Novel Twilight, ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada
orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight Bab 71 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – Tekad Yang Kuat Mengalahkan Segala Hambatan Fisik Bab 71
14. TEKAD YANG KUAT MENGALAHKAN SEGALA HAMBATAN FISIK
HARUS kuakui ia bisa mengemudi dengan baik saat ia
menjaga kecepatannya tetap wajar. Seperti banyak hal, tampaknya itu mudah
baginya. Meskipun ia nyaris tidak melihat jalanan, ban trukku tak pernah keluar
satu senti pun dari batas jalur.
Ia mengemudi dengan satu tangan, tangan yang lain
menggenggam tanganku yang bersandar di kursi. Kadang-kadang ia memandang
matahari yang mulai terbenam, kadang-kadang menatapku—wajahku, rambutku yang
berkibaran dari jendela yang terbuka, tangan kami yang bertaut.
Ia menyetel saluran radio yang menyiarkan lagu-lagu
lama, dan ikut menyanyikan lagu yang tak pernah kudengar. Ia hafal setiap
barisnya.
"Kau suka musik '50-an?" tanyaku.
"Musik'50-an bagus. Jauh lebih bagus daripada
musik '60-an, atau 70-an, uhh!" Ia bergidik. "Delapan puluhan masih
bisa diterima."
“Apa kau akan pernah memberitahuku berapa
usiamu?" tanyaku, ragu-ragu, tak ingin merusak selera humornya yang ceria.
"Apakah itu sangat penting?” Untungnya senyumnya
tetap mengembang.
"Tidak juga, tapi aku masih bertanya-tanya..."
aku nyengir. "Misteri tak terpecahkan selalu bisa membuatmu terjaga
sepanjang malam."
"Aku membayangkan apakah itu akan membuatmu
kecewa," ia bergumam pada dirinya sendiri. Ia memandang matahari; menit
demi menit berlalu.
"Coba saja," kataku akhirnya.
Ia mendesah, kemudian menatap mataku, seolah-olah
benar-benar melupakan jalanan selama beberapa saat. Apa pun yang dilihatnya
pasti telah membangkitkan keberaniannya.
Ia melihat ke arah matahari—cahaya benda langit bundar yang
terbenam itu membuat kulitnya bercahaya dalam kilauan butir-butir
kemerahan—lalu berkata,
"Aku lahir di Chicago tahun 1901." Ia
berhenti sejenak dan melirikku dari sudut matanya. Dengan hati-hati kujaga
wajahku tetap tenang, sabar menantikan penjelasan selanjutnya. Ia tersenyum
simpul dan melanjutkan,
"Carlisle menemukanku di rumah sakit pada tahun
1918. Usiaku tujuh belas saat itu, sekarat akibat flu Spanyol." Ia
mendengarku terkesiap, meski bagiku sendiri nyaris tak terdengar.
Ia menunduk menatap mataku lagi. "Aku tak
mengingatnya dengan baik—sudah lama sekali, dan ingatan manusia memudar."
Sesaat ia larut dalam ingatannya sebelum melanjutkan lagi, "Tapi aku ingat
bagaimana rasanya, ketika Carlisle menyelamatkanku. Bukan hal mudah, bukan
sesuatu yang bisa kaulupakan."
“Orangtuamu?"
"Mereka telah meninggal lebih dulu akibat
penyakit itu. Aku sebatang kara. Itu sebabnya dia memilihku. Di tengahtengah
kekacauan bencana epidemik itu, tak seorang pun bakal
menyadari bahwa aku menghilang.
"Bagaimana dia... menyelamatkanmu?”
Beberapa detik berlalu sebelum ia menyahut.
Sepertinya ia memilih kata-katanya dengan hati-hati
"Sulit. Tak banyak dari kami memiliki kendali
diri yang diperlukan untuk menyelesaikannya. Tapi Carlisle selalu menjadi yang
paling manusiawi, yang paling berbelas kasih di antara kami.... Kurasa kau tak
bisa menemukan yang setara dengannya sepanjang sejarah." Ia terdiam.
"Bagiku, rasanya amat, sangat menyakitkan.”
Dari garis bibirnya aku tahu ia tidak akan mengatakan
apa-apa lagi mengenai masalah ini. Kutekan rasa penasaranku, meskipun nyaris
tak mungkin. Banyak yang perlu kupikirkan mengenai hal ini, hal-hal yang baru
saja muncul dalam benakku. Tak diragukan lagi benaknya yang berputar cepat
telah mengetahui setiap aspek yang tidak kumengerti.
Suaranya yang lembut membuyarkan lamunanku.
"Kesendirianlah yang menggerakkannya. Biasanya itulah alasan di balik
pilihan tersebut. Aku adalah yang pertama dalam keluarga Carlisle, meski tak
lama setelah itu dia menemukan Esme. Dia terjatuh dari tebing. Mereka langsung
membawanya ke kamar mayat di rumah sakit, meski entah bagaimana jantungnya
masih berdenyut."
"Kalau begitu kau harus dalam kondisi sekarat
untuk menjadi...” Kami tak pernah mengucapkan kata itu, dan aku tak dapat
mengucapkannya sekarang.
"Tidak, itu hanya Carlisle. Dia takkan pernah
melakukannya pada orang yang memiliki pilihan lain." Rasa hormat yang
sangat dalam terpancar dalam suaranya setiap kali ia membicarakan orang yang
menjadi figur ayah baginya itu. "Meski begitu, katanya lebih mudah bila
aliran darahnya lemah," lanjutnya. Ia memandang jalanan yang sekarang
telah menggelap, dan aku bisa merasakan topik ini telah berakhir. "Emmett
dan Rosalie?"
"Carlisle membawa Rosalie ke keluarga kami setelah
Esme. Lama setelahnya barulah aku menyadari bahwa dia berharap Rosalie akan
menjadi seseorang bagiku seperti Esme baginya—Carlisle berhati-hati dengan
pikirannya yang menyangkut diriku." Ia memutar bola matanya.
"Tapi Rosalie tak pernah lebih daripada seorang adik.
Dua tahun kemudian dia menemukan Emmett. Rosalie sedang berburu—waktu itu kami
sedang di Appalachia—dan mendapati seekor beruang nyaris menghabisi Emmett.
Rosalie membawanya kepada Carlisle, menempuh jarak lebih
dari seratus mil, khawatir dia tak dapat melakukannya sendiri. Aku hanya
menduga-duga bagaimana sulitnya perjalanan itu baginya." Ia menatapku
dalam-dalam, dan mengangkat tangan kami, masih terjalin, lalu mengusap pipiku
dengan punggung tangannya.
"Tapi dia berhasil," aku mendorongnya,
berpaling dari keindahan matanya yang tak tertahankan.
"Ya," gumamnya. "Dia melihat sesuatu
di wajah Emmett yang membuatnya cukup kuat.
Dan sejak itu mereka selalu bersama-sama.
Kadang-kadang mereka tinggal terpisah dari kami, sebagai suami-istri. Semakin
muda umur yang kami pilih sebagai identitas kami, semakin lama kami bisa
tinggal di mana pun. Forks kelihatannya sempurna, jadi kami semua mendaftar di
SMA." Ia tertawa.
"Kurasa kita harus menghadiri pernikahan mereka
dalam beberapa tahun lagi.”
"Alice dan Jasper?"
"Alice dan Jasper dua makhluk yang sangar langka.
Penutup Novel Twilight – Tekad
Yang Kuat Mengalahkan Segala Hambatan Fisik Bab 71
Gimana Novel twilight – Port Tekad Yang Kuat Mengalahkan Segala
Hambatan Fisik Bab 71 ? keren
kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya.
Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan
mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: