Tuesday, January 18, 2022

Bab 8 Novel Twilight – Buku yang Terbuka - Baca Di Sini

Novel Twilight, ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.

Dalam novel ini Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.

Sebelum kamu membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.

Ok, Silahkan baca novel Twilight Bab 8 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu hadapi.

Baca Novel Twilight –Buku yang Terbuka Bab 8

The Thriftway tak jauh dari sekolah, hanya beberapa blok ke selatan, selepas jalan raya. Rasanya menyenangkan bisa berada di dalam supermarket; rasanya normal. Di tempat asalku akulah yang berbelanja, dan aku menyukainya. Supermarket itu cukup luas sehingga aku tak dapat mendengar tetesan air hujan di atap yang mengingatkan keberadaanku sekarang.

Sesampai di rumah aku mengeluarkan semua barang belanjaan, lalu menyumpalkannya di mana-mana. Kuharap Charlie tidak keberatan. Kubungkus kentang dengan aluminium dan kumasukkan ke oven lalu memanggangnya, melapisi steik dengan saus marinade, dan meletakkannya di atas sekarton telur di kulkas.

Novel Twilight


Selesai melakukannya, aku membawa tas sekolahku ke atas. Sebelum mengerjakan PR, aku mengganti pakaian dengan yang kering mengikat rambutku yang lembab jadi kucir kuda, dan memeriksa e-mail-ku untuk pertama kali.

Aku mendapat tiga pesan.

"Bella," tulis ibuku...

Kirimi aku kabar begitu kau sampai. Ceritakan bagaimana penerbanganmu. Apakah hujan? Aku sudah merindukanmu. Aku

hampir selesai mengepak untuk ke Florida, tapi aku tak bisa menemukan blus pinkku. Kau tahu di mana aku meletakkannya? Phil kirim salam. Mom.

Aku mendengus dan membaca pesan berikutnya. Pesan itu dikirim delapan jam setelah pesan pertama.

"Bella," tulisnya...

Kenapa kau belum kirim e-mail? Apa sih yang kautunggu?

Mom.

Yang terakhir dikirim pagi ini.

Isabella,

Kalau sampai jam setengah enam sore ini aku belum juga mendengar kabar darimu, aku akan menelepon Charlie.

Aku melihat jam. Aku masih punya waktu satu jam, t. ibuku sangat terkenal suka meledak-ledak.

Mom,

Tenang saja. Aku sedang menulis sekarang. Jangan konyol.

Bella.

Aku mengirimnya dan memulai lagi.

Mom,

Semua baik-baik saja. Tentu saja di sini hujan. Aku menunggu

sampai punya cerita yang bisa kubagikan. Sekolahku tidak jelek,

hanya sedikit mengulang pelajaran. Aku bertemu beberapa anak yang baik yang makan siang bersamaku.

Blus pinkmu ada di dry clean-kau harus mengambilnya hari Jumat.

Charlie membelikan aku truk, kau percaya? Aku menyukainya.

Mobil tua, tapi benar-benar "bandel", yang berarti bagus, kau tahu kan, buatku.

Aku juga rindu padamu. Aku akan menulis lagi nanti, tapi aku takkan mengecek e-mail-ku setiap lima menit sekali. Tenang, tarik napas. Aku sayang Mom.

Bella.

Kuputuskan untuk membaca Wuthering Heights – novel yang sedang kami pelajari di kelas bahasa Inggris-demi kesenangan, dan itulah yang kulakukan ketika Charlie pulang, bergegas turun mengeluarkan kentang dari oven serta memanggang steiknya.

"Bella?" panggil ayahku ketika mendengar aku menuruni tangga.

Memangnya ada orang lain? pikirku.

"Hei, Dad, sudah pulang?"

"Ya." Ia menggantungkan sabuk senjatanya dan melepaskan botnya sementara aku sibuk di dapur. Setahuku, ia tak pernah menembakkan senjatanya selama bertugas. Tapi senjatanya itu selalu siaga. Waktu aku datang ke sini, ketika masih kanak-kanak, Dad selalu mengosongkan pelurunya begitu ia masuk ke rumah. Kurasa sekarang ia sudah menganggapku cukup dewasa sehingga tidak akan dengan sengaja menembak diriku sendiri, dan tidak depresi sehingga mencoba bunuh diri. "Kita makan malam apa?" tanya Dad hati-hati. Ibuku juru masak imajinatif, dan percobaannya tak selalu aman untuk dimakan.

"Steik dan kentang" jawabku, dan Dad tampak lega.

Sepertinya ia merasa salah tingkah berada di dapur tanpa melakukan apa-apa; jadi ia pergi ke ruang tamu dengan langkah diseret lalu menonton TV sementara aku bekerja di dapur. Ini lebih nyaman buat kami berdua. Aku membuat salad sementara steiknya sedang dipanggang kemudian menyiapkan meja makan.

Aku memanggil ayahku ketika makan malam sudah siap, dan ia mengendus nikmat sambil menuju ruang makan.

"Aromanya lezat, Bell."

"Terima kasih."

Selama beberapa menit kami makan dalam diam. Namun diam yang nyaman. Tak satu pun dari kami terusik keheningan itu. Dalam beberapa hal, kami sangat cocok hidup bersama.

"Jadi. bagaimana sekolahmu? Apa kau sudah dapat teman baru?" Dad berkata setelah mengulur waktu. "Well, aku mengambil beberapa kelas bersama cewek bernama Jessica. Saat makan siang, aku duduk bersama teman-temannya. Lalu ada cowok, Mike, yang sangat bersahabat. Semuanya kelihatan lumayan baik." Dengan satu pengecualian mencolok.

"Itu pasti Mike Newton. Anak baik—keluarganya baik.

Ayahnya memiliki toko perlengkapan olahraga di luar kota. Karena banyak backpaeker yang datang ke sini, dia cukup berhasil."

"Apa kau mengenal keluarga Cullen?" tanyaku raguragu.

"Keluarga dr. Cullen? Tentu. Dr. Cullen orang hebat." "Mereka... anak-anaknya... agak berbeda. Sepertinya mereka tidak bisa beradaptasi dengan baik di sekolah." Charlie mengejutkanku karena ekspresinya tampak marah.

"Orang-orang di kota ini," gumamnya. "Dr. Cullen ahli bedah genius dan dia bisa saja memilih bekerja di rumah sakit mana pun di dunia ini, dengan gaji sepuluh kali lipat daripada yang didapatnya di sini," lanjutnya, suaranya makin keras.

“Kita beruntung memilikinya—beruntung istrinya mau tinggal di kota kecil. Dia aset bagi komunitas kita, dan perilaku anak-anak mereka baik dan sopan. Aku memang pernah ragu ketika mereka pertama pindah ke sini, dengan anak-anak remaja adopsi itu. Kupikir mereka akan menimbulkan masalah. Tapi mereka sangat dewasa—aku belum mendapat satu masalah pun dari mereka.

Sesuatu yang belum pernah dilakukan anak-anak yang orangtuanya telah tinggal di sini selama beberapa generasi. Dan keluarga itu hidup seperti keluarga biasa—pergi kemping setiap dua akhir pekan sekali... Tapi hanya karena mereka pendatang baru, lalu orang-orang menggunjingkan mereka." Itu ucapan terpanjang yang pernah kudengar dari Charlie.

Ia pasti tidak menyukai apa pun yang dikatakan orang-orang.

Penutup Novel Twilight – Buku yang Terbuka Bab 8

Gimana Novel twilight – Buku yang Terbuka Bab 8 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik tombol nvaigasi bab di bawah ini.

Selanjutnya
Sebelumnya

0 comments: