Thursday, January 27, 2022

Bab 71 Novel Twilight – Tekad Yang Kuat Mengalahkan Segala Hambatan Fisik - Baca Di Sini

Novel Twilight, ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.

Dalam novel ini Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.

Sebelum kamu membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.

Ok, Silahkan baca novel Twilight Bab 71 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu hadapi.

Baca Novel Twilight – Tekad Yang Kuat Mengalahkan Segala Hambatan Fisik Bab 71

14. TEKAD YANG KUAT MENGALAHKAN SEGALA HAMBATAN FISIK


HARUS kuakui ia bisa mengemudi dengan baik saat ia menjaga kecepatannya tetap wajar. Seperti banyak hal, tampaknya itu mudah baginya. Meskipun ia nyaris tidak melihat jalanan, ban trukku tak pernah keluar satu senti pun dari batas jalur.

Ia mengemudi dengan satu tangan, tangan yang lain menggenggam tanganku yang bersandar di kursi. Kadang-kadang ia memandang matahari yang mulai terbenam, kadang-kadang menatapku—wajahku, rambutku yang berkibaran dari jendela yang terbuka, tangan kami yang bertaut.

Novel Twilight


Ia menyetel saluran radio yang menyiarkan lagu-lagu lama, dan ikut menyanyikan lagu yang tak pernah kudengar. Ia hafal setiap barisnya.

"Kau suka musik '50-an?" tanyaku.

"Musik'50-an bagus. Jauh lebih bagus daripada musik '60-an, atau 70-an, uhh!" Ia bergidik. "Delapan puluhan masih bisa diterima."

“Apa kau akan pernah memberitahuku berapa usiamu?" tanyaku, ragu-ragu, tak ingin merusak selera humornya yang ceria.

"Apakah itu sangat penting?” Untungnya senyumnya tetap mengembang.

"Tidak juga, tapi aku masih bertanya-tanya..." aku nyengir. "Misteri tak terpecahkan selalu bisa membuatmu terjaga sepanjang malam."

"Aku membayangkan apakah itu akan membuatmu kecewa," ia bergumam pada dirinya sendiri. Ia memandang matahari; menit demi menit berlalu.

"Coba saja," kataku akhirnya.

Ia mendesah, kemudian menatap mataku, seolah-olah benar-benar melupakan jalanan selama beberapa saat. Apa pun yang dilihatnya pasti telah membangkitkan keberaniannya.

Ia melihat ke arah matahari—cahaya benda langit bundar yang terbenam itu membuat kulitnya bercahaya dalam kilauan butir-butir kemerahan—lalu berkata,

"Aku lahir di Chicago tahun 1901." Ia berhenti sejenak dan melirikku dari sudut matanya. Dengan hati-hati kujaga wajahku tetap tenang, sabar menantikan penjelasan selanjutnya. Ia tersenyum simpul dan melanjutkan,

"Carlisle menemukanku di rumah sakit pada tahun 1918. Usiaku tujuh belas saat itu, sekarat akibat flu Spanyol." Ia mendengarku terkesiap, meski bagiku sendiri nyaris tak terdengar.

Ia menunduk menatap mataku lagi. "Aku tak mengingatnya dengan baik—sudah lama sekali, dan ingatan manusia memudar." Sesaat ia larut dalam ingatannya sebelum melanjutkan lagi, "Tapi aku ingat bagaimana rasanya, ketika Carlisle menyelamatkanku. Bukan hal mudah, bukan sesuatu yang bisa kaulupakan."

“Orangtuamu?"

"Mereka telah meninggal lebih dulu akibat penyakit itu. Aku sebatang kara. Itu sebabnya dia memilihku. Di tengahtengah

kekacauan bencana epidemik itu, tak seorang pun bakal menyadari bahwa aku menghilang.

"Bagaimana dia... menyelamatkanmu?”

Beberapa detik berlalu sebelum ia menyahut. Sepertinya ia memilih kata-katanya dengan hati-hati

"Sulit. Tak banyak dari kami memiliki kendali diri yang diperlukan untuk menyelesaikannya. Tapi Carlisle selalu menjadi yang paling manusiawi, yang paling berbelas kasih di antara kami.... Kurasa kau tak bisa menemukan yang setara dengannya sepanjang sejarah." Ia terdiam.

"Bagiku, rasanya amat, sangat menyakitkan.”

Dari garis bibirnya aku tahu ia tidak akan mengatakan apa-apa lagi mengenai masalah ini. Kutekan rasa penasaranku, meskipun nyaris tak mungkin. Banyak yang perlu kupikirkan mengenai hal ini, hal-hal yang baru saja muncul dalam benakku. Tak diragukan lagi benaknya yang berputar cepat telah mengetahui setiap aspek yang tidak kumengerti.

Suaranya yang lembut membuyarkan lamunanku. "Kesendirianlah yang menggerakkannya. Biasanya itulah alasan di balik pilihan tersebut. Aku adalah yang pertama dalam keluarga Carlisle, meski tak lama setelah itu dia menemukan Esme. Dia terjatuh dari tebing. Mereka langsung membawanya ke kamar mayat di rumah sakit, meski entah bagaimana jantungnya masih berdenyut."

"Kalau begitu kau harus dalam kondisi sekarat untuk menjadi...” Kami tak pernah mengucapkan kata itu, dan aku tak dapat mengucapkannya sekarang.

"Tidak, itu hanya Carlisle. Dia takkan pernah melakukannya pada orang yang memiliki pilihan lain." Rasa hormat yang sangat dalam terpancar dalam suaranya setiap kali ia membicarakan orang yang menjadi figur ayah baginya itu. "Meski begitu, katanya lebih mudah bila aliran darahnya lemah," lanjutnya. Ia memandang jalanan yang sekarang telah menggelap, dan aku bisa merasakan topik ini telah berakhir. "Emmett dan Rosalie?"

"Carlisle membawa Rosalie ke keluarga kami setelah Esme. Lama setelahnya barulah aku menyadari bahwa dia berharap Rosalie akan menjadi seseorang bagiku seperti Esme baginya—Carlisle berhati-hati dengan pikirannya yang menyangkut diriku." Ia memutar bola matanya.

"Tapi Rosalie tak pernah lebih daripada seorang adik. Dua tahun kemudian dia menemukan Emmett. Rosalie sedang berburu—waktu itu kami sedang di Appalachia—dan mendapati seekor beruang nyaris menghabisi Emmett.

Rosalie membawanya kepada Carlisle, menempuh jarak lebih dari seratus mil, khawatir dia tak dapat melakukannya sendiri. Aku hanya menduga-duga bagaimana sulitnya perjalanan itu baginya." Ia menatapku dalam-dalam, dan mengangkat tangan kami, masih terjalin, lalu mengusap pipiku dengan punggung tangannya.

"Tapi dia berhasil," aku mendorongnya, berpaling dari keindahan matanya yang tak tertahankan.

"Ya," gumamnya. "Dia melihat sesuatu di wajah Emmett yang membuatnya cukup kuat.

Dan sejak itu mereka selalu bersama-sama. Kadang-kadang mereka tinggal terpisah dari kami, sebagai suami-istri. Semakin muda umur yang kami pilih sebagai identitas kami, semakin lama kami bisa tinggal di mana pun. Forks kelihatannya sempurna, jadi kami semua mendaftar di SMA." Ia tertawa.

"Kurasa kita harus menghadiri pernikahan mereka dalam beberapa tahun lagi.”

"Alice dan Jasper?"

"Alice dan Jasper dua makhluk yang sangar langka.

Penutup Novel Twilight – Tekad Yang Kuat Mengalahkan Segala Hambatan Fisik Bab 71

Gimana Novel twilight – Port Tekad Yang Kuat Mengalahkan Segala Hambatan Fisik Bab 71 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik tombol navigasi bab di bawah ini.

Selanjutnya
Sebelumnya

0 comments: