Novel Twilight, ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada
orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight Bab 77 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – Tekad Yang Kuat Mengalahkan Segala Hambatan Fisik Bab 77
“Kau sudah siap tidur?" tanyanya, menyela
keheningan singkat di antara kami. "Atau kau punya pertanyaan lagi?"
"Hanya sejuta atau dua.”
"Kita memiliki hari esok, dan hari berikutnya
lagi, dan selanjutnya...” ia mengingatkanku. Aku tersenyum bahagia
mendengarnya.
"Kau yakin tidak akan menghilang besok
pagi?" Aku menginginkan kepastian. "Lagi pula, kau ini makhluk
legenda."
"Aku takkan meninggalkanmu." Suaranya
memancarkan kesungguhan.
"Kalau begitu, satu lagi malam ini..." Dan
aku pun merona. Kegelapan sama sekali tidak membantu—aku yakin ia bisa
merasakan kehangatan kulitku yang tiba-tiba.
"Apa itu?"
"Tidak, lupakan. Aku berubah pikiran."
"Bella, kau bisa bertanya apa pun padaku."
Aku tak menyahut, dan ia mengerang.
“Aku terus berpikir, akan lebih tidak membuat
frustrasi
bila tidak mendengar pikiranmu. Tapi kenyataannya
justru makin parah dan lebih parah lagi."
“Aku senang kau tak dapat membaca pikiranku. Sudah
cukup buruk bahwa kau menguping saat aku mengigau." "Please?"
Suaranya begitu membujuk, begitu mustahil untuk kutolak. Aku menggeleng.
"Kalau kau tidak bilang padaku, aku hanya tingga
menyimpulkan itu sesuatu yang lebih buruk dari seharusnya,” ancamnya licik.
“Please?” lagi-lagi, suara bujuk rayu itu.
“Well,” aku
memulainya, senang ia tidak bisa melihat wajahku
"Ya?"
"Katamu Rosalie dan Emmett akan segera menikah...
Apakah... pernikahan itu... sama seperti pernikahan manusia?"
Ia tertawa terbahak sekarang, menangkap maksudku.
"Apakah itu arah pembicaraanmu?"
Aku gelisah, tak mampu menjawab.
"Ya, kurasa kurang-lebih sama," katanya.
"Sudah kubilang kebanyakan hasrat manusia ada dalam diri kami, hanya saja
tersembunyi di balik hasrat yang lebih kuat lagi."
Aku hanya bisa menggumamkan "Oh."
"Apakah ada maksud di balik rasa penasaranmu?" "Well, aku memang membayangkan... kau dan
aku... suatu hari..."
Ia langsung berubah serius, aku bisa mengatakannya
dari tubuhnya yang mendadak kaku. Aku juga membeku, bereaksi dengan sendirinya.
"Aku tidak berpikir itu... itu... akan mungkin
bagi kita." “Karena itu akan sangat sulit bagimu, seandainya kita...
sedekat itu?"
"Itu jelas masalah. Tapi bukan itu yang
kupikirkan. Kau sangat lembut dan rapuh. Aku harus memperhitungkan setiap
tindakanku setiap kali kita bersama-sama, supaya aku tak melukaimu. Aku bisa
membunuhmu dengan sangat mudah, Bella, hanya dengan tidak sengaja." Suaranya
hanya tinggal gumaman. Ia menggerakkan telapak
tangannya yang dingin dan menaruhnya di pipiku.
"Kalau aku terlalu gegabah... seandainya satu
detik saja aku tak cukup memerhatikan, aku bisa saja mengulurkan tanganku,
maksudnya ingin menyentuh wajahmu namun malah menghancurkan tengkorakmu karena
khilaf. Kau tak tahu betapa sangat rapuhnya dirimu. Aku takkan sanggup
kehilangan kendali apa pun saat aku bersamamu.” Ia menungguku bereaksi, dan
semakin waswas saat aku tetap diam.
“Kau takut?" tanyanya.
Aku menunggu sebentar sebelum menjawab, sehingga
ucapanku jujur. "Tidak, aku baik-baik saja."
Ia seperti berpikir selama sesaat.
"Meski begitu, sekarang aku penasaran,"
katanya, suaranya kembali ringan.
"Kau sudah pernah.." ia sengaja tidak
menyelesaikan ucapannya.
“Tentu saja belum." Wajahku memerah.
"Sudah kubilang aku belum pernah merasa seperti
ini terhadap orang lain, sedikit pun tidak."
"Aku tahu. Hanya saja aku tahu pikiran orang
lain. Aku tahu cinta dan nafsu tidak selalu sejalan." "Bagiku ya.
Paling tidak sekarang keduanya nyata bagiku," aku mendesah.
"Bagus. Setidaknya kita punya persamaan."
Ia terdengar puas.
"Naluri manusiamu...," aku memulai. Ia
menanti.
"Well,
apakah kau menganggapku menarik dari segi itu, sama sekali?"
Ia tertawa dan dengan lembut mengusap-usap rambutku
yang hampir kering.
"Aku mungkin bukan manusia, tapi aku
laki-laki," ia meyakinkanku.
Aku menguap tanpa sengaja.
“Aku telah menjawab pertanyaanmu, sekarang kau harus
tidur," ia bersikeras.
"Aku tak yakin apakah aku bisa."
“Kau mau aku pergi?"
"Tidak!" seruku terlalu lantang.
Ia tertawa, kemudian mulai menggumamkan senandung
yang sama lagi, nina bobo yang asing, suara malaikat, lembut di telingaku.
Lebih letih daripada yang kusadari, lelah karena tekanan mental dan emosi yang tak pernah kurasakan sebelumnya, aku tertidur dalam pelukan tangannya yang dingin.
Penutup Novel Twilight – Tekad
Yang Kuat Mengalahkan Segala Hambatan Fisik Bab 77
Gimana Novel twilight – Port Tekad Yang Kuat Mengalahkan Segala
Hambatan Fisik Bab 77 ? keren
kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya.
Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan
mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: