Novel Twilight, ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada
orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight Bab 106 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – KETIDAKSABARAN Bab 106
Alice menggeleng. Mereka berpandangan, tak bergerak.
“Apa maksudnya?" aku bertanya.
Sesaat tak satu pun dari mereka menyahut, kemudian
Jasper menatapku.
“Itu artinya si pemburu mengubah rencananya. Dia
telah membuat keputusan yang akan membimbingnya ke ruangan cermin, dan ruangan
gelap."
"Tapi kita tidak tahu di mana ruangan itu.”
“Tidak.”
“Tapi kita tahu dia takkan berada di pegunungan di
utara Washington, diburu. Dia akan kabur dari mereka.” Suara Alice terdengar
putus asa.
"Haruskah kira menelepon?" tanyaku. Mereka
bertukar pandangan serius, ragu-ragu. Telepon berbunyi. Alice sudah
menyeberangi kamar sebelum aku sempat mendongak.
Ia menekan sebuah tombol dan mendekatkan telepon itu
di telinganya, tapi ia tidak bicara lebih dulu. "Carlisle," desahnya.
Ia tidak tampak terkejut atau lega, seperti yang kurasakan.
"Ya," katanya, menatapku. Ia mendengarkan
untuk waktu yang lama.
"Aku baru saja melihatnya." Ia
menggambarkan lagi apa yang dilihatnya.
"Apa pun yang membuatnya naik ke pesawat itu...
itu membimbingnya ke ruangan-ruangan itu." Alice terdiam.
"Ya," ia berbicara di telepon, kemudian ia berbicara
padaku.
"Bella?" Ia menyodorkan teleponnya. Aku
berlari menghampirinya.
"Halo?" desahku.
"Bella," kata Edward.
"Oh, Edward! Aku sangat khawatir."
“Bella," ia mendesah frustrasi,
"sudah kubilang jangan mengkhawatirkan hal lain
kecuali dirimu sendiri." Tak kusangka rasanya senyaman ini mendengar
suaranya.
Kurasakan kabut keputusasaan menipis dan lenyap saat
ia bicara.
"Kau di mana?"
“Kami berada di luar Vancouver. Bella, maafkan aku—
kami kehilangan jejaknya. Dia kelihatannya curiga—dia berhati-hati, menjaga
jarak sejauh mungkin sehingga aku tak bisa mendengar apa yang dipikirkannya.
Tapi dia sudah pergi sekarang—sepertinya naik pesawat. Kami kira dia kembali ke
Forks untuk memulai lagi dari awal." Aku bisa mendengar Alice menggantikan
Jasper di belakangku, katakatanya yang cepat terdengar samar bagai gumaman.
“Aku tahu. Alice melihat dia berhasil kabur."
"Meski begitu kau tak perlu khawatir. Dia takkan
menemukan apa pun yang akan membawanya padamu. Kau hanya perlu tetap di sana
dan menunggu sampai kami menemukannya lagi."
"Aku akan baik-baik saja. Apakah Esme bersama
Charlie?"
"Ya—si wanita ada di kota. Dia pergi ke rumah
Charlie, tapi Charlie sedang di tempat kerja. Dia tidak mendekati Charlie, jadi
jangan khawatir. Dia aman dalam pengawasan Rosalie dan Esme."
"Apa yang dilakukan wanita itu?"
"Barangkali sedang mencoba mengikuti jejak. Dia
mengelilingi kota sepanjang malam. Rosalie mengikutinya hingga ke bandara,
semua jalanan di kota, sekolah... dia mencari-cari, Bella, tapi tak ada yang
bisa ditemukannya."
"Kau yakin Charlie aman?"
"Ya, Esme takkan membiarkannya luput dari
pengawasan. Dan sebentar lagi kami akan tiba di sana. Kalau si pemburu berada
dekat-dekat Forks, kami akan menghabisinya."
"Aku merindukanmu," bisikku.
"Aku tahu. Bella. Percayalah padaku, aku tahu.
Rasanya seolah-olah kau telah membawa separuh diriku bersamamu.”
“Kalau begitu datang dan ambillah," aku
menantangnya. “Segera, begitu aku bisa. Aku akan membuatmu aman dulu."
Suaranya tegang.
“Aku mencintaimu," aku mengingatkannya. “Bisakah
kau memercayainya, terlepas dan semua yang telah kaualami karena aku, bahwa aku
juga mencintaimu?”
“Ya, sebenarnya aku percaya."
“Aku akan segera datang padamu."
"Aku akan menunggu."
Setelah percakapan selesai, kabut depresi pun
menyelimuti ku lagi.
Aku berbalik untuk mengembalikan telepon itu kepada
Alice dan mendapati ia dan Jasper membungkuk di atas meja Alice sedang membuat
sketsa pada sehelai memo hotel. Aku bersandar di sofa, mengintip dari balik
bahunya.
Ia sedang menggambar sebuah ruangan: panjang persegi
dengan bagian lebih sempit berbentuk segi empat di bagian belakang.
Potongan-potongan kayu yang membentuk lantai membentang sepanjang ruangan. Di
bawah dinding terdapat garis-garis yang menandakan batasan cermin.
Sepanjang dinding setinggi pinggang tampak garis
panjang.
Garis yang disebut Alice berwarna emas.
"Itu studio balet," kataku, tiba-tiba
mengenali bentuknya yang tidak asing.
Mereka memandangku, terkejut.
"Kau tahu ruangan ini?" suara Jasper
terdengar tenang tapi di baliknya ada sesuatu yang tak bisa kuduga.
Alice menunduk menatap gambarnya, tangannya menyapu
kertas itu sekarang, menggambar tangga darurat di dinding belakang stereo dan
TV di meja rendah di sudut kanan depan.
"Kelihatannya seperti tempat yang biasa
kukunjungi untuk belajar menari—ketika usiaku delapan atau sembilan tahun.
Bentuknya tak berubah." Kusentuh kertas itu pada bagian yang menonjol
kemudian menyempit di bagian belakang ruangan.
"Di sana letak kamar mandinya— pintunya bisa
menembus ke lantai dansa lainnya. Tapi stereonya tadinya di sini"—aku
menunjuk sudut kiri—
"sudah lama, dan tidak ada TV. Ada jendela di
ruang tunggu-kau akan melihat ruangan itu, dari sudut pandang ini kalau kau
melihatnya dari jendela itu.” Alice dan Jasper menatapku.
“Kau yakin ini ruangan yang sama?" Jasper
bertanya, masih tenang.
"Tidak, sama sekali tidak—kurasa kebanyakan
studio tari kelihatan sama—cermin-cerminnya, palangnya." Jari-jariku
menelusuri palang balet yang terpasang di depan cermin.
"Bentuknya saja yang kelihatannya tidak asing." Aku menyentuh pintunya, terpasang pada tempat yang sama persis seperti yang kuingat.
Penutup Novel Twilight – KETIDAKSABARAN Bab 106
Gimana Novel twilight – Port KETIDAKSABARAN Bab 106 ? keren kan ceritanya.
Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan
khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik
tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: