Tuesday, February 22, 2022

Bab 15 Novel Twilight (NEW MOON) – TAMAT - Baca Di Sini

Novel Twilight (New Moon), ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.

Dalam novel ini Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.

Sebelum kamu membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.

Ok, Silahkan baca novel Twilight (New Moon) Bab 15 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu hadapi.

Baca Novel Twilight – TAMAT Bab 15

3. TAMAT

KEESOKAN paginya, perasaanku benar-benar kacau. Aku tidak bisa tidur nyenyak; lenganku nyeri dan kepalaku sakit.

Perasaanku semakin kacau melihat wajah Edward tetap licin dan muram saat ia mengecup dahiku sekilas dan merunduk keluar dari jendela kamarku. Aku takut membayangkan waktu yang kulewatkan saat tidur tadi, takut Edward berpikir tentang yang benar dan salah lagi sambil memandangiku tidur. Kegelisahan

itu seolah menambah pukulan bertubi-tubi di kepalaku.

Edward menungguku di sekolah, seperti biasa, tapi wajahnya masih muram. Ada sesuatu di balik tatapannya dan aku tak yakin apa itu—dan itu membuatku takut.

Aku tak ingin mengungkitnya semalam, tapi aku tak yakin apakah dengan menghindarinya justru memperparah keadaan.

Edward membukakan pintu untukku.

"Bagaimana perasaanmu?"

"Sempurna," dustaku, meringis saat suara pintu dibanting bergema di dalam kepalaku.

Kami berjalan sambil membisu, Edward memperpendek langkah untuk mengimbangiku. Begitu banyak pertanyaan yang ingin kulontarkan, tapi sebagian besar harus menunggu, karena pertanyaan-pertanyaan itu untuk Alice: Bagaimana Jasper pagi ini? Apa yang mereka katakan waktu aku sudah pulang?

 Apa kata Rosalie? Dan yang paling penting apa yang dilihat Alice akan terjadi di masa mendatang menurut penglihatannya yang aneh dan tidak sempurna itu? Bisakah Alice menebak apa yang dipikirkan Edward, mengapa ia begitu muram? Apakah firasat ketakutan yang tak mau enyah dari hatiku ini berdasar? Pagi berlalu dengan lambat.

Novel Twilight (NEW MOON)


Aku tak sabar ingin bertemu Alice, walaupun tidak benar-benar bisa bicara dengannya kalau Edward ada di sana. Edward sendiri lebih banyak berdiam diri. Sesekali ia menanyakan lenganku, dan aku menyahutinya dengan berbohong.

Alice biasanya mendului kami makan siang; ia tak perlu mengimbangi orang lelet seperti aku. Tapi ia tak ada di meja, menunggu dengan nampan penuh makanan yang tak akan dimakannya.

Edward tidak mengatakan apa-apa tentang absennya Alice. Mulanya aku mengira kelasnya belum selesai—sampai aku melihat Conner dan Ben, yang sekelas dengannya di kelas bahasa Prancis jam keempat.

"Mana Alice?" tanyaku pada Edward dengan sikap waswas.

Edward memandangi granola bar yang diremasnya pelan-pelan sebelum menjawab. "Dia menemani Jasper."

"Jasper baik-baik saja?"

"Dia pergi dulu untuk sementara."

"Apa? Ke mana?"

Edward mengangkat bahu. "Tidak pasti ke mana."

"Alice juga," kataku putus asa.

Tentu saja, bila Jasper membutuhkannya, Alice akan pergi. “Ya. Dia pergi untuk sementara. Dia mencoba meyakinkan Jasper untuk pergi ke Denali." Denali adalah tempat sekumpulan vampir unik lain—vampir baik seperti keluarga Cullen—tinggal.

Tanya dan keluarganya. Aku beberapa kali mendengar tentang mereka. Edward pernah bertemu mereka musim dingin lalu saat kedatanganku ke Forks membuat hidupnya sulit.

Laurent, anggota paling beradab dalam kelompok kecil James, memilih ke sana daripada berpihak kepada James untuk melawan keluarga Cullen. Masuk akal bila Alice mendorong Jasper untuk pergi ke sana.

Aku menelan ludah, berusaha mengenyahkan ganjalan yang tiba-tiba bersarang di tenggorokanku. Perasaan bersalah membuat kepalaku tertunduk dan bahuku terkulai. Aku membuat mereka terusir dari rumah mereka sendiri, seperti Rosalie dan Emmett. Aku benarbenar wabah penyakit.

"Lenganmu sakit?" kata Edward dengan nada bertanya.

"Siapa yang peduli dengan lengan tololku?" sergahku jengkel.

Edward tidak menyahut, dan aku meletakkan kepalaku di meja.

Usai sekolah, kebisuan semakin tak tertahankan. Aku tak ingin menjadi orang yang memecah kebisuan, tapi rupanya hanya itu satusatunya pilihan kalau aku ingin ia bicara lagi denganku.

"Kau datang nanti malam?" tanyaku ketika Edward berjalanmengiringiku—sambil membisu— ke trukku. Ia selalu datang.

"Nanti?"

Aku senang karena ia terlihat kaget. “Aku harus kerja. Aku kan harus tukaran shift dengan Mrs. Newton untuk bisa libur kemarin."

"Oh," gumam Edward.

"Jadi kau akan datang kalau aku sudah di rumah, ya kan?" Aku tidak suka karena tiba-tiba merasa tak yakin tentang hal ini.

"Kalau kau menginginkannya."

"Aku selalu menginginkanmu," aku mengingatkannya, mungkin sedikit lebih bersungguh-sungguh daripada seharusnya.

Aku mengira ia bakal tertawa, atau tersenyum, atau setidaknya bereaksi terhadap kata-kataku.

"Baiklah kalau begitu," sahutnya tak acuh.

Edward mengecup keningku lagi sebelum menutup pintu trukku. Lalu ia berbalik dan berlari melompat dengan anggun ke mobilnya. Aku masih sanggup menyetir trukku keluar dari lapangan parkir sebelum kepanikan menghantamku telak-telak, tapi aku sudah kehabisan napas ketika sampai di Newton's.

Ia hanya butuh waktu, aku meyakinkan diriku sendiri. Ia pasti bisa melupakannya. Mungkin ia sedih karena keluarganya harus pergi. Tapi Alice dan Jasper sebentar lagi kembali, begitu juga Rosalie dan Emmett. Kalau perlu, aku akan menjauh dulu dari rumah putih besar di tepi sungai itu—aku tidak akan pernah menjejakkan kaki lagi di sana.

Bukan masalah. Aku tetap bisa bertemu Alice di sekolah. Ia akan kembali bersekolah, kan? Lagi pula, ia lebih sering berada di rumahku. Ia tak mungkin tega menyakiti hati Charlie dengan menjauhiku.

Tak diragukan lagi aku akan bertemu Carlisle secara teratur—di UGD.

Bagaimanapun, kemarin tidak terjadi apa-apa. Tidak terjadi apa-apa. Aku memang jatuh—tapi itu kan sudah biasa. Dibandingkan musim semi lalu.

sepertinya ini tidak penting. James meninggalkanku babak-belur dan nyaris mati kehabisan darah—meski begitu Edward tabah menjalani minggu demi minggu yang tak ada akhirnya di rumah sakit jauh lebih baik daripada ini.

Apakah karena, kali ini, ia tidak melindungiku dari serangan musuh? Melainkan dari saudaranya sendiri?

 

Penutup Novel Twilight (New Moon)TAMAT Bab 15

Gimana Novel twilight (New Moon) – Port TAMAT Bab 15 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.

Selanjutnya
Sebelumnya

0 comments: