Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 24 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – TERBANGUN Bab 24
"Aku akan menyusun rencana
dengan Jessica," seruku dari balik bahu sambil menyandang tas sekolah,
tanpa menatap mata Charlie.
"Mungkin aku tidak makan
malam di rumah. Kami akan pergi ke Port Angeles dan nonton film." Aku
sudah keluar dari pintu sebelum Charlie bereaksi.
Karena begitu terburu-buru
ingin secepatnya menyingkir dari hadapan Charlie, aku termasuk orang pertama
yang sampai di sekolah. Keuntungannya adalah, aku mendapat tempat parkir yang
bagus sekali. Tapi sayangnya aku jadi punya banyak waktu kosong, padahal selama
ini sedapat mungkin aku berusaha menghindari waktu kosong.
Dengan cepat, sebelum sempat memikirkan
tuduhan-tuduhan Charlie tadi, aku mengeluarkan buku Kalkulus-ku. Kubuka di
bagian yang akan mulai kami pelajari hari ini dan berusaha memahaminya sendiri.
Membaca matematika bahkan jauh lebih sulit daripada
mendengarkannya, tapi aku semakin menguasainya. Beberapa bulan terakhir ini,
aku menghabiskan waktu sepuluh kali lebih banyak untuk mempelajari Kalkulus
daripada yang pernah kuhabiskan untuk pelajaran Matematika sebelum ini.
Hasilnya, nilaiku rata-rata selalu A. Aku tahu Mr. Varner merasa perbaikan
nilai-nilaiku berkat metode mengajarnya yang superior. Dan kalau itu membuatnya
bahagia, aku tidak ingin menghancurkan fantasinya.
Kupaksa diriku untuk terus
belajar sampai lapangan parkir penuh, dan akhirnya aku malah harus bergegas
menuju kelas Bahasa Inggris. Kami sedang membahas tentang Animal Farm, topik yang cukup mudah.
Bagiku komunisme bukan masalah;
selingan segar di sela-sela kisah cinta membosankan yang mengisi sebagian besar
kurikulum. Aku duduk di kursiku, senang karena bisa mengalihkan perhatian ke
topik yang diajarkan Mr. Berty.
Waktu berlalu tanpa terasa bila
aku di sekolah. Sebentar saja lonceng sudah berbunyi. Aku mulai memasukkan
buku-bukuku ke tas.
"Bella?'
Aku mengenali suara Mike, dan
sudah tahu apa yang akan ia katakan sebelum ia mengucapkannya. "Besok kau
kerja?"
Aku mendongak. Ia bersandar di seberang gang dengan
ekspresi cemas. Setiap Jumat ia selalu menanyakan hal yang sama. Tak peduli aku
tidak pernah cuti sakit sehari pun.
Well, dengan
satu pengecualian, beberapa bulan silam. Tapi ia tak punya alasan memandangiku
dengan sikap prihatin seperti itu. Aku kan karyawan teladan.
"Besok Sabtu, kan?" aku balas bertanya.
Setelah Charlie mengungkitnya, barulah aku sadar betapa hampa kedengarannya
suaraku.
"Ya, benar," sahut Mike.
"Sampai ketemu di kelas Bahasa Spanyol," Ia
melambai satu kali sebelum berbalik memunggungiku. Ia tak pernah lagi
mengantarku ke kelas.
Aku tersaruk-saruk menuju kelas
Kalkulus dengan ekspresi muram. Di kelas ini aku duduk di sebelah Jessica.
Sudah berminggu-minggu, bahkan
mungkin berbulan-bulan, Jess tak pernah lagi menyapaku bila aku berpapasan
dengannya di koridor. Aku tahu aku membuatnya tersinggung dengan sikapku yang
antisosial, dan ia ngambek.
Tidak bakal mudah mengajaknya
bicara sekarang— apalagi meminta bantuannya. Aku mempertimbangkan semuanya
masak-masak sementara berdiri di luar kelas, sengaja berlamalama.
Aku tak ingin menghadapi Charlie lagi tanpa
adanya interaksi sosial yang bisa dilaporkan. Aku tahu aku tak bisa berbohong,
walaupun bayangan menyetir sendirian ke Port Angeles pulang-pergi— memastikan
odometerku menampilkan jarak mil yang tepat—terasa sangat menggoda.
Tapi ibu Jessica gemar bergosip,
dan cepat atau lambat Charlie pasti akan bertemu dengan Mrs. Stanley di kota.
Kalau itu terjadi, tak diragukan lagi ia bakal mengungkit masalah itu. Jadi
berbohong jelas tidak mungkin.
Sambil mendesah, kudorong pintu hingga terbuka. Mr.
Varner melayangkan tatapan galak— ia sudah memulai pelajaran. Aku bergegas ke
kursiku. Jessica sama sekali tidak mendongak waktu aku duduk di sebelahnya.
Untung saja aku punya waktu lima puluh menit untuk menyiapkan mental.
Kelas ini bahkan berlalu lebih cepat daripada Bahasa
Inggris. Sebagian kecil disebabkan oleh persiapan yang kulakukan tadi pagi di
mobil—tapi sebagian besar berasal dan fakta bahwa waktu selalu berjalan sangat
cepat bila aku harus menghadapi sesuatu yang tidak menyenangkan. Aku meringis
ketika Mr. Varner menyudahi pelajaran lima menir lebih cepat. Ia tersenyum
seperti orang yang telah berbuat baik. “Jess?" Hidungku mengernyit waktu
tubuhku mengejang, menunggunya menyerangku.
Jessica berbalik di kursi untuk
menghadapiku, menatapku tak percaya.
"Kau bicara padaku,
Bella?"
"Tentu saja," Aku
membelalakkan mata, berlagak lugu.
"Apa? Kau butuh bantuan
dengan Kalkulus?" Nadanya sinis.
"Tidak." Aku
menggeleng.
"Sebenarnya, aku ingin
tahu apakah kau mau... nonton film bersamaku nanti malam? Aku benar-benar
membutuhkan malam khusus cewek." Kata-kata itu terdengar kaku, seperti
dialog yang diucapkan asal saja, dan Jessica tampak curiga.
"Kenapa kau
mengajakku?" tanyanya, sikapnya masih tidak ramah.
"Kau orang pertama yang terpikir olehku bila aku
sedang ingin kumpul-kumpul dengan teman cewek," Aku tersenyum, berharap
senyumku terlihat tulus.
Bisa jadi itu benar. Setidaknya dialah orang pertama
yang terpikir olehku bila aku ingin menghindari Charlie. Berarti kan sama saja.
Kesinisan Jessica sedikit berkurang.
"Well,
entahlah."
"Kau ada acara?"
“Tidak... kurasa aku bisa saja
pergi bersamamu. Kau mau nonton apa?"
Aku tidak tahu film apa yang
sedang diputar saat ini," elakku. Aku memeras otak mencari
petunjuk—bukankah baru-baru ini aku mendengar seseorang berbicara tentang film?
Melihat poster?
"Bagaimana kalau film
tentang presiden wanita itu?"
Jessica menatapku ganjil
"Bella, film itu kan sudah lama
sekali tidak diputar lagi."
"Oh." Keningku
berkerut.
"Apakah ada film yang ingin
kau tonton?”
Sifat asli Jessica yang cerewet
serta-merta muncul sementara ia berpikir.
"Well, ada film komedi romantis yang mendapat banyak pujian. Aku
ingin menontonnya. Dan ayahku baru saja nonton Dead End dan benar-benar
menyukainya." Aku langsung tertarik pada judulnya yang menjanjikan.
"Ceritanya tentang apa?"
"Zombie dan semacamnya. Kata ayahku, itu film
paling seram yang pernah ditontonnya bertahuntahun."
Penutup Novel Twilight (New Moon) – TERBANGUN Bab 24
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port TERBANGUN Bab
24 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab
berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab
berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: