Novel Twilight, ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada
orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight Bab 7 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight –Buku yang Terbuka Bab 7
2. BUKU YANG TERBUKA
KEESOKAN harinya lebih baik... tapi juga lebih buruk.
Lebih baik karena hujan belum turun, meski langit sudah tebal oleh mendung. Itu
lebih mudah karena aku jadi tahu apa yang kuharapkan. Mike duduk bersamaku di
kelas bahasa Inggris, dan mengantarku ke kelasku berikut.
Eric si anggota Klub Catur memelototinya sepanjang
waktu; membuatku tersanjung. Orang-orang tidak memandangiku seperti kemarin.
Aku duduk dalam kelompok besar saat makan siang bersama Mike, Eric, Jessica,
dan beberapa anak lainnya yang nama dan wajahnya bisa kuingat sekarang. Aku
mulai merasa seperti air yang mengalir tenang bukan tenggelam.
Lebih buruk karena aku lelah. Aku masih tak bisa
tidur karena angin yang terus bergema di sekeliling rumah. Lebih buruk karena
Mr. Varner memanggilku di pelajaran Trigono padahal aku tidak mengacungkan
tangan dan jawabanku salah.
Menyedihkan karena aku harus main voli, dan sekalinya
tidak terhantam bola, aku malah melemparkannya ke teman sereguku. Dan lebih
buruk karena Edward Cullen sama sekali tak terlihat di sekolah. Sepagian aku
sangat mengkhawatirkan saat makan siang waswas terhadap tatapan anehnya.
Sebagian diriku ingin mengonfrontasinya dan menuntut
ingin mengetahui apa masalahnya. Ketika terbaring nyalang di ranjang aku bahkan
membayangkan apa yang bakal kukatakan. Tapi aku mengenal diriku terlalu baik,
tak mungkin aku punya nyali melakukannya. Aku membuat Singa Pengecut terlihat
seperti sang pemusnah.
Tapi ketika aku berjalan ke kafetaria bersama
Jessica— mencoba menjaga mataku agar tidak nanar mencari sosok Edward dan gagal
total—aku melihat keempat saudaranya duduk bareng di meja yang sama, tapi ia
sendiri tak ada.
Mike menghadang dan mengajak kami ke mejanya. Jessica
sepertinya senang dengan perhatian Mike, dan teman-teman Jessica langsung
bergabung dengan kami. Tapi sementara aku berusaha mendengarkan obrolan santai mereka,
aku merasa sangat tidak nyaman, gelisah menantikan kedatangan Edward. Aku
berharap ia akan mengabaikan aku kalau muncul nanti, dan membuktikan
kecurigaanku keliru.
Ia tidak datang, dan dengan berlalunya waktu, aku pun
semakin tegang.
Aku menuju kelas Biologi dengan lebih percaya diri. Sampai
waktu makan siang berakhir tadi, Edward masih belum muncul juga. Mike, yang
mirip Golden Retriever, melangkah setia di sisiku menuju kelas. Sesampainya di
pintu aku menahan napas, tapi Edward Cullen juga tidak ada di sana. Aku
mengembuskan napas dan pergi ke kursi.
Mike mengikuti sambil terus membicarakan rencana jalanjalan
ke pantai. Ia tetap di mejaku sampai bel berbunyi. Lalu ia tersenyum sedih dan
beranjak duduk dengan cewek berkawat gigi yang rambutnya keriting dan jelek.
Sepertinya aku harus melakukan sesuatu tentang cowok itu,
dan ini takkan mudah. Di kota seperti ini, tempat orang-orang selalu ingin tahu
apa yang terjadi atas orang lain, diplomasi sangatlah penting. Aku tak pernah
pandai berdiplomasi; aku tak pernah berpengalaman menghadapi teman cowok yang
kelewat ramah.
Aku lega karena bisa menempati
meja itu sendirian, berhubung Edward tidak masuk. Aku terus-menerus
mengingatkan diriku, tapi aku tak bisa mengenyahkan kecurigaan bahwa akulah
alasan ketidakhadirannya. Betapa konyol dan narsis mengira diriku bisa
memengaruhi orang seperti itu. Tidak mungkin. Tapi toh aku tak bisa berhenti
mengkhawatirkan bahwa itu benar.
Ketika sekolah akhirnya usai, dan rona di pipiku
akibat kecelakaan waktu main voli tadi mulai memudar, aku buruburu mengenakan
kembali jins dan sweter biru tentaraku. Aku bergegas meninggalkan kamar ganti
cewek, senang karena untuk sementara berhasil melepaskan diri dari temanku yang
suka mengekor.
Aku berjalan cepat menuju parkiran. Tempat itu
dipenuhi murid yang lalu-lalang. Aku masuk ke truk dan mengaduk-aduk tas,
memastikan semua ada di situ.
Semalam aku mengetahui Charlie tak bisa memasak
kecuali membuat telur goreng dan bacon. Jadi aku meminta diberi tugas memasak selama tinggal bersamanya.
Charlie dengan senang hari menyerahkan urusan itu kepadaku. Aku juga mendapati
Charlie tidak menyimpan makanan apa pun di rumah.
Jadi aku membuat daftar belanjaan, lalu mengambil uang dari
stoples bertuliskan UANG MAKANAN yang disimpan di lemari, dan sekarang akan
menuju Thrifrway.
Aku menyalakan mesin truk yang menggelegar,
mengabaikan kepala-kepala yang menengok, dan mundur pelan menuju barisan mobil
yang mengantre keluar dari parkiran. Ketika aku menunggu, mencoba berpura-pura
bahwa deru yang memekakkan telinga ini berasal dari mobil orang lain, aku
melihat Cullen bersaudara, dan si kembar Hale masuk ke mobil mereka.
Volvo baru yang mengilap. Tentu saja. Sebelumnya aku
tidak memerhatikan pakaian mereka—aku kelewat terpesona dengan rupa mereka.
Karena sekarang aku memerhatikan, jelas sekali mereka berpakaian sangat bagus:
simpel, namun bermerek. Dengan rupa mereka yang luar biasa keren, gaya mereka,
mereka bisa saja memakai lap tangan dan tetap kelihatan keren. Rasanya
berlebihan sekali memiliki keduanya: wajah rupawan dan uang.
Tapi sejauh yang kutahu, hidup memang lebih sering
seperti itu. Dan sepertinya kenyataan itu tak lantas membuat mereka diterima di
sini. Tidak, aku tak percaya sepenuhnya. Mereka memang suka menyendiri; tak
bisa kubayangkan tak ada yang tidak mau menyambut ketampanan dan kecantikan
seperti itu.
Mereka memandang trukku yang berisik ketika aku
melewati mereka, sama seperti yang lain. Pandanganku tetap terarah ke muka dan
aku merasa lega ketika akhirnya keluar dari lahan sekolah.
Penutup Novel Twilight – Buku
yang Terbuka Bab 7
Gimana Novel twilight – Buku yang Terbuka Bab 7 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik tombol nvaigasi bab di bawah ini.