Monday, January 24, 2022

Bab 34 Novel Twilight – Mimpi Buruk - Baca Di Sini

Novel Twilight, ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.

Dalam novel ini Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.

Sebelum kamu membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.

Ok, Silahkan baca novel Twilight Bab 34 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu hadapi.

Baca Novel Twilight – Mimpi Buruk Bab 34

menjadikan jaketku alas antara kayu yang lembab dengan pakaianku, dan menyandarkan kepala ke pohon satunya.

Ini tempat yang buruk untuk didatangi. Seharusnya aku tahu, tapi mau ke mana lagi? Hutan ini berwarna hijau pekat dan sangat mirip dengan yang ada di mimpiku semalam, membuatku gelisah. Kini setelah decak langkah kakiku tak terdengar lagi, keheningan terasa mencekam.

Novel Twilight


Burung-burung membisu, suara tetesan air semakin sering terdengar, jadi di atas sana pasti sudah turun hujan. Kini setelah aku duduk, belukar itu lebih tinggi dari kepalaku, dan aku tahu seseorang bisa saja berjalan di jalan setapak yang hanya satu meter jauhnya, tanpa melihatku.

Di sini, di antara pepohonan, lebih mudah untuk memercayai kegilaan yang membuatku resah di rumah tadi. Tak ada yang berubah di hutan ini selama ribuan tahun,

dan semua mitos serta legenda dari tempat berbeda-beda itu sepertinya lebih mungkin di hutan hijau berkabut ini, daripada di kamar tidurku.

Kupaksa diriku berkonsentrasi pada dua pertanyaan paling penting yang harus kujawab, tapi aku melakukannya dengan sangat enggan.

Pertama, aku harus memutuskan apakah perkataan Jacob tentang keluarga Cullen benar adanya.

Reaksi yang langsung muncul adalah menentangnya.

Rasanya konyol dan tidak wajar memercayai kegilaan itu. Tapi lalu apa? batinku. Tak ada penjelasan rasional mengenai bagaimana aku masih hidup saat ini. Aku membuat daftar lagi dalam pikiranku mengenai hal-hal yang kuamati sendiri: kecepatan dan kekuatan yang mustahil, perubahan warna mata dan hitam menjadi emas dan hitam lagi, ketampanan yang tidak manusiawi, kulit yang pucat dan dingin.

Terlebih lagi—hal-hal kecil yang muncul perlahan-lahan—bagaimana mereka tak pernah tampak makan, keanggunan mengagumkan dalam gerak mereka. Dan caraka kadang-kadang bicara, dengan frase dan irama tidak biasa yang lebih tepat digunakan dalam novel kuno daripada percakapan di kelas pada abad ke-21. Ia membolos ketika kami sedang menggolongkan darah. Ia tidak menolak ajakan jalan-jalan ke pantai sampai ketika ia mendengar ke mana tujuan kami. Ia sepertinya tahu apa yang dipikirkan orang-orang di sekitarnya... kecuali aku. Ia telah memberitahuku bahwa ia jahat, berbahaya...

Mungkinkah keluarga Cullen adalah vampir? Well, mereka memang sesuatu. Sesuatu di luar pembenaran rasional telah terjadi di depan mataku yang tidak percaya. Entah itu makhluk dingin versi Jacob ataukah teori superhero-ku sendiri, Edward Cullen bukanlah... manusia. Ia lebih dari itu. Jadi—barangkali.

Inilah jawabanku sekarang. Lalu pertanyaan paling penting dari semuanya. Apa yang akan kulakukan kalau dugaanku benar? Jika Edward benar vampir—aku nyaris tak bisa memaksa diriku memikirkan kata itu—apa yang harus kulakukan? Melibatkan orang lain jelas tak mungkin. Aku bahkan tak memercayai diriku sendiri; siapa pun pasti menganggapku bergurau.

Sepertinya hanya ada dua pilihan. Pertama mengikuti nasihatnya: bersikap pintar, menghindarinya sebisa mungkin. Membatalkan rencana kami, mengabaikannya sebisaku. Berpura-pura ada kaca tebal tak bisa tembus di antara kami. Memintanya menjauhiku—dan kali ini

benarbenar serius.

Tiba-tiba aku merasa sangat putus asa memikirkan kemungkinan tersebut. Pikiranku menolak rasa sakit itu, dan bergegas beralih ke pilihan lain.

Aku tak bisa melakukan yang lain. Lagi pula, seandainya ia... jahat, sejauh ini ia belum melakukan sesuatu yang bisa menyakitiku. Sebaliknya aku bisa habis digilas mobil Tyler kalau saja ia tidak langsung bertindak cepat.

Amat sangat cepat, sergahku dalam hati, hingga itu mungkin saja murni tindakan spontan. Tapi kalau menyelamatkan nyawa adalah tindakan spontan baginya, seberapa jahatkah ia? tukasku marah. Kepalaku berputar dalam lingkaran jawaban yang tak berujung.

Satu hal yang aku yakin, kalau memang yakin. Gambaran gelap Edward dalam mimpiku semalam hanyalah cerminan ketakutanku terhadap cerita Jacob, bukannya karena Edward sendiri.

Tetap saja ketika aku menjerit ketakutan karena serangan serigala itu, bukanlah rasa takut akan serigala itu yang membuatku meneriakkan kata "tidak".

Itu adalah ketakutanku bahwa ia bisa terluka— bahkan ketika ia memanggilku dengan taringnya yang panjang dan runcing. Aku mengkhawatirkannya. Dari situlah aku mendapatkan jawabanku. Aku benarbenar tidak tahu bahwa sebelumnya juga ada pilihan. Aku sudah terlibat terlalu jauh. Sekarang setelah tahu— seandainya aku benar-benar tahu—tak ada yang bisa kulakukan tentang rahasiaku yang menakutkan itu.

Karena ketika aku memikirkan Edward, suaranya, matanya yang menyihir, daya tarik kepribadiannya, aku tak menginginkan yang lain kecuali berada di dekatnya saat ini. Meskipun... tapi aku tak bisa memikirkannya.

Tidak di sini, kala aku sendirian di hutan yang mulai gelap ini. Tidak ketika hujan membuat suasana teramat temaram bagai langit di bibir malam di bawah payung dedaunan, berderai-derai bagaikan langkah-langkah kaki melintasi lantai bumi. Aku bergidik ngeri dan langsung bangkit dari tempat persembunyian, waswas jalan setapak itu telah lenyap tersapu hujan. Tapi jalan kecil itu masih di sana, aman dan jelas, berkelok di antara labirin hijau yang menetes-netes.

Aku bergegas mengikutinya, tudung jaketku menutup rapat kepalaku. Ketika aku nyaris berlari di antara pepohonan, aku terkejut menyadari betapa dalamnya aku telah memasuki hutan itu. Aku mulai bertanya-tanya apakah arahku benar, atau aku malah mengikuti jalan setapak ini semakin dalam ke hutan yang rapat.

Sebelum kelewat panik, aku mulai melihat ruang terbuka di antara rantingranting pepohonan yang bertautan.

Lalu aku bisa mendengar suara mobil melintasi jalanan, dan aku pun terbebas, pekarangan Charlie membentang di hadapanku, rumahnya memberi isyarat padaku, menjanjikan kehangatan dan pakaian kering.

Penutup Novel Twilight – Mimpi Buruk Bab 34

Gimana Novel twilight – Mimpi Buruk Bab 34 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik tombol nvaigasi bab di bawah ini.

Selanjutnya
Sebelumnya

0 comments: