Novel Twilight, ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada
orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight Bab 58 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga
bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu
hadapi.
Baca Novel Twilight – Penyeimbangan Bab 58
12. PENYEIMBANGAN
"BILLY!" seru Charlie begitu ia keluar dari
mobil. Aku berbalik menuju rumah, memberi isyarat pada Jacob untuk mendekat,
sambil meraih-raih ke bawah serambi. Aku mendengar Charlie menyambut mereka
lantang di belakangku.
"Tadinya aku mau berpura-pura tidak melihatmu di
belakang kemudi, Jake," protesnya.
“Kami mendapat izin meninggalkan reservasi,"
kata Jacob, sementara aku membuka pintu dan menyalakan lampu teras.
"Ya, tentu saja," Charlie tertawa.
"Bagaimanapun aku harus mampir kemari." Aku
mengenali suara Billy yang menggelegar itu dengan mudah, meski sudah
bertahun-tahun.
Suaranya membuatku tibatiba merasa lebih muda, masih
kanak-kanak.
Aku masuk, membiarkan pintu terbuka dan menyalakan
semua lampu sebelum menanggalkan jaket. Lalu aku berdiri di ambang pintu,
dengan waswas memerhatikan Charlie dan
Jacob membantu Billy keluar dari mobil dan
mendudukkannya di kursi roda.
Aku menepi memberi jalan ketika ketiganya bergegas
masuk, menghindari hujan.
"Ini kejutan," kata Charlie.
"Sudah terlalu lama," sahut Billy.
"Kuharap kami datang di waktu yang tepat."
Matanya yang gelap bersinar-sinar menatap ku, ekspresinya tak dapat ditebak.
"Tidak masalah. Kuharap kau bisa tinggal untuk
menyaksikan pertandingan." Jacob nyengir.
"Kurasa
itulah rencananya—TV kami rusak sejak minggu lalu." Billy menatap anaknya
dengan pandangan menegur.
"Dan tentu saja Jacob sudah
tak sabar ingin bertemu Bella lagi," ia menambahkan.
Jacob cemberut dan menunduk
sementara aku mencoba mengenyahkan perasaan menyesal yang menyelimutiku.
Barangkali rayuanku di pantai tempo hari kelewat meyakinkan.
"Kalian lapar?" tanyaku, berbalik menuju
dapur.
Aku ingin sekali melarikan diri dari tatapan Billy
yang penasaran.
"Tidak, kami sudah makan sebelum kemari,"
sahur Jacob.
“Bagaimana denganmu, Charlie?" aku menengok
sambil meluncur ke sudut.
“Tentu saja," balasnya, suaranya terdengar
berpindah ke ruang depan, ke TV.
Bisa kudengar suara kursi roda Billy menyusul di
belakangnya.
Sandwich panggang keju sudah siap di wajan dan aku
sedang mengiris tomat ketika merasakan seseorang di belakangku.
“Jadi, bagaimana keadaanmu?" tanya Jacob. “Baik.”
Aku tersenyum. Semangatnya sangat sulit ditolak. “Bagaimana denganmu? Apakah
mobilmu sudah selesai?”
"Belum." Keningnya berkerut.
"Aku masih perlu beberapa bagian lainnya. Kami
meminjam mobil itu." Ia menunjuk pekarangan dengan ibu jarinya.
"Maaf. Aku belum melihat... apa yang kaucari
itu?"
"Master cylinder.” Ia nyengir.
"Apakah trukmu bermasalah?" lanjurnya
tiba-tiba.
"Tidak."
"Oh. Aku hanya penasaran sebab kau tidak
menggunakannya."
Aku menunduk menatap wajan, mengintip bagian bawah
sandwich-nya. "Seorang teman memberiku tumpangan."
"Tumpangan yang keren." Suara Jacob
terkagum-kagum.
"Tapi aku tidak mengenali pemiliknya. Kusangka
aku kenal hampir semua anak di sini." Aku mengangguk lemah sambil terus
menunduk, membalikkan sandwich.
"Sepertinya ayahku mengenalinya."
"Jacob, bisakah kau mengambilkan piring? Ada di
lemari
di atas tempat cuci piring."
"Tentu saja." Ia mengambil piring tanpa
mengatakan apa-apa.
Kuharap ia tidak meneruskan topik itu lagi.
"Jadi, siapa dia?" tanyanya, menaruh dua piring
di konter di sebelahku.
Akhirnya aku mengalah. "Edward Cullen."
Yang membuatku terkejut, ia tertawa. Aku mendongak
memandangnya. Ia kelihatan sedikit malu. "Kurasa itu menjelaskan
semuanya," katanya.
"Kenapa ayahku bersikap sangat aneh."
"Benar sekali." Aku berpura-pura polos.
"Dia tidak menyukai keluarga Cullen."
"Dasar orang tua yang percaya takhayul,"
gumam Jacob.
"Dia tidak bakal bilang apa-apa pada Charlie,
kan?" Aku tak bisa menahannya, kata-kata itu keluar dalam bisikan.
Jacob menatapku sesaat, dan aku tak bisa menebak
ekspresi yang terpancar di matanya yang gelap.
"Aku sih tidak yakin dia bakal bilang,"
akhirnya ia menjawab.
"Kurasa Charlie sudah membuatnya mengerti
terakhir kali mereka bertemu. Mereka tidak banyak bercakap-cakap sejak—boleh
dibilang malam ini semacam reuni, kurasa. Menurutku dia takkan mengungkitnya
lagi."
"Oh," kataku, mencoba terdengar tak peduli.
Aku tetap tinggal di ruang depan setelah mengantar
makanan kepada Charlie, berpura-pura menonton pertandingan sementara Jacob
terus berceloteh. Sebenarnya aku mendengarkan pembicaraan pria-pria dewasa itu,
memerhatikan tanda apa pun yang menunjukkan Billy akan menginterogasiku,
mencoba mencari jalan untuk menghentikannya bila ia memulainya.
Sungguh malam yang panjang. PR-ku banyak yang belum
selesai, tapi aku khawatir meninggalkan Billy sendirian bersama Charlie.
Akhirnya pertandingannya selesai.
“Apakah kau dan teman-temanmu akan ke pantai
lagi?" tanya Jacob sambil mendorong ayahnya ke pintu.
“Entahlah," sahutku menarik diri.
“Tadi itu menyenangkan, Charlie," kata Billy.
“Datanglah untuk menonton pertandingan berikutnya," ujar Charlie
membesarkan hati Billy.
“Tentu, tentu," timpal Billy. "Kami akan
datang. Selamat tidur.” Ketika tatapannya beralih padaku, senyumnya memudar.
"Jaga dirimu, Bella," rambahnya serius.
“Terima kasih," gumamku, lalu berpaling. Aku
bergegas menuju tangga sementara Charlie melambaikan tangannya di ambang pintu.
"Bella, tunggu," serunya.
Hatiku mencelos. Apakah Billy sempat mengatakan
sesuatu sebelum aku bergabung dengan mereka di ruang tamu?
Tapi Charlie tampak tenang, di wajahnya masih tersisa
senyuman dari kunjungan yang tak disangka-sangka tadi. "Kita belum sempat
mengobrol malam ini. Bagaimana harimu?"
"Baik," aku menyahut enggan, satu kakiku
pada undakan pertama, benakku memikirkan informasi mana yang bisa kuceritakan
pada Charlie.
"Tim bulu tangkisku memenangkan empat nomor
pertandingan yang digelar."
"Wow, aku tak tahu kau bisa main bulu
tangkis."
"Well,
sebenarnya sih tidak, tapi partnerku sangat hebat," aku mengakuinya.
"Siapa?" tanyanya, nadanya tertarik.
"Mmm... Mike Newton," sahutku ogah-ogahan.
"Oh ya—kau pernah bilang kau berteman dengan si
Newton itu." Suaranya penuh semangat.
"Keluarganya baik. Ia terkagum-kagum sebentar.
"Kenapa kau tidak mengajaknya ke pesta dansa akhir pekan ini?"
"Dad!" erangku. "Dia berkencan dengan Jessica, temanku. Lagi
pula kau kan tahu aku tidak bisa berdansa." "Oh iya," gumamnya.
Lalu ia tersenyum menyesal padaku. "Jadi kurasa bagus bagimu untuk pergi Sabtu nanti... Aku berencana pergi memancing bersama temantemanku sepulang kerja. Cuacanya seharusnya cukup hangat.
Penutup Novel Twilight –
Penyeimbangan Bab 58
Gimana Novel twilight – Port Penyeimbangan Bab 58 ? keren kan ceritanya.
Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan
khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik
tombol navigasi bab di bawah ini.
0 comments: