Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 28 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – TERBANGUN Bab 28
Tindakan bijaksana adalah lari
dari perkembangan yang kemungkinan besar bakal menghancurkan—dan jelas tidak
stabil secara mental—ini. Sungguh tolol mendorong munculnya halusinasi.
Tapi suaranya semakin
menghilang.
Aku maju selangkah, mengetes.
"Bella, kembali,"
geramnya.
Aku mendesah lega. Kemarahan
itulah yang ingin ku dengar—bukti palsu yang dibuat-buat bahwa ia peduli,
anugerah meragukan dari alam bawah sadarku.
Beberapa derik berlalu
sementara aku menyortir pikiranku Orang-orang asing itu memandangiku, ingin
tahu. Mungkin yang terlihat di luar adalah aku sedang menimbang-nimbang apakah
akan menghampiri mereka atau tidak. Bagaimana mereka bisa menebak bahwa aku
berdiri di sana menikmati momen ketidakwarasan yang mendadak datang tanpa
diduga?
“Hai," sapa salah satu cowok itu, nadanya penuh percaya diri sekaligus sedikit sarkastis. Kulit dan rambutnya terang, dan ia berdiri dengan sikap percaya diri, yakin dirinya tampan. Aku tidak bisa melihat apakah ia tampan atau tidak. Aku diliputi prasangka.
Suara di kepalaku menjawab dengan geraman menakutkan.
Aku tersenyum, dan si cowok yang percaya diri itu sepertinya menanggap itu
undangan.
"Ada yang bisa kubantu?
Sepertinya kau tersesat," Lelaki itu nyengir dan mengedipkan mata.
Dengan hati-hati aku melangkahi
selokan yang dialiri air yang tampak hitam dalam kegelapan.
"Tidak. Aku tidak
tersesat."
Sekarang setelah aku berada
lebih dekat—dan anehnya mataku bisa terfokus—aku menganalisis cowok pendek
berambut gelap tadi. Ternyata sama sekali asing. Aku merasakan sensasi kecewa
yang mencurigakan bahwa ia ternyata bukan cowok jahat yang berusaha menyakitiku
hampir satu tahun yang lalu. Suara di kepalaku kini diam.
Si cowok pendek menyadari
tatapanku. "Boleh aku membelikanmu minuman?" ia menawarkan, gugup,
tampaknya tersanjung karena aku memandanginya terus.
"Aku masih di bawah
umur," jawabku otomatis. Cowok itu terperangah—bertanya-tanya mengapa aku
mendekati mereka. Aku merasa wajib menjelaskan.
"Dari seberang jalan, kau mirip seseorang yang
kukenal. Maaf, ternyata aku salah." Ancaman yang menarikku dari seberang
jalan mendadak menguap. Mereka bukan cowok-cowok berbahaya yang kuingat.
Mungkin mereka orang baik-baik. Aman. Aku langsungtidak tertarik lagi.
"Tidak apa-apa," si
cowok pirang yang percaya diri tadi berkata. "Tinggallah di sini dan
ngobrol dengan kami."
"Trims, tapi aku tak
bisa." Jessica ragu-ragu di tengah jalan, matanya membelalak oleh amarah
dan perasaan dikhianati. "Oh, beberapa menit saja."
Aku menggeleng, dan berbalik
untuk bergabung dengan Jessica.
"Ayo kita makan,"
usulku, nyaris tidak meliriknya. Walaupun aku tampak, saat itu, terbebas dari
sikap kosong dan hampa seperti zombie, namun aku tetap menjaga jarak. Pikiranku
sibuk. Perasaan mati yang aman dan kebas itu tidak kembali, dan aku jadi
semakin gelisah seiring berjalannya waktu, karena perasaan itu tak kunjung
datang.
"Apa sih yang ada dalam
pikiranmu tadi?" bentak Jessica. Kau tidak kenal mereka—bisa jadi mereka
psikopat!"
Aku mengangkat bahu, berharap
Jessica akan melupakannya. Aku hanya mengira kenal salah satu dari
mereka."
“Kau ini aneh sekali, Bella Swan. Aku merasa seperti
tidak mengenal dirimu." “Maaf.” Aku tidak tahu lagi harus bilang apa. Kami
berjalan memasuki McDonald's sambil membisu. Aku berani bertaruh, Jessica pasti
menyesal karena tadi kami berjalan kaki ke sini, bukannya naik mobil, supaya
bisa memesan lewat
mobil saja. Sekarang ia gelisah
dan ingin Segera mengakhiri malam ini, sama seperti yang kurasakan pada
awalnya.
Beberapa kali aku mencoba
mengajaknya mengobrol sambil makan, tapi Jessica menolak bekerja sama. Aku
pasti benar-benar telah membuatnya tersinggung.
Waktu kami kembali ke mobilnya,
Jessica mengembalikan saluran ke stasiun radio favoritnya dan mengeraskan
volume sampai kelewat keras untuk bisa ngobrol dengan nyaman. Aku tidak perlu
berusaha sekeras biasa untuk mengabaikan musiknya. Walaupun pikiranku, sekali
itu, tidak kebas dan kosong, tapi banyak hal lain yang kupikirkan selain
menyimak lirik lagu.
Kutunggu perasaan kebas itu
kembali, atau kepedihan itu. Karena kepedihan itu pasti datang. Aku sudah
melanggar aturanku sendiri. Alih-alih menghindar dari kenangan, aku malah maju
dan menyapanya. Aku sudah mendengar suaranya, begitu jelas, di kepalaku. Ada
harga yang harus kubayar, aku yakin itu. Apalagi kalau aku tidak bisa lagi
mendatangkan kabut untuk melindungi diriku. Aku merasa terlalu sadar, dan itu
membuatku takut.
Penutup Novel Twilight (New Moon) – TERBANGUN Bab 28
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port TERBANGUN Bab
28 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab
berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab
berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: