Novel Elena ditulis oleh Ellya Ningsih, Banyak yang berharap penulis novel ini akan menjadi the next Tere Lie. Novel Elena juga memiliki versi cetak yang lengkap. Anda bisa memesannya di nomor Wa : 085703404372 atau 088218909378.
Oh iya membaca novel hanyalah sekedar
hiburan atau hobi atau bahkan pengisi waktu luang saja. Untuk itu admin blog
ini selalu mengingatkan tetaplah nomor satukan Ibadah, Perintah orang tua dan
pekerjaan.
Novel Elena ini ditulis
dengan bahasa yang ringan namun bisa mengobrak abrik emosi pembaca. Tak salah
jika novel ini menjadi viral dan selalu ditunggu bab perbab nya oleh pembaca.
Ok Sekarang silahkan baca Novel Elena Bab 9
Baca Novel Elena Bab 9 Di Sini Sekarang
Elena membuka lipatan
kertas yang disodorkan Ibnu, dibacanya perlahan sambil sesekali menahan napas.
-------------------------------------------
Untuk: Ibnu
suamiku tercinta dan Elena, sahabatku tersayang
warrohmatullaahi Assalamualaikum wabarokatuh. Aku menulis surat ini, atas nama
cinta yang besarnya hanya Allah saja yang tahu.
Saat kalian baca ini kemungkinan besar aku sudah
tidak ada di antara kalian. Doakan aku. Ketahuilah kalian adalah dua orang
istimewa dalam hidupku yang kucintai karena Allah, selain Maryam, Abah dan
Ummi.
Suamiku sayang, aku tahu permintaan ini terasa
berat. Percayalah aku bukan tak yakin akan kesetiaan dan cintamu padaku. Hanya
saja aku tak ingin kebahagiaan yang pernah aku rasakan bersamamu ini cuma
milikku sendiri. Aku ingin berbagi dengan sahabatku, Elena.
Kau pasti bertanya-tanya, kenapa Elena? Karena aku
yakin ada kebaikan luar biasa pada dirinya, hanya ia belum menyadarinya.
Sebagaimana aku melihatmu pada saat orangtuamu datang ke rumahku.
Aku tau hidayah itu hak prerogatif Allah, tapi
bukankah pintu seringkali tidak terbuka jika tidak diketuk? Dan aku ingin kau
yang mengetuk pintu itu untuk Elena, karena aku tidak mempunyai kesempatan
mengetuknya sendiri.
Ajak ia untuk bersama-sama hijrah belajar menjadi
lebih baik di jalan Allah. Aku mencintaimu dan menyayangi Elena, berharap kelak
kita semua bisa berkumpul bersama di Jannah-Nya. Suamiku sayang, bersabarlah
atas Elena. Ia, dengan ijin Allah, akan menjadi shalihah pada waktunya.
Dan untukmu Elena sayang, menyerahlah pada
Rabb-mu. Setiap orang berhak untuk menjadi lebih baik, sekelam apa pun masa
lalu yang kau punya. Jangan khawatirkan sakit hatimu, biar Allah yang
menyembuhkannya.
Jangan kalian khawatirkan perasaan cinta yang
belum hadir di antara kalian. Cintai saja Allah dulu. Orang yang sama-sama
mencintai Allah, keduanya tidak akan sulit untuk saling jatuh cinta. Titip
peluk cium untuk Maryam, sampaikan setiap hari padanya bahwa aku mencintainya.
Tolong jaga ia untukku. Wassalamualaikum,
Safitri
----------------------------------------------------------
Tangis Elena menghebat,
Ibnu bangkit meraihnya dalam pelukannya. Ia merasa hati Elena pada akhirnya
telah terketuk, bukan olehnya tapi oleh Safitri melalui suratnya. Seorang
pelayan datang membawa pesanan. Elena buru-buru menyusut airmatanya.
“Maryam, ayo kemari.
Minum dulu lalu kita pulang, maghrib hampir menjelang,” panggil Ibnu.
Selepas sholat Isya di
masjid, Ibnu masuk ke dalam kamar dan mendapati Elena terisak di atas
sajadahnya. Ibnu menutup pintu kamar perlahan lalu menguncinya. Dihampirinya
Elena, mengusap kepalanya yang masih tertutup mukenah. Tiba-tiba Elena
berbalik, memeluk kedua kaki Ibnu.
“Maafkan aku, Mas. Maafkan ...”
parau suara Elena
diantara isak tangisnya, ia tak kuasa mengakui dosa-dosa di hadapan suaminya.
Ibnu melepaskan pelukan Elena di kakinya, meraih tangannya dan mengajaknya
berdiri. Diangkatnya dagu Elena, lembut jemarinya menghapus air mata Elena yang
jatuh berderai di pipinya.
“Aku memaafkanmu,”
Ibnu menatap dalam-dalam
mata Elena sambil tersenyum.
Lalu membenamkan kepala
Elena ke dadanya. Shubuh berikutnya sepulang dari masjid, Ibnu tersenyum
bahagia melihat Elena sudah bangun dan sedang mendirikan sholat di kamarnya.
Sekitar jam enam pagi, Ibnu dan Maryam sedang sarapan di meja makan ketika
Elena datang menghampiri.
Keduanya tertegun lama
menyaksikan pemandangan di depan matanya, mulut Ibnu terlihat sedikit
ternganga.
“Apa aku tak pantas
memakainya?”
tanya Elena takut-takut.
Ibnu masih belum bisa berkata apa-apa. Di hadapannya Elena berdiri mengenakan
setelan blouse merah hati dan rok hitam panjang semata kaki. Kepalanya tertutup
kerudung motif bunga-bunga dengan warna senada. Elena terlihat sangat anggun dan
berbeda. Maryam tiba-tiba berdiri, berjalan ke arah Elena kemudian meraih
jemari Elena.
“Cantik sekali. Sekarang
sudah mirip Ummi sedikit,” ujarnya sambil menarik Elena duduk di sebelahnya.
Elena tersipu, mendapati
Ibnu tak kunjung melepaskan pandangannya. Ada desir halus hadir dalam dada.
Bunyi klakson terdengar beberapa kali, mobil jemputan sekolah datang.
Maryam buru-buru memakai
tas sekolahnya, dia mencium tangan Ibn lalu berlari keluar. Tidak lama
kemudian, dia berlari kembali. Mendekati Elena yang masih duduk, dia meraih
tangan kanan Elena dan menciumnya dengan hormat lalu mencium pipi Elena lalu
berlalu.
Elena sedikit terkejut
karena sebelumnya Maryam tidak pernah ingin mencium tangannya, apalagi pipinya.
Dia kemudian tertawa kecil. Elena menyelesaikan sarapannya dan bangkit untuk
membawa piring dan gelas kotor ke wastafel. Dia sedang mencuci tangannya ketika
Ibn memeluknya dari belakang.
Dan desisan itu menjadi
lebih jelas, Elena canggung.
"Kau terlihat sangat
cantik pagi ini. Apakah Anda pikir tidak apa-apa jika kita datang terlambat
untuk bekerja kadang-kadang? ”
Pertanyaan itu terdengar
lebih seperti menggoda ditelinga Elena. Tapiia taktahan untuk tidak mengiyakan.
Ia membalikkan badannya, mengangguk pelan sementara wajahnya bersemu semakin
tersipu.
Elena sudah membulatkan
tekadnya. Ia akan memutuskan hubungannya dengan Eugene, jangan tanya tentang
cinta hatinya masih sama. Tapi ia tak sanggup lagi dalam murka Rabb-nya.
Ditekannya nomor telepon rumah Eugene dari gawainya. Terdengar nada sambung.
“Halo,” sapa Elena
hatinya mulai ragu.
“Elena, Elena kau
baik-baik saja? Aku mencoba menghubungimu puluhan kali sejak aku tiba di
Kanada.
Apa yang terjadi?” Eugene
langsung mengenali suara Elena dan mencecarnya dengan penuh kecemasan.
“Jangan khawatir, aku baik-baik
saja. Dengarkan aku, Eugene.
Aku berniat untuk hijrah
memperbaiki diriku dan agamaku. Karenanya, aku akan meninggalkanmu ...” suara
Elena hampir hilang tercekat, ia merasakan sebagian dirinya ikut tercerabut
ketika mengatakan itu.
“Apa maksudmu? Aku tak
paham. Apakah ini ada hubungannya dengan malam itu? Aku minta maaf, Elena. Aku
mohon ... aku akan datang secepatnya menemuimu. Tolong jangan begitu ... Aku
sungguh-sungguh mencintaimu. Aku akan membawamu pergi. Tunggu aku,” tuturnya
tersengal.
Elena merasakan kepanikan
dan ketakutan Eugene, airmatanya menetes. Diteguhkannya hatinya lalu memencet
tombol‘end’.
Tangannya meraba kalung
pemberian Eugene. Dilepaskannya dengan hati-hati, dimasukkan ke dalam sebuah
kotak kecil lalu disimpan di dalam tas. Kening Elena berpeluh, badannya terasa
dingin dan lemas.
Seluruh isi perutnya
sudah dikeluarkan namun ia tetap merasakan mual. Beberapa hari ini ia merasakan
kurang enak badan. Terdengar pintu kamar mandi diketuk dari luar perlahan.
“Elena, kau tidak
apa-apa?” tanya Ibnu cemas.
“Aku cuma masuk angin,”
jawab Elena lemas sambil membuka kunci kamar mandi.
Ibnu menuntun Elena ke
tempat tidur, disusunnya bantal sedemikian rupa demi membuat kepala Elena rebah
dengan lebih nyaman. Lalu dioleskannya minyak kayu putih ke punggung dan perut
Elena.
“Makan dulu, ya? Aku
ambilkan,” tawar Ibnu. Elena menggeleng, ia lelah muntah setiap kali mencoba
menelan sesuatu. Indra perasa dan penciumannya terasa lebih sensitif belakangan
ini.
“Safitri dulu pun seperti
ini ketika minggu-minggu pertama mengandung Maryam ...”
Ibnu berujar hati-hati.
Elena kaget setengah mati mendengar perkataan Ibnu. Ia tidak pernah terpikir
sampai ke sana. Mungkinkah?
Kesimpulan Novel Elena Bab 9
Bagaiman Bab nya, saya
yakin novel Elena ini akan membawamu ke dalam imajinasi untuk
berusaha menebak lanjutan kisahnya bukan? Jangan khawatir kami punya jawabannya
di bab berikutnya. Silahkan klik
navigasi Babnya di bawah ini untuk pindah ke Bab berikutnya.