Novel Twilight, ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada
orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight Bab 61 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – Penyeimbangan Bab 61
Keputusanku sendiri sudah bulat, bahkan sebelum aku
memutuskannya dengan sadar, dan aku bertekad menjalankannya. Karena tak ada
yang lebih menakutkan buatku, lebih menyakitkan, daripada menjauhkan diriku
darinya.
Itu sesuatu yang mustahil. Aku pergi ke kelas dengan
patuh. Aku tak bisa mengatakan sejujurnya apa yang terjadi di kelas Biologi;
pikiranku kelewat sibuk memikirkan hari esok. Di Olahraga, Mike mengajakku
bicara lagi; berharap aku bersenang-senang di Seattle. Hati-hati kujelaskan
bahwa aku tidak jadi pergi, khawatir trukku takkan sanggup. “Kau akan ke pesta
dansa dengan Cullen?" tanyanya, tiba-tiba marah.
"Tidak, aku sama sekali tidak akan ke pesta
dansa." "Lalu, apa yang akan kaulakukan?" tanyanya, kelewat
ingin tahu.
Keinginanku paling besar adalah menyuruhnya tidak
ikut campur. Tapi sebagai gantinya dengan cerdik aku berbohong.
"Cucian, dan aku harus belajar untuk ujian
Trigono atau nilaiku bakal jelek."
"Apakah Cullen membantumu belajar?"
"Edward" aku menekankan, "tidak akan
membantuku belajar. Dia pergi entah ke mana akhir pekan ini." Kebohongan
itu mengalir lebih alami dari biasanya, dan ini membuatku terkejut.
"Oh," katanya kembali bersemangat.
"Kau tahu, kau bisa datang ke pesta bersama kami—pasti keren. Kami semua
akan berdansa denganmu," janjinya.
Bayangan wajah Jessica mengubah nada suaraku lebih
tajam dari seharusnya.
“Aku tidak akan pergi ke pesta dansa, Mike,
oke?"
“Ya sudah." Ia marah lagi. "Aku hanya
menawarkan." Ketika sekolah akhirnya selesai, aku berjalan lemas menuju
parkiran. Aku terutama tak ingin pulang berjalan kaki, tapi aku tak mengerti
bagaimana ia bisa membawa trukku ke sini. Tapi aku mulai percaya tak ada yang
mustahil baginya. Insting terakhirku terbukti benar—trukku diparkir di tempat
ia memarkir Volvo-nya tadi pagi.
Aku menggeleng tak percaya, membuka pintu yang tak
terkunci dan melihat kuncinya menggantung di lubang starter. Selembar kertas
tergeletak di jokku. Aku mengambilnya dan menutup pintu sebelum membuka
lipatannya, dua kata dalam tulisan yang elegan.
Jaga
dirimu
Suara deru truk membuatku kaget. Aku menertawai
diriku sendiri.
Ketika aku sampai di rumah pintunya terkunci, namun
gemboknya terbuka, persis seperti yang kutinggalkan pagi tadi. Sesampai di
dalam aku langsung ke ruang cuci. Kelihatannya juga sama seperti ketika
kutinggalkan tadi.
Aku mencari jinsku, dan setelah menemukannya,
kuperiksa sakunya. Kosong. Barangkali kuncinya telah kugantungkan di suatu
tempat, pikirku sambil menggeleng. Mengikuti insting sama yang telah membuatku
berbohong pada Mike, aku menelepon Jessica untuk berpura-pura mendoakan semoga
pesta dansanya berjalan lancar.
Ketika ia menyampaikan harapan yang sama untuk hariku
bersama Edward, aku memberitahunya tentang pembatalan itu. Sebagai pihak ketiga
yang tak ada hubungannya sama sekali, ia terdengar lebih kecewa dari
seharusnya. Aku langsung mengakhiri pembicaraan setelah itu.
Sepanjang makan malam Charlie melamun,
mengkhawatirkan sesuatu tentang pekerjaannya, kurasa, atau mungkin pertandingan
basket, atau mungkin ia hanya benar-benar menikmati lasagna yang kubuat—sulit
menebak apa yang dipikirkan Charlie. “Kau tahu, Dad..„" aku memulai,
membuyarkan lamunannya.
"Ada apa, Bell?"
"Kurasa kau benar tentang Seattle. Kurasa aku
akan menunggu Jessica atau orang lain bisa pergi bersamaku.” "Oh"
katanya, terkejut. "Oh, oke. Jadi kau ingin aku menemanimu di rumah?"
"Tidak Dad, jangan ubah rencanamu. Aku punya
banyak harus kulakukan... PR, mencuci.... Aku perlu ke perpustakaan dan ke toko
kelontong. Aku akan pergi ke sana kemari seharian... kau pergi saja dan
bersenangsenanglah."
"Kau yakin?"
"Tentu Dad. Lagi pula, persediaan ikan kita sudah
menipis—persediaan kita tinggal cukup untuk dua atau tiga tahun
barangkali."
"Mudah sekali hidup bersamamu. Bella." Ia
tersenyum. "Kau juga, Dad," kataku, tertawa. Tawaku reda, tapi
sepertinya Dad tidak memerhatikan. Aku merasa sangat bersalah telah membohonginya,
sampai-sampai aku nyaris mengikuti nasihat Edward dan mengatakan yang
sebenarnya. Nyaris.
Setelah makan malam aku melipat pakaian dan memindahkan
sebagian lagi ke mesin pengering. Sayangnya ini jenis pekerjaan yang hanya
dapat menyibukkan tangan saja. Pikiranku jelas punya banyak waktu senggang, dan
sudah mulai tak terkendali.
Pikiranku berpindah-pindah antara antisipasi yang begitu
kuat hingga nyaris menyakitkan, dan perasaan sangat takut yang membulatkan
tekadku. Aku harus terus mengingatkan diri bahwa aku telah membuat keputusan,
dan tak akan mengubahnya. Aku mengeluarkan kertas berisi tulisannya dari sakuku
lebih sering dari yang diperlukan untuk menyerap dua kata yang ditulisnya.
Ia ingin agar aku selamat, aku mengingatkan diriku sendiri
berulang-ulang. Aku hanya perlu berpegangan pada keyakinan bahwa akhirnya,
hasrat itu mengalihkan segalanya. Dan apa pilihanku yang lainnya –
mengenyahkannya dari hidupku? Tidak mungkin. Lagi pula.
sejalaku datang ke Forks, kelihatannya hidupku benarbenar tentang
dirinya.
Tapi suara kecil di relung benakku yang terdalam
khawatir, bertanya-tanya apakah akan sangat menyakitkan... bila semua ini
berakhir buruk. Aku merasa lega ketika hari sudah cukup malam untuk pergi
tidur.
Aku tahu aku terlalu tegang untuk bisa tidur, jadi
aku melakukan sesuatu yang belum pernah kulakukan sebelumnya. Aku sengaja
meminum pil demam yang sebenarnya tidak kuperlukan—obat itu bisa membuatku
tidur selama delapan jam.
Dalam keadaan normal aku tidak akan memaafkan tindakan seperti itu, tapi besok bakal cukup rumit tanpa aku menjadi sinting karena kurang tidur. Sambil menunggu obatnya bekerja, aku mengeringkan rambutku yang sudah bersih hingga benar-benar lurus, dan memikirkan apa yang akan kukenakan besok.
Penutup Novel Twilight –
Penyeimbang Bab 61
Gimana Novel twilight – Port Penyeimbangan Bab 61 ? keren kan ceritanya.
Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan
khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik
tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: