Thursday, January 20, 2022

Bab 30 Novel Twilight – Golongan Darah - Baca Di Sini

Novel Twilight, ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.

Dalam novel ini Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.

Sebelum kamu membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.

Ok, Silahkan baca novel Twilight Bab 30 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu hadapi.

Baca Novel Twilight –Golongan Darah Bab 30

Hasilnya tentu saja tidak sama, aku yakin, tapi toh buktinya Jacob langsung bangkit mendengar ajakanku. Ketika kami berjalan ke utara melewati bebatuan aneka warna, menuju garis batas yang penuh driftwood, awan akhirnya menutupi langit, membuat laut gelap dan suhu turun. Kumasukkan tanganku ke saku jaket.

Novel Twilight


“Jadi berapa umurmu? Enam belas?" tanyaku, berusaha tidak terlihat seperti orang bodoh ketika mengerjapngerjapkan

mata seperti yang dilakukan cewek-cewek di televisi.

"Aku baru saja berumur lima belas," ia mengaku malumalu.

"Sungguh?" Keterkejutanku benar-benar palsu.

"Kupikir kau lebih tua."

"Untuk anak seusiaku, tubuhku cukup tinggi," jelasnya.

"Kau sering ke Forks?" aku sengaja bertanya, berharap jawabannya ya.

Benar-benar konyol. Aku khawatir ia akhirnya merasa jijik dan menuduhku bersandiwara, tapi kelihatannya ia masih merasa tersanjung.

"Tidak terlalu," ia mengaku keheranan.

"Tapi setelah mobilku selesai, aku bisa pergi sesering yang kumau— setelah aku dapat SIM," lanjutnya.

"Siapa cowok yang sedang berbicara dengan Lauren? Dia kelihatan agak tua untuk bergaul dengan kita." Aku sengaja meletakkan diriku di kelompok yang lebih muda, mencoba menunjukkan bahwa aku lebih memilih Jacob.

"Itu Sam—umurnya sembilan belas," ia memberitahuku. "Apa sih maksudnya soal keluarga dokter itu?" tanyaku polos.

"Keluarga Cullen? Oh, mereka tak seharusnya datang ke reservasi." Ia memalingkan wajah, memandang Pulau James, ketika ia membenarkan apa yang kutangkap dari perkataan Sam.

"Kenapa tidak?" Ia menatapku sambil menggigit bibir.

"Upss, aku tak seharusnya mengatakan apa-apa tentang itu."

"Oh, aku takkan bilang siapa-siapa, aku hanya penasaran." Aku berusaha tersenyum semenawan mungkin, sambil bertanya-tanya apakah terlalu berlebihan.

Ia balas tersenyum menawan. Lalu satu alisnya terangkat dan suaranya lebih parau dari sebelumnya.

"Kau suka cerita-cerita seram?" tanyanya, suara tak menyenangkan.

"Aku suka," kataku bersemangat, mencoba memancingnya.

Jacob beralih ke onggokan kayu terdekat yang akarakarnya menjulur seperti kaki laba-laba besar yang pucat. Ia duduk di salah saru akar sementara aku duduk di bawahnya. Ia memandang bebatuan, senyum merekah di ujung bibirnya yang lebar. Aku tahu ia sedang mencoba membuatku jatuh hati. Aku berusaha mengabaikannya.

"Tidakkah kau mengetahui satu saja legenda kami, tentang asal-muasal kami—maksudku suku Quileute?" ia memulai ceritanya.

"Tidak juga," jawabku jujur.

"Well, ada banyak legenda, beberapa dipercaya terjadi pada masa Banjir—konon katanya, para leluhur Quileute mengikat kano mereka di ujung pohon tertinggi di pegunungan untuk bisa selamat, seperti Nuh dan bahteranya." Ia tersenyum, untuk menunjukkan padaku ia tidak terlalu memercayai sejarah.

"Legenda lainnya mengatakan kami keturunan serigala—dan serigala-serigala masih bersaudara dengan kami. Membunuh mereka berarti melanggar hukum suku."

"Lalu ada cerita tentang yang berdarah dingin," Suaranya semakin rendah.

"Yang berdarah dingin?" tanyaku kaget, tak lagi berpurapura.

"Ya, ada cerita-cerita tentang yang berdarah dingin, cerita-cerita itu sama tuanya dengan legenda serigala, dan beberapa yang lain belum terlalu tua. Menurut legenda itu kakek buyutku sendiri mengenal beberapa dan mereka. Dialah yang membuat kesepakatan yang mengharuskan mereka menjauhi tanah kami." Jacob memutar bola matanya.

"Kakek buyutmu?" aku memberanikan diri bertanya.

"Dia tetua suku, seperti ayahku. Kau tahu, yang berdarah dingin adalah musuh alami serigala—well, bukan serigala sesungguhnya, tapi serigala yang menjelma menjadi manusia, seperti leluhur kami. Kau bisa menyebutnya werewolf— serigala jadi-jadian."

"Werewolf punya musuh?"

"Hanya satu."

Aku menatapnya serius, berharap bisa menyamarkan kejengkelanku menjadi kekaguman.

"Jadi kau tahu, kan," lanjut Jacob,

"secara tradisional, yang berdarah dingin adalah musuh kami. Tapi kawanan yang datang ke wilayah kami pada masa kakek buyutku berbeda. Mereka tidak memburu seperti yang dilakukan jenis mereka—mereka seharusnya tidak berbahaya bagi suku kami. Jadi kakek buyutku membuat kesepakatan damai dengan mereka. Kalau mereka mau berjanji untuk tidak menginjak tanah kami, kami tidak akan memberitahu kawanan mereka lainnya yang bermuka pucat mengenai mereka." Ia mengedip.

"Kalau mereka tidak berbahaya, lalu kenapa..." Aku mencoba mengerti, berusaha supaya ia tidak menyadari betapa seriusnya aku menanggapi cerita seramnya.

"Selalu berbahaya bagi manusia untuk berada dekat dengan yang berdarah dingin, meskipun mereka beradab seperti halnya klan ini. Kau takkan pernah tahu kapan mereka benar-benar lapar hingga tak bisa menahan diri." Ia sengaja memberi tekanan pada kata-katanya barusan.

“Apa maksudmu dengan 'beradab'?'

"Mereka menyatakan tidak memburu manusia. Konon, entah bagaimana caranya, mereka memburu binatang sebagai ganti manusia."

Aku berusaha terdengar tetap tenang. "Lalu apa hubungannya dengan keluarga Cullen? Apakah mereka termasuk yang berdarah dingin yang ditemui kakek buyutmu?"

“Tidak." Jacob tiba-tiba berhenti. "Mereka adalah kelompok yang sama.”

Ia pasti berpikir raut wajahku yang ketakutan disebabkan ceritanya. Ia tersenyum senang, dan melanjutkan ceritanya lagi.

"Sekarang jumlah mereka bertambah, seorang perempuan dan laki-laki baru, tapi sisanya sama saja. Pada masa kakek buyutku, mereka sudah mengenal pemimpinnya, Carlisle. Dia sudah sering datang dan pergi bahkan sebelum bangsa kalian datang ke sini." Jacob berusaha menahan senyumnya.

"Lalu mereka itu apa?" akhirnya aku bertanya. "Apakah

yang berdarah dingin?" Ia tersenyum misterius.

"Peminum darah," jawabnya, suaranya membuat bulu kuduk meremang. "Bangsa kalian menyebutnya vampir." Aku memandang ombak besar setelah ia menjawab pertanyaanku. Aku tak tahu bagaimana rupaku.

"Kau merinding," ia tertawa gembira.

"Kau pencerita yang baik," aku memujinya, sambil masih menatap ombak.

"Cerita yang cukup sinting, ya? Tak heran ayahku tak ingin kami membicarakannya dengan orang lain." Aku belum dapat menahan emosiku, jadi aku tidak berpaling menatapnya.

 

Penutup Novel Twilight – Golongan Darah Bab 30

Gimana Novel twilight – Golongan Darah Bab 30 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik tombol nvaigasi bab di bawah ini.

Selanjutnya
Sebelumnya

0 comments: