itu telah membangunkan aku.
Untuk pertama kali dalam kurun waktu lama, aku tidak tahu
harus mengharapkan apa esok pagi.
Penutup Novel Twilight (New Moon) – TERBANGUN Bab 29
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port TERBANGUN Bab
29 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab
berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab
berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: