Novel Twilight, ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada
orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight Bab 23 yang dipersembahkan oleh
Admin white novel. Semoga bisa memberi hiburan, insipirasi dan
solusi bagi setiap masalah yang kamu hadapi.
Baca Novel Twilight –Golongan Darah Bab 23
Lalu Mr. Banner masuk, dan mengabsen kami satu per
satu. Ia memain-mainkan beberapa kotak kecil di tangannya. Diletakkannya
kotak-kotak itu di meja Mike, menyuruhnya membagikannya ke yang lain.
"Oke, guys, aku mau kalian mengambil satu potongan dari masing-masing
kotak," kata Mr. Banner seraya mengambil sepasang sarung tangan karet dari
saku jas labnya,
lalu mengenakannya. Suara keras yang terdengar ketika
sarung tangan itu masuk hingga ke pergelangan tangannya terdengar tidak
menyenangkan bagiku.
"Yang pertama kalian ambil seharusnya kartu
indikator," ia melanjutkan, meraih kartu putih dengan empat persegi di
atasnya, lalu memperlihatkannya pada kami.
"Yang kedua aplikator segi empat—" ia
mengangkat sesuatu mirip sisir yang nyaris tak bergerigi
"—dan
yang ketiga jarum suntik kecil steril." Ia mengangkat benda kecil yang
terbuat dari plastik biru dan membukanya.
Dari jauh ujung jarumnya tidak kelihatan, tapi
perutku langsung mulas. "Aku akan berkeliling dengan air tetes untuk
mempersiapkan kartu kalian, jadi tolong jangan mulai sebelum aku datang"
Ia mulai dari meja Mike lagi, berhatihati
meneteskan setetes air pada masing-masing keempat
kotak itu.
"Lalu aku
mau kalian dengan hati-hati menusuk jari kalian dengan jarum." Ia meraih
tangan Mike dan menusukkan jarum itu ke ujung jari tengah Mike. Oh, tidak.
Cairan lengket mengalir keluar di hadapanku.
"Taruh setetes darah, sedikit saja, pada
masing-masing kotak." Ia memeragakannya, meremas jari Mike hingga darahnya
mengalir. Aku menelan liurku karena tegang perutku rasanya mau meledak.
"Kemudian oleskan ke kartu," ia selesai
dengan peragaannya, memperlihatkan kartu yang sudah ditetesi darah kepada kami.
Aku memejamkan mata, berusaha mendengar penjelasannya dengan telingaku yang
berdenging.
"Palang Merah menggelar acara donor darah di
Port Angeles akhir pekan yang akan datang jadi kupikir kalian harus tahu
golongan darah kalian." Ia terdengar bangga.
"Kalian
yang belum genap delapan belas tahun perlu izin dari orangtua—aku punya
formulir izinnya di mejaku." Ia berkeliling kelas dengan air tetesnya.
Kutempelkan pipiku ke permukaan meja yang hitam, mencari kesejukan dan berusaha
tetap sadar.
Di
sekelilingku aku bisa mendengar jeritan, suara anak-anak mengeluh, dan suara
tawa ketika teman-teman sekelas menusuk jari mereka. Aku menghirup napas pelan
lewat mulutku.
“Bella, kau baik-baik saja?" tanya Mr. Banner.
Suaranya terdengar sangat dekat, mengagetkanku. “Aku sudah tahu golongan
darahku, Mr. Banner," kataku lemah. Aku takut mengangkat kepala.
“Apa kau mau pingsan?"
"Ya, Sir," gumamku, diam-diam menendang
diriku sendiri karena tidak membolos.
"Ada yang mau menolong bawa Bella ke UKS?"
seru Mr.
Banner.
Aku tak perlu melihat untuk mengetahui Mike-lah yang
mengajukan diri.
"Kau bisa jalan?" tanya Mr. Banner.
"Ya," bisikku. Keluarkan saja aku dari
sini, pikirku.
Kalau perlu, aku akan merangkak.
Mike sepertinya bersemangat sekali ketika memeluk
pinggangku dan menarik lenganku ke bahunya. Aku menyandarkan tubuhku sepenuhnya
padanya ketika kami berjalan keluar dari kelas.
Mike menarikku pelan menyeberangi sekolah. Ketika
kami tiba di sekitar kafetaria, tak terlihat dari gedung empat, kalau-kalau Mr.
Banner memerhatikan, aku berhenti.
"Biarkan aku duduk dulu sebentar," aku
memohon padanya.
Ia membantuku duduk di ujung jalan setapak. "Dan
apa pun yang kaulakukan, jaga tanganmu," kataku mengingatkan. Aku masih
sangat pusing. Aku merebahkan diri dengan posisi miring menempelkan pipi ke
lapisan semen yang dingin dan lembab, memejamkan mata.
Sepertinya ini agak membantu.
"Wow, kau pucat, Bella," kata Mike
khawatir.
"Bella?" suara yang berbeda memanggil dari
jauh. Tidak! Tolong biarkan suara yang sangat kukenal itu hanya imajinasi.
"Apa yang terjadi—apakah dia sakit?"
Suaranya lebih
dekat sekarang dan ia terdengar muram. Aku tidak
sedang berkhayal. Aku terus memejamkan mata, berharap diriku mati. Atau
setidaknya tidak muntah.
Mike tampak sangat khawatir. "Kurasa dia
pingsan. Aku tak tahu apa yang terjadi, dia bahkan tidak menusuk jarinya.”
"Bella." Edward sudah di sebelahku sekarang
lega. "Kau
bisa mendengarku?" "Tidak" erangku.
"Pergilah." Ia tertawa.
"Aku sedang membawanya ke UKS," Mike
menjelaskan dengan nada defensif, "tapi dia tak bisa berjalan lebih jauh
lagi."
"Aku akan mengantarnya," kata Edward. Aku
masih bisa mendengar senyuman dalam kata-katanya. "Kau bisa kembali ke
kelas."
"Tidak," protes Mike. "Aku yang
seharusnya melakukannya."
Tiba-tiba jalan setapak seolah lenyap dari bawahku.
Kubuka mataku karena terkejut. Edward telah menggendongku, begitu mudahnya
seolah beratku hanya lima kilo, bukannya 55.
"Turunkan aku!" Kumohon, kumohon, jangan
biarkan aku muntah di tubuhnya. Ia sudah berjalan sebelum aku selesai bicara.
"Hei!" seru Mike, yang tertinggal jauh di
belakang kami. Edward mengabaikannya. "Kau tampak kacau," katanya
padaku, nyengir.
"Turunkan aku," keluhku. Ayunan langkahnya
tidak membuatku lebih baik. Ia membopongku dengan lembut, menaruh seluruh berat
tubuhku pada lengannya—dan ini sepertinya tidak mengganggunya.
“Jadi kau pingsan karena melihat darah?" ia
bertanya.
Sepertinya ini menghiburnya.
Aku tidak menyahut. Kupejamkan mataku lagi dan dengan
segenap tenaga melawan mualku. Kukatupkan bibirku rapat-rapat.
"Bahkan dengan darahmu sendiri," lanjutnya,
menikmat, perkataannya.
Penutup Novel Twilight –
Golongan Darah Bab 23
Gimana Novel twilight – Golongan Darah Bab 23 ? keren kan ceritanya.
Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan
khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik
tombol nvaigasi bab di bawah ini.
0 comments: