Novel Twilight, ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada
orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight Bab 75 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – Tekad Yang Kuat Mengalahkan Segala Hambatan Fisik Bab 75
Aku tak pernah melihatnya
kesulitan menemukan katakata.
Begitu... manusiawi.
"Jadi sekarang tidak ada kemungkinan?"
"Tekad yang kuat mengalahkan segala hambatan
fisik," ulangnya, tersenyum, giginya tampak berkilau bahkan dalam
kegelapan.
"Wow, itu tadi mudah," sahutku.
Ia mengedikkan kepala dan tertawa, sepelan bisikan,
namun tetap bersemangat.
"Mudah bagimu!" ralatnya, menyentuh
hidungku dengan ujung jarinya.
Lalu wajahnya tiba-tiba serius.
"Aku berusaha," bisiknya, suaranya sedih.
"Kalau nanti segalanya jadi kelewat berat, aku cukup yakin akan bisa
pergi.”
Aku menatapnya marah. Aku tidak suka membicarakan
kepergian.
"Dan akan lebih sulit besok,” lanjutnya.
“Aku menyimpan aroma tubuhmu di kepalaku seharian,
dan aku jadi luar biasa kebal terhadapnya. Seandainya aku jauh darimu selama
apa pun aku harus mengulang semuanya lagi. Tapi aku tidak benar-benar dari
awal, kurasa.”
"Kalau begitu jangan pergi," timpalku, tak
mampu menyembunyikan hasrat dalam suaraku.
"Setuju," balasnya, wajahnya berubah
menjadi senyuman lembut.
"Kemarikan borgolnya—aku adalah tawananmu."
Tapi tangannya yang panjang membentuk borgol di sekeliling pergelangan tanganku
saat mengatakannya. Ia mengeluarkan tawa merdunya yang pelan. Malam ini ia
lebih banyak tertawa daripada seluruh waktu yang kuhabiskan dengannya
sebelumnya.
"Kau tampak lebih... ceria dari biasanya,"
kataku.
"Aku belum pernah melihatmu seperti ini
sebelumnya."
"Bukankah seharusnya seperti ini?" Ia
tersenyum.
"Keindahan cinta pertama, dan semuanya. Bukankah
mengagumkan, perbedaan antara membaca sesuatu, melihatnya di gambar, dan merasakannya
sendiri?"
“Sangat berbeda," timpalku.
"Lebih kuat daripada yang pernah
kubayangkan."
"Contohnya"—kata-katanya lebih mengalir
sekarang, aku sampai harus berkonsentrasi untuk menangkap semuanya—
"perasaan cemburu. Aku telah membacanya ratusan
kali, melihatnya dimainkan aktor dalam ribuan pertunjukan dan film. Aku yakin
telah memahaminya dengan jelas. Tapi toh itu mengejutkanku..." Ia
meringis.
"Kau ingat waktu Mike mengajak mu pergi ke pesta
dansa?" Aku mengangguk, meski aku mengingat hari itu untuk alasan berbeda.
"Hari itu kau mulai berbicara lagi denganku."
"Aku terkejut karena kemarahan, nyaris murka,
yang kurasakan—awalnya aku tak menyadarinya. Aku bahkan lebih jengkel daripada
sebelumnya karena tak bisa mengetahui apa yang kaupikirkan, mengapa kau
menolaknya.
Apakah itu hanya semata-mata demi persahabatanmu
dengan Jessica? Apakah ada orang lain? Aku tahu bagaimanapun juga aku tak punya
hak untuk memedulikannya. Aku berusaha untuk tidak peduli. "Lalu semuanya
mulai jelas," ia tergelak. Aku menatapnya jengkel dalam gelap.
"Aku menunggu, kelewat ingin mendengar apa yang
akan kaukatakan pada mereka, untuk mengamati ekspresimu. Aku tak bisa
menyangkali perasaan lega yang kurasakan saat menyaksikan wajahmu yang kesal.
Tapi aku tak bisa yakin.
"Itu adalah malam pertama aku datang ke sini. Sambil
melihatmu tidur, aku bergumul semalaman antara apa yang kutahu benar; bermoral,
etis, dengan apa yang kuinginkan. Aku tahu seandainya aku terus mengabaikanmu
sebagaimana seharusnya, atau seandainya aku pergi selama beberapa tahun, sampai
kau pergi dari sini, suatu hari kelak kau akan mengatakan ya kepada Mike, atau
seseorang seperti dia. Dan pemikiran itu membuatku marah."
“Kemudian," ia berbisik,
"ketika kau tidur, kau menyebut namaku. Kau
menyebutnya begitu jelas, hingga awalnya kukira kau terbangun. Tapi kau
bergulak-gulik gelisah, dan menggumamkan namaku sekali lagi, lalu mendesah.
Perasaan yang menyelimutiku kemudian adalah perasaan takut, bahagia. Dan aku
pun tahu, aku tak bisa mengabaikanmu lebih lama lagi.” ia terdiam sebentar,
barangkali mendengarkan jantungku yang tiba-tiba berdebar-debar.
“Tapi kecemburuan... adalah hal aneh. Jauh lebih kuat
dari pada yang kukira. Dan tidak masuk akal! Baru saja, ketika Charlie
menanyakan soal si brengsek Mike Newton itu...” Ia menggelengkan kepala
keras-keras.
"Aku seharusnya tahu kau pasti menguping,"
gerutuku.
"Tentu saja."
"Dan itu membuatmu cemburu, benarkah?"
"Semua ini baru bagiku; kau membangkitkan sisi
manusia dalam diriku, dan segalanya terasa lebih kuat karena ini baru."
"Yang benar saja," godaku,
"itu tidak ada apa-apanya, mengingat aku harus
mendengar bahwa Rosalie—Rosalie, penjelmaan kecantikan yang murni,
Rosalie—sebenarnya tercipta untukmu. Emmett atau tanpa Emmett, bagaimana aku
bisa bersaing dengan kenyataan itu?"
"Tidak ada persaingan." Giginya berkilauan.
Ia menarik tanganku ke punggungnya, membawaku ke
dadanya. Aku diam sebisa mungkin, bahkan bernapas dengan hati-hati. "Aku
tahu tidak ada persaingan," gumamku di kulitnya yang dingin.
"Itulah masalahnya."
"Tentu saja Rosalie memang cantik dengan caranya
sendiri, tapi bahkan seandainya dia bukan seperti adik bagiku, bahkan
seandainya Emmett tidak bersamanya, dia takkan pernah memiliki sepersepuluh,
tidak, seperseratus daya tarikmu terhadapku." Ia serius sekarang, tulus.
"Selama hampir sembilan puluh tahun aku hidup
bersama jenisku sendiri, dan jenis kalian... selama itu aku berpikir bahwa aku
sempurna di dalam diriku sendiri, sama sekali tak menyadari apa yang kucari.
Dan tidak menemukan apa pun, karena kau belum dilahirkan."
"Kedengarannya tidak adil," bisikku,
wajahku masih rebah di dadanya, mendengarkan irama napasnya. “Aku
sama sekali tak perlu menunggu. Mengapa bagiku
semudah itu?"
"Kau benar," timpalnya senang.
"Aku harus membuatnya lebih sulit bagimu, sudah
pasti." Ia melepaskan salah tangannya.
melepaskan pergelangan tanganku, hanya untuk
memindahkannya dengan pelan ke tangannya yang lain. Ia membelai lembut rambut
basahku, dan ujung kepala sampai ke pinggang.
“Kau hanya perlu membahayakan hidupmu sedap detik
yang kauhabiskan bersamaku, dan tentu saja itu tidak terlalu banyak. Kau hanya
perlu berpaling dari alam, dari kemanusiaan... seberapa besar harga yang harus
kaubayar?"
"Sangat sedikit—aku tak merasa dirugikan untuk
apa pun."
"Belum." Dan sekonyong-konyong suaranya dipenuhi kesedihan yang purba.
Penutup Novel Twilight – Tekad
Yang Kuat Mengalahkan Segala Hambatan Fisik Bab 75
Gimana Novel twilight – Port Tekad Yang Kuat Mengalahkan Segala
Hambatan Fisik Bab 75 ? keren
kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya.
Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan
mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.