Novel Twilight, ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada
orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight Bab 40 yang dipersembahkan oleh
Admin white novel. Semoga bisa memberi hiburan, insipirasi dan
solusi bagi setiap masalah yang kamu hadapi.
Baca Novel Twilight – Port
Angeles Bab 40
"Dia memberitahu semua orang akan mengajakku ke pesta
prom—entah dia itu tidak waras atau masih mencoba menebus kesalahannya karena
hampir membunuhku tempo... Well, kau
pasti ingat, dan dia pikir pesta prom cara yang tepat. Jadi kupikir kalau aku
membahayakan hidupnya, berarti kedudukan kami seri, dan dia tidak perlu
terus-menerus memperbaiki hubungan.
Aku tidak memerlukan musuh, dan barangkali Lauren akan
kembali bersikap biasa kalau Tyler menjauhiku. Meski begitu aku mungkin perlu
menghancurkan mobil Sentra-nya. Kalau tidak punya kendaraan, berarti dia tidak
bisa mengajak siapa-siapa ke prom...,
" cerocosku. “Aku sudah dengar." Ia terdengar
lebih tenang.
“Oh ya?' tanyaku tidak percaya, kejengkelanku menyalanyala
lagi sekarang.
"Kalau dia lumpuh dari leher ke bawah, dia juga tidak
bisa pergi ke prom," gumamku, menjelaskan rencanaku.
Edward menghela napas, akhirnya membuka mara.
"Lebih baik?"
"Tidak juga."
Aku menunggu, tapi ia tidak
mengatakan apa-apa lagi. Ia menyandarkan kepala ke kursi, menatap langit-langit
mobil.
Wajahnya kaku.
"Apa yang terjadi?" bisikku.
"Kadang-kadang aku punya masalah dengan emosiku,
Bella." Ia juga berbisik, memandang ke luar jendela, matanya menyipit.
"Tapi tidak akan lebih baik bagiku bila aku
berbalik dan memburu..." Ia tidak menyelesaikan katakatanya,
memalingkan wajah, beberapa saat berusaha keras
mengendalikan amarahnya lagi.
"Setidaknya," lanjutnya, "itulah yang
sedang coba kukatakan pada diriku sendiri."
"Oh." Kata itu sepertinya tidak cukup, tapi
aku tak bisa memikirkan jawaban yang lebih baik.
Kami duduk diam lagi. Aku melihat jam di dasbor.
Sudah lewat 18.30.
"Jessica dan Angela pasti khawatir,"
gumamku.
"Aku seharusnya menemui mereka."
Ia menyalakan mesin mobil tanpa mengatakan apa-apa,
berbelok mulus dan meluncur kembali menuju kota. Tak lama kemudian kami sudah
disinari lampu-lampu jalan, mobilnya masih ngebut, dengan mudah menyalip
mobilmobil yang melaju pelan di jalur boardwalk.
Ia memarkir paralel di tempat sempit yang tadinya kukira
tak cukup untuk Volvo-nya, tapi ia melakukannya dengan mudah.
Aku memandang ke luar dan melihat tulisan La Bella
Italia.
Jess dan Angela tampak baru saja meninggalkan meja.
berjalan waswas menjauhi kami.
“Bagaimana kau tahu di mana...” aku memulai, tapi
lalu aku hanya menggeleng-gelengkan kepala. Aku mendengar pintunya terbuka dan
melihat ia hendak keluar dari mobil.
"Apa yang kaulakukan?" tanyaku.
"Mengajakmu makan malam," katanya sedikit
tersenyum, tapi sorot matanya tetap tajam.
Ia melangkah keluar dari mobil dan membanting
pintunya. Kulepaskan sabuk pengamanku, kemudian bergegas keluar dari mobil.
Ia menungguku di trotoar.
Ia berbicara mendahuluiku. "Pergilah, hentikan
Jessica dan Angela sebelum aku harus mencari mereka juga. Kurasa aku takkan
bisa menahan diriku kalau bertemu 'teman-temanmu' yang tadi itu lagi."
Aku bergidik mendengar ancaman dalam suaranya.
"Jess! Angela!" seruku mengejar mereka, melambai ketika mereka
menoleh. Mereka bergegas menghampiriku. Kelegaan di wajah mereka langsung
berubah jadi terkejut melihat siapa yang berdiri di sampingku. Mereka ragu,
enggan mendekat.
"Kau dari mana saja?" suara Jessica terdengar
curiga.
"Aku tersesat," aku mengaku malu-malu.
"Kemudian aku berpapasan dengan Edward," kataku sambil menunjuknya.
"Boleh aku bergabung dengan kalian?" ia
bertanya, suaranya lembut dan menggoda. Dari ekspresi mereka yang terkejut, aku
tahu Edward belum pernah bicara seperti itu pada mereka.
“Mmm... tentu saja," dengus Jessica.
"Mmm, sebenarnya, Bella, kami sudah makan ketika
menunggumu tadi—maaf," aku Angela. "Tidak apa-apa—lagi pula aku tidak
lapar." Aku mengangkat bahu.
"Kurasa kau harus makan sesuatu." Suara
Edward pelan, tapi bernada memerintah. Ia menatap Jessica dan berkata sedikit
lebih keras,
"Apakah kau keberatan kalau aku saja yang
mengantar Bella pulang malam ini? Dengan begitu kalian tak perlu menunggu dia
makan."
"Eehh, tidak masalah, kurasa..."
Jessica menggigit bibir, berusaha menebak lewat ekspresiku apakah aku
menginginkannya. Aku mengedip padanya. Tak ada yang kuinginkan selain bisa
berduaan dengan penyelamatku. Ada begitu banyak pertanyaan yang tak bisa
kulontarkan hingga kami tinggal berdua saja.
"Oke." Angela mendahului Jessica.
"Sampai besok. Bella... Edward." Ia meraih
tangan Jessica dan menariknya ke mobil, yang samar-samar kulihat diparkir di
seberang First Street.
Ketika akan masuk ke mobil, Jess berbalik dan
melambai, wajahnya penasaran. Aku balas melambai, menunggu mereka menjauh
sebelum berbalik menghadap Edward.
"Sejujurnya, aku tidak lapar," aku
berkeras, mengamati wajahnya. Ekspresinya tak bisa ditebak.
"Kalau begitu, hibur aku."
Ia berjalan ke pintu restoran dan membukakannya
untukku dengan raut keras kepala. Jelas sekali ia tak ingin didebat. Aku
berjalan melewatinya ke dalam restoran sambil menghela napas tanda menyerah.
Restorannya tidak ramai—saat ini Port Angeles sedang
sepi pengunjung. Kami disambut seorang cewek, dan aku memahami sorot matanya
ketika ia menilai Edward. Ia menyambutnya dengan kehangatan lebih daripada
seharusnya. Aku terkejut menyadari betapa itu menggangguku. Ia lebih tinggi
beberapa senti dariku, dan rambutnya dicat pirang.
“Untuk dua orang?" suara
Edward terdengar menawan, entah disengaja atau tidak. Kulihat mata si cewek
berkilat ke arahku lalu berpaling lagi, puas dengan rupaku yang sangat biasa
dan kenyataan bahwa Edward berdiri tidak terlalu dekat denganku.
Penutup Novel Twilight – Port
Angeles Bab 40
Gimana Novel twilight – Port Angeles Bab 40 ? keren kan ceritanya.
Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir
kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik tombol nvaigasi bab di bawah ini.
0 comments: