Novel Twilight, ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada
orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight Bab 37 yang dipersembahkan oleh
Admin white novel. Semoga bisa memberi hiburan, insipirasi dan
solusi bagi setiap masalah yang kamu hadapi.
Baca Novel Twilight – Port Angeles Bab 37
8. PORT ANGELES
JESS mengemudi lebih cepat daripada Charlie, jadi
kami bisa tiba di Port Angeles pukul 14.00. Sudah lama aku tidak kumpul-kumpul
dan nongkrong dengan teman-teman cewekku, hingga aliran estrogen membuatku
bersemangat.
Kami mendengarkan lagu-lagu rock berisik sementara
Jessica berceloteh tentang cowok-cowok yang sering nongkrong bersama kami.
Makan malamnya bersama Mike berlangsung sangat baik, dan ia berharap malam
Minggu nanti mereka bakal berciuman.
Aku tersenyum sendiri, merasa senang. Secara tidak
kentara Angela juga senang akan pergi ke pesta dansa, tapi ia tidak benar-benar
naksir Eric.
Jess mencoba membuat Angela mengaku tipe cowok
seperti apa yang disukainya, tapi aku menyela dengan menanyakan soal pakaian,
untuk mengalihkan perhatiannya. Angela memandangku dengan ekspresi terima
kasih.
Port Angeles adalah daya tarik yang indah bagi
wisatawan. Meskipun hanya kota kecil, tempat itu lebih tertata dan menarik
dibanding Forks. Tapi Jessica dan Angela sudah sangat mengenalnya, jadi mereka
tidak berencana menghabiskan wakru untuk jalan-jalan di semenanjung, mengagumi
keindahan kota.
Jess langsung menuju department store terbesar di
sana yang jaraknya hanya beberapa ruas jalan dari semenanjung yang sangat
menarik bagi pengunjung.
Pesta dansa nanti sifatnya setengah formal, dan kami tidak
terlalu yakin apa maksudnya. Jessica dan Angela kelihatannya terkejut dan
nyaris tak percaya ketika kubilang aku tak pernah pergi ke pesta dansa ketika
masih di Phoenix.
"Apa kau tak pernah berkencan atau apa?"
Jess bertanya ragu-ragu ketika kami memasuki toko.
"Sungguh," aku berusaha meyakinkannya,
tanpa harus menceritakan masalah yang kualami bila berdansa.
"Aku tidak pernah punya pacar, atau teman dekat.
Aku jarang keluar."
"Kenapa?" tanya Jessica.
"Tidak ada yang mengajakku," jawabku jujur. Ia
tampak ragu.
"Di sini orang-orang mengajakmu berkencan," ia
mengingatkanku,
"dan kau menolaknya." Kami sekarang berada di
bagian remaja, melihat-lihat rak di sekitar kami, mencari gaun.
"Well,
kecuali Tyler," ralat Angela.
"Maaf?" aku menahan napas.
"Apa katamu?"
“Tyler bilang ke semua orang dia akan mengajakmu ke
pesta prom," Jessica memberitahuku dengan pandangan curiga.
“Dia bilang apa?” aku kedengaran seperti tersedak.
"Sudah kubilang itu tidak benar, kan,"
Angela bergumam kepada Jessica.
Aku terdiam, masih syok yang dengan cepat berganti jadi
sebal. Tapi kami sudah menemukan pakaian yang kami cari, dan sekarang ada
pekerjaan lain yang harus dilakukan.
"Itu sebabnya Lauren tidak menyukaimu," Jessica
cekikikan sementara kami memilih-milih.
Dengan geram aku berkata, "Apa kalian pikir
kalau aku menabraknya dengan trukku, dia bakal berhenti merasa bersalah
mengenai kecelakaan itu? Apakah dia akan berhenti berusaha membayar semuanya
dan menganggapnya impas?"
"Mungkin," Jess nyengir.
"Kalau memang itulah alasannya mengajakmu."
Pilihan pakaiannya tidak terlalu banyak, tapi mereka
menemukan beberapa untuk dicoba. Aku duduk di kursi pendek di kamar pas, di
depan cermin tiga arah, berusaha mengendalikan amarahku.
Jess bimbang di antara dua pilihan—gaun panjang hitam tanpa
lengan, atau gaun selutut warna biru elektrik dengan tali tipis di pundak.
Kusarankan ia memilih yang biru; kenapa tidak mencoba sesuatu yang berbeda?
Angela memilih gaun pink pucat yang membalut tubuh jangkungnya dengan indah dan
menegaskan warna keemasan rambutnya yang kecokelatan.
Aku memuji mereka dengan tulus dan membantu mengembalikan
pakaian yang tak jadi dipilih ke rak. Proses memilih pakaian ternyata hanya
berlangsung sebentar dan lebih mudah daripada yang kulakukan bersama Renee di
Phoenix.
Kurasa karena pilihan di sini lebih terbatas.
Kami beralih ke bagian sepatu dan
aksesori. Sementara mereka menjajal macam-macam, aku hanya memerhatikan dan
mengkritik. Aku sedang tidak ingin belanja, meskipun sebenarnya membutuhkan
sepatu baru. Semangatku lenyap seiring munculnya perasaan sebalku terhadap
Tyler.
dan itu kembali menciptakan ruang
untuk kesedihan.
"Angela?" ujarku
ragu-ragu. sementara ia mencoba sepasang sepatu tali tumit tinggi berwarna
pink—ia senang sekali pasangan kencannya cukup tinggi sehingga ia bisa
mengenakan sepatu tumit tinggi. Jessica sudah pindah ke bagian aksesori tinggal
aku dan Angela sendirian.
"Ya?" Ia menjulurkan
kaki, menggerakkan pergelangan kakinya supaya bisa mengamati sepatunya dari
sudut pandang berbeda.
Lalu aku mendadak takut.
"Aku suka yang itu."
"Kurasa aku akan membelinya—meskipun hanya cocok
dengan gaun baruku ini," ia melamun.
"Beli saja—sedang diskon kok," dukungku. Ia
tersenyum, menutup kembali kotak sepatu putih yang kelihatannya lebih praktis.
Aku mencoba lagi. "Mmm, Angela..." Ia
menatap penasaran.
"Apakah anak-anak...
Cullen"—aku terus memandangi sepatu—
"memang sering membolos
sekolah?" Aku benarbenar gagal untuk terdengar biasa saja.
"Ya, ketika cuaca bagus mereka pergi berkemah—
bahkan ayah mereka juga. Mereka benar-benar pencinta alam sejati," ujarnya
tenang, sambil mengamati sepatunya.
Ia tidak menanyakan apa pun, tidak seperti Jessica
yang pasti akan melontarkan ratusan pertanyaan. Aku mulai benar-benar menyukai
Angela.
"Oh." Aku tidak membahasnya lagi ketika
Jessica kembali untuk memperlihatkan perhiasan yang serasi dengan sepatu
silvernya.
Kami bermaksud makan malam di restoran Italia kecil
di pinggir jalan, tapi acara belanjanya ternyata tak selama yang kami kira.
Jess dan Angela akan membawa pakaian baru mereka ke mobil, kemudian kami akan berjalan
kaki ke teluk.
Kukatakan akan menemui mereka di restoran satu jam lagi—aku mau mencari toko buku. Mereka sebenarnya bersedia ikut denganku, tapi aku menyuruh mereka bersenang-senang—mereka tak tahu betapa asyiknya aku bila sudah dikelilingi buku-buku, sesuatu yang lebih suka kulakukan sendirian. Mereka pergi ke mobil sambil mengobrol riang, dan aku pergi ke arah yang tadi ditunjuk Jess.
Penutup Novel Twilight – Port
Angeles Bab 37
Gimana Novel twilight – Port Angeles Bab 37 ? keren kan ceritanya.
Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan
khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik
tombol nvaigasi bab di bawah ini.
0 comments: