Novel Twilight, ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada
orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight Bab 8 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight –Buku yang Terbuka Bab 8
The Thriftway tak jauh dari sekolah, hanya beberapa
blok ke selatan, selepas jalan raya. Rasanya menyenangkan bisa berada di dalam
supermarket; rasanya normal. Di tempat asalku akulah yang berbelanja, dan aku
menyukainya. Supermarket itu cukup luas sehingga aku tak dapat mendengar
tetesan air hujan di atap yang mengingatkan keberadaanku sekarang.
Sesampai di rumah aku
mengeluarkan semua barang belanjaan, lalu menyumpalkannya di mana-mana. Kuharap
Charlie tidak keberatan. Kubungkus kentang dengan aluminium dan kumasukkan ke
oven lalu memanggangnya, melapisi steik dengan saus marinade, dan meletakkannya
di atas sekarton telur di kulkas.
Selesai melakukannya, aku membawa tas sekolahku ke
atas. Sebelum mengerjakan PR, aku mengganti pakaian dengan yang kering mengikat
rambutku yang lembab jadi kucir kuda, dan memeriksa e-mail-ku untuk pertama
kali.
Aku mendapat tiga pesan.
"Bella," tulis ibuku...
Kirimi
aku kabar begitu kau sampai. Ceritakan bagaimana penerbanganmu. Apakah hujan?
Aku sudah merindukanmu. Aku
hampir
selesai mengepak untuk ke Florida, tapi aku tak bisa menemukan blus pinkku. Kau
tahu di mana aku meletakkannya? Phil kirim salam. Mom.
Aku mendengus dan membaca pesan berikutnya. Pesan itu
dikirim delapan jam setelah pesan pertama.
"Bella," tulisnya...
Kenapa
kau belum kirim e-mail? Apa sih yang kautunggu?
Mom.
Yang terakhir dikirim pagi ini.
Isabella,
Kalau
sampai jam setengah enam sore ini aku belum juga mendengar kabar darimu, aku
akan menelepon Charlie.
Aku melihat jam. Aku masih punya waktu satu jam, t.
ibuku sangat terkenal suka meledak-ledak.
Mom,
Tenang
saja. Aku sedang menulis sekarang. Jangan konyol.
Bella.
Aku mengirimnya dan memulai lagi.
Mom,
Semua
baik-baik saja. Tentu saja di sini hujan. Aku menunggu
sampai
punya cerita yang bisa kubagikan. Sekolahku tidak jelek,
hanya sedikit mengulang pelajaran. Aku bertemu beberapa anak yang baik
yang makan siang bersamaku.
Blus
pinkmu ada di dry clean-kau harus mengambilnya hari Jumat.
Charlie
membelikan aku truk, kau percaya? Aku menyukainya.
Mobil tua, tapi benar-benar "bandel", yang berarti bagus, kau
tahu kan, buatku.
Aku juga rindu padamu. Aku akan menulis lagi nanti, tapi aku takkan
mengecek e-mail-ku setiap lima menit sekali. Tenang, tarik napas. Aku sayang
Mom.
Bella.
Kuputuskan untuk membaca Wuthering Heights – novel
yang sedang kami pelajari di kelas bahasa Inggris-demi kesenangan, dan itulah
yang kulakukan ketika Charlie pulang, bergegas turun mengeluarkan kentang dari
oven serta memanggang steiknya.
"Bella?" panggil ayahku ketika mendengar
aku menuruni tangga.
Memangnya ada orang lain? pikirku.
"Hei, Dad, sudah pulang?"
"Ya." Ia menggantungkan sabuk senjatanya
dan melepaskan botnya sementara aku sibuk di dapur. Setahuku, ia tak pernah
menembakkan senjatanya selama bertugas. Tapi senjatanya itu selalu siaga. Waktu
aku datang ke sini, ketika masih kanak-kanak, Dad selalu mengosongkan pelurunya
begitu ia masuk ke rumah. Kurasa sekarang ia sudah menganggapku cukup dewasa
sehingga tidak akan dengan sengaja menembak diriku sendiri, dan tidak depresi
sehingga mencoba bunuh diri. "Kita makan malam apa?" tanya Dad
hati-hati. Ibuku juru masak imajinatif, dan percobaannya tak selalu aman untuk
dimakan.
"Steik dan kentang" jawabku, dan Dad tampak
lega.
Sepertinya ia merasa salah tingkah berada di dapur
tanpa melakukan apa-apa; jadi ia pergi ke ruang tamu dengan langkah diseret
lalu menonton TV sementara aku bekerja di dapur. Ini lebih nyaman buat kami
berdua. Aku membuat salad sementara steiknya sedang dipanggang kemudian
menyiapkan meja makan.
Aku memanggil ayahku ketika makan malam sudah siap,
dan ia mengendus nikmat sambil menuju ruang makan.
"Aromanya lezat, Bell."
"Terima kasih."
Selama beberapa menit kami makan dalam diam. Namun
diam yang nyaman. Tak satu pun dari kami terusik keheningan itu. Dalam beberapa
hal, kami sangat cocok hidup bersama.
"Jadi. bagaimana sekolahmu? Apa kau sudah dapat
teman baru?" Dad berkata setelah mengulur waktu. "Well, aku mengambil beberapa kelas
bersama cewek bernama Jessica. Saat makan siang, aku duduk bersama
teman-temannya. Lalu ada cowok, Mike, yang sangat bersahabat. Semuanya
kelihatan lumayan baik." Dengan satu pengecualian mencolok.
"Itu pasti Mike Newton. Anak baik—keluarganya
baik.
Ayahnya memiliki toko perlengkapan olahraga di luar
kota. Karena banyak backpaeker yang datang ke sini, dia cukup berhasil."
"Apa kau mengenal keluarga Cullen?" tanyaku
raguragu.
"Keluarga dr. Cullen? Tentu. Dr. Cullen orang
hebat." "Mereka... anak-anaknya... agak berbeda. Sepertinya mereka
tidak bisa beradaptasi dengan baik di sekolah." Charlie mengejutkanku
karena ekspresinya tampak marah.
"Orang-orang di kota ini," gumamnya.
"Dr. Cullen ahli bedah genius dan dia bisa saja memilih bekerja di rumah
sakit mana pun di dunia ini, dengan gaji sepuluh kali lipat daripada yang
didapatnya di sini," lanjutnya, suaranya makin keras.
“Kita beruntung memilikinya—beruntung istrinya mau tinggal
di kota kecil. Dia aset bagi komunitas kita, dan perilaku anak-anak mereka baik
dan sopan. Aku memang pernah ragu ketika mereka pertama pindah ke sini, dengan
anak-anak remaja adopsi itu. Kupikir mereka akan menimbulkan masalah. Tapi
mereka sangat dewasa—aku belum mendapat satu masalah pun dari mereka.
Sesuatu yang belum pernah dilakukan anak-anak yang
orangtuanya telah tinggal di sini selama beberapa generasi. Dan keluarga itu
hidup seperti keluarga biasa—pergi kemping setiap dua akhir pekan sekali...
Tapi hanya karena mereka pendatang baru, lalu orang-orang menggunjingkan
mereka." Itu ucapan terpanjang yang pernah kudengar dari Charlie.
Ia pasti tidak menyukai apa pun yang dikatakan
orang-orang.
Penutup Novel Twilight – Buku
yang Terbuka Bab 8
Gimana Novel twilight – Buku yang Terbuka Bab 8 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik tombol nvaigasi bab di bawah ini.
0 comments: