Wednesday, January 19, 2022

Bab 18 Novel Twilight – Undangan - Baca Di Sini

Novel Twilight, ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.

Dalam novel ini Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis, permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.

Sebelum kamu membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.

Ok, Silahkan baca novel Twilight Bab 18 yang dipersembahkan oleh Admin white novel. Semoga bisa memberi hiburan, insipirasi dan solusi bagi setiap masalah yang kamu hadapi.

Baca Novel Twilight –Undangan Bab 18

Orangtua Tyle, terpaksa menjual van mereka. Aku nyaris terkena serangan jantung saat berbelok dan melihat sosok yang tinggi dan gelap bersandar di sisi trukku Lalu aku sadar itu hanya Eric. Aku mulai melangkah lagi.

"Hei, Eric." sapaku.

"Hai, Bella."

"Ada apa?" tanyaku sambil membuka pintu. Aku tidak memerhatikan nada suaranya yang kaku, jadi kata-katanya berikutnya mengagetkanku.

Novel Twilight


"Ehh, aku hanya bertanya-tanya... maukah kau pergi ke pesta dansa musim semi denganku?" Suaranya bergetar. "Kupikir ceweklah yang mengajak," kataku, terlalu bingung untuk berdiplomasi. "Well, ya," ia mengakuinya malu-malu.

Aku berhasil menenangkan diri dan berusaha tersenyum hangat. "Terima kasih untuk ajakannya, tapi aku akan pergi ke Seattle hari itu." "Oh," katanya.

"Well, mungkin lain kali."

"Tentu," aku menyetujuinya, lalu menggigit bibir. Aku tak ingin ia kelewat serius menanggapinya.

Dengan malas-malasan ia kembali ke dalam sekolah.

Aku mendengar suara tawa samar-samar. Edward sedang melangkah melewati depan trukku, menatap lurus ke depan, bibirnya terkatup. Aku membuka pintu, melompat masuk, dan membantingnya keras-keras.

Kupacu trukku hingga mengeluarkan suara memekakkan dan mundur ke jalanan. Edward sudah berada di mobilnya, hanya selang dua kendaraan, meluncur mulus di hadapanku, memotong jalanku. Ia berhenti di sana— menunggu keluarganya; aku bisa mereka berempat berjalan kemari, tapi masih di sekitar kafetaria. Aku menimbangnimbang

untuk menyenggol bemper Volvo mengilap itu, tapi ada kelewat banyak saksi. Aku memandang spionku. Mobil-mobil lain sudah mulai antre. Tepat di belakangku, Tyler Crowley dengan Sentra bekas yang baru dibelinya melambai padaku.

Aku terlalu jengkel untuk menyapanya. Ketika duduk di sana, memandang ke mana saja kecuali mobil di depanku, aku mendengar suara ketukan di jendela truk. 

Aku memandang; ternyata Tyler. Aku melirik spionku, bingung. Mobilnya masih menyala, pintunya terbuka. Aku mencondongkan tubuhku ke sisi truk untuk membuka jendela. Keras sekali. Aku berhasil membukanya separuh, lalu menyerah.

"Maaf, Tyler, Cullen menghalangiku." Aku kesal—jelas kemacetan ini bukan salahku.

“Oh, aku tahu—aku hanya ingin menanyakan sesuatu selagi kita terjebak di sini." Ia nyengir.

Ini tidak mungkin terjadi.

“Maukah kau mengajakku ke pesta dansa musim semi?" lanjutnya.

“Aku akan pergi ke luar kota, Tyler." Suaraku agak ketus. Aku harus mengingat-ingat bukan salahnya kalau Mike dan Eric telah menguras kesabaranku hari ini.

"Yeah, Mike sudah bilang," akunya.

“Lalu, kenapa—"

Ia mengangkat bahu. "Aku hanya berharap kau hanya ingin menolaknya secara halus." Oke, ini benar-benar salahnya.

"Maaf. Tyler" kataku, berusaha menyembunyikan kejengkelanku.

 "Aku benar-benar akan pergi ke luar kota."

"Oke, tidak apa-apa. Masih ada pesta prom." Dan sebelum aku menyahut, ia sudah berjalan kembali ke mobilnya.

 Aku merasa sangat terkejut. Aku tak sabar lagi menunggu Alice, Rosalie, Emmert. dan Jasper masuk ke Volvo. Di kaca spionnya, mata Edward tertuju padaku. Tak diragukan lagi ia gemetar karena tawa, seolah-olah ia mendengar setiap kata yang diucapkan Tyler. 

Kakiku gatal ingin menginjak pedal gas... satu tabrakan kecil takkan melukai mereka, paling-paling cuma lecet. Kuinjak pedal gasnya.

Tapi mereka semua sudah masuk di dalam, dan Edward memacu kencang Volvo-nya. Perlahan aku mengemudikan trukku menuju ke rumah, hati-hati, sambil menggerutu sendiri sepanjang jalan.

Sesampainya di rumah kuputuskan untuk membuat enchiladas ayam untuk makan malam. Masaknya lama, dan itu bisa membuatku tetap sibuk. Ketika aku sedang menumis bawang dan cabe, telepon berbunyi. Aku nyaris takut mengangkatnya, tapi itu bisa saja Mom atau Charlie. Ternyata Jessica, dan ia sangat ceria; Mike menemuinya sepulang sekolah dan menerima ajakannya. Aku mengatakan ikut senang sambil mengaduk tumisanku.

Ia harus pergi, ia ingin menelepon dan memberitahu Angela dan Lauren. Aku memberinya saran—dengan nada kasual—bahwa Angela, si pemalu yang satu kelas Biologi denganku, bisa mengajak Eric. Dan Lauren, si jutek yang selalu mengabaikanku saat makan siang bisa mengajak Tyler; kudengar belum ada yang mengajaknya. 

Jess pikir itu ide bagus. Berhubung sekarang ia yakin dengan Mike, ia terdengar tulus ketika mengharapkan kehadiranku di pesta dansa. Lagi-lagi aku menceritakan rencanaku tentang Seattle.

Setelah menutup telepon aku berusaha berkonsentrasi membuat makan malam—terutama mengiris daging ayamnya tipis-tipis; aku tak mau masuk ruang UGD lagi. Tapi kepalaku berputar-putar, mencoba menganalisis setiap perkataan yang dilontarkan Edward hari ini. Apa maksudnya, lebih baik kami tidak berteman!'

Perutku bergejolak begitu aku menyadari maksudnya. Ia pasti tahu betapa aku sangat terpesona olehnya; ia pasti tidak ingin itu berlanjut... karena itu kami tidak bisa berteman... karena ia sama sekali tidak tertarik padaku.

Tentu saja ia tidak tertarik padaku, pikirku marah, mataku perih—jelas bukan karena irisan bawang. Aku tidak menarik. Sementara Edward benar-benar. Menarik... dan pintar... dan misterius... dan sempurna... dan tampan... dan barangkali bisa mengangkat van berukuran besar dengan satu tangan.

Well, tidak apa-apa. Aku bisa melupakannya sekarang. Aku akan meninggalkannya. Aku akan selamat melewati semua pikiran ini, kemudian berharap ada sekolah di barat daya, atau mungkin Hawaii, yang akan menawariku beasiswa. Aku memikirkan pantai-pantai dengan sinar matahari dan pohon palem ketika encbiladas-ku selesai dan aku memasukkannya ke oven.

Charlie tampak curiga ketika ia pulang dan mencium aroma cabe hijau. Aku tak bisa menyalahkannya— makanan Meksiko yang layak dimakan dan dekat dengan Forks barangkali di selatan California. Tapi dia polisi, bahkan meskipun Polisi kota kecil, jadi ia cukup berani mencicipinya. 

Sepertinya ia suka. Menyenangkan rasanya melihat ia perlahan-lahan mulai mempercayakan urusan dapur padaku.

Penutup Novel Twilight – Undangan Bab 18

Gimana Novel twilight – Undangan Bab 18 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik tombol nvaigasi bab di bawah ini.

Selanjutnya
Sebelumnya

0 comments: