Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang
tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight (New Moon) Bab 21 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – TAMAT Bab 21
"Bella, namaku Sam
Uley." Namanya sama sekali asing.
"Charlie menyuruhku
mencarimu." Charlie? Nama itu menggugahku, dan aku berusaha lebih menyimak
perkataannya. Charlie berarti sesuatu, kalaupun yang lain tidak.
Lelaki jangkung itu mengulurkan
tangan. Kutatap tangan itu, tak yakin harus melakukan apa.
Mata hitamnya menilaiku
sedetik, kemudian ia mengangkat bahu. Dengan gerakan cepat dan luwes, ia
mengangkatku dari tanah dan membopongku.
Aku terkulai dalam
gendongannya, lemas, sementara lelaki itu berjalan melompat-lompat dengan
tangkas menembus hutan yang basah. Sebagian diriku tahu seharusnya ini membuatku
marah—dibopong orang asing. Tapi aku sudah tak punya tenaga lagi untuk marah.
Rasanya sebentar saja sudah
tampak lampulampu dan dengungan berat suara kaum lelaki. Sam Uley memperlambat
langkah saat mendekati kerumunan.
"Aku menemukannya!"
serunya, suaranya menggelegar.
Dengungan itu terhenti, dan mulai lagi sejurus
kemudian dengan lebih keras. Wajah-wajah berputar membingungkan di atas
kepalaku. Hanya suara Sam yang masuk akal di tengah kekacauan itu, mungkin
karena telingaku menempel di dadanya.
"Tidak, kurasa dia tidak
cedera," katanya pada seseorang.
"Dia hanya terus-menerus
berkata 'Dia sudah pergi’."
Apakah aku mengatakannya dengan
suara keras? Kugigit bibirku.
"Bella, Sayang, kau
baik-baik saja?" Itu suara yang pasti akan kukenali di mana pun—bahkan
saat suaranya sarat oleh perasaan khawatir seperti sekarang ini.
"Charlie?" Suaraku
terdengar asing dan kecil.
"Aku di sini, Sayang"
Aku merasa tubuhku dipindahkan,
dan sejurus kemudian, aku bisa mencium bau khas jaket sheriff ayahku yang terbuat dari kulit. Charlie terhuyung-huyung
menggendongku.
"Mungkin sebaiknya aku
saja yang membopongnya," Sam Uley menyarankan.
"Tidak perlu," jawab
Charlie, agak terengah.
Ia berjalan pelan-pelan,
tersaruk-saruk. Kalau saja aku bisa mengatakan padanya untuk menurunkanku dan
membiarkan aku berjalan sendiri, tapi tak ada suara yang keluar dari
kerongkonganku.
Di mana-mana ada lampu, dipegang
segerombolan orang yang berjalan bersamanya.
Rasanya seperti pawai. Atau prosesi pemakaman. Aku
memejamkan mata.
"Kita sudah hampir sampai
di rumah, Sayang,” sesekali Charlie bergumam.
Kubuka mataku lagi waktu
kudengar kunci pintu diputar.
Kami di teras rumah, dan lelaki
gelap jangkung bernama Sam memegang pintu untuk Charlie. sebelah tangan terulur
ke arah kami, seolah bersiap-siap menangkapku bila lengan Charlie tak kuat lagi
membopongku.
Tapi Charlie berhasil
menggendongku melewati pintu dan membaringkanku di sofa ruang duduk.
"Dad, aku basah
kuyup," sergahku lemah.
"Tidak apa-apa."
Suaranya serak. Kemudian ia berbicara pada seseorang.
"Selimut-selimut ada di
dalam lemari di puncak tangga."
"Bella?'' tanya sebuah
suara baru. Aku memandangi lelaki berambut kelabu yang membungkuk di atasku,
dan baru mengenalinya setelah beberapa detik yang berlalu teramat lamban.
"Dr. Gerandy?"
gumamku.
"Benar, Sayang" jawab
lelaki itu.
"Kau terluka, Bella?"
Butuh semenit untuk benar-benar memikirkannya. Aku
bingung karena teringat pertanyaan sama yang diajukan Sam Uley di hutan tadi.
Hanya saja Sam menanyakannya secara berbeda: Kau dilukai? tanyanya tadi. Perbedaannya jelas sekali sekarang.
Dr. Gerandy menunggu. Sebelah
alisnya yang beruban terangkat, dan kerutan di dahinya semakin dalam.
“Aku tidak apa-apa,"
dustaku. Kata-kata itu cukup benar untuk menjawab pertanyaannya.
Tangannya yang hangat menyentuh
dahiku, dan jari-jarinya menekan bagian dalam pergelangan tanganku.
Kulihat bibirnya bergerak-gerak
saat ia menghitung, matanya tertuju pada jam tangan.
"Apa yang terjadi
padamu?" tanyanya, nadanya biasa-biasa saja.
Aku membeku dalam genggaman
tangannya, kurasakan perasaan panik di pangkal tenggorokanku.
"Kau tersesat di
hutan?" desak si dokter.
Aku menyadari beberapa orang
ikut mendengarkan. Tiga lelaki jangkung berwajah gelap—dari La Push, reservasi
Indian Quileute di sepanjang garis pantai, kalau tidak salah—Sam Uley salah
satunya, berdiri berimpitan memandangiku. Mr. Newton ada di sana bersama Mike
dan Mr. Weber, ayah Angela; mereka memandangiku, tidak terang-terangan seperti
orang-orang asing itu.
Suara-suara berat lain berdengung
dari arah dapur dan di luar pintu depan. Setengah isi kota pastilah mencariku
tadi.
Charlie berada paling dekat
denganku. Ia mencondongkan tubuh untuk mendengar jawabanku.
"Ya," bisikku.
"Aku tersesat."
Dokter mengangguk, berpikir,
jari-jarinya dengan lembut memeriksa kelenjar di bawah daguku. Wajah Charlie
mengeras.
"Kau lelah?" dr.
Gerandy bertanya.
Aku mengangguk dan memejam
dengan patuh.
"Menurutku tak ada yang
mengkhawatirkan," kudengar dokter itu bicara pelan pada Charlie beberapa
saat kemudian.
"Hanya kelelahan. Biarkan
dia tidur untuk memulihkan kekuatan. Besok aku datang untuk mengecek
keadaannya." Dokter terdiam sebentar. Ia pasti melihat jam tangannya
karena lalu menambahkan,
"Well, hari ini maksudku."
Terdengar suara berderit saat
mereka samasama bangkit dari sofa.
"Apakah benar?" bisik
Charlie. Suara-suara mereka terdengar lebih jauh sekarang. "Mereka sudah
pergi?"
"Dr. Cullen meminta kami
untuk tidak mengatakan apa-apa," dr. Gerandy menjawab.
"Tawaran itu datang sangat
tiba-tiba; mereka harus segera memilih.” Carlisle tidak ingin ke pindahannya
diributkan.
"Pemberitahuan singkat kan
tak ada salahnya," gerutu Charlie.
Suara dr. Gerandy terdengar tidak enak waktu ia
menimpali.
"Ya, Well,
dalam situasi ini, ada baiknya bila memberi peringatan.” Aku tidak mau
mendengar lagi. Aku merabaraba, mencari pinggiran selimut yang dihamparkan
seseorang di atas tubuhku, lalu
menariknya hingga menutupi telinga.
Kesadaranku hilang-timbul. Aku
mendengar
Charlie mengucapkan terima
kasih dengan suara berbisik pada para sukarelawan saat satu demi satu mereka
pulang. Aku merasakan jemarinya membelai dahiku, disusul kemudian dengan
dihamparkannya selimut lain.
Telepon berdering beberapa
kali, dan ia bergegas menjawabnya sebelum bunyi deringan membangunkanku. Ia
menjawab kekhawatiran para penelepon dengan suara pelan.
Penutup Novel Twilight (New Moon) – TAMAT Bab 21
Gimana Novel twilight (New Moon) – Port TAMAT Bab
21 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab
berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab
berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: