Novel Twilight, ditulis oleh Stepheni Meyer. Novel ini ini terdiri dari 5 seri yaitu Twilight, Newmoon, Midnight sun, Eclipse dan Breaking Dawn.
Dalam novel ini
Stepheni Meyer berhasil mengobrak abrik emosi pembaca dengan latar cerita
bangsa manusia, serigala dan vampir. Anda akan menemukan adegan romantis,
permusuhan, perang dan konspirasi dalam novel ini.
Sebelum kamu
membaca terlalu jauh, Admin kembali mengingatkan bahwa membaca novel jangan
dijadikan sebagai kegiatan utama. Ibadah, kerja, belajar dan berbakti kepada
orang tua tetaplah hal yang harus diutamakan.
Ok, Silahkan baca
novel Twilight Bab 18 yang dipersembahkan oleh
Admin white novel. Semoga bisa memberi hiburan, insipirasi dan
solusi bagi setiap masalah yang kamu hadapi.
Baca Novel Twilight –Undangan Bab
18
Orangtua Tyle, terpaksa menjual van mereka. Aku nyaris terkena serangan jantung saat berbelok dan
melihat sosok yang tinggi dan gelap bersandar di sisi trukku Lalu aku sadar itu
hanya Eric. Aku mulai melangkah lagi.
"Hei, Eric." sapaku.
"Hai, Bella."
"Ada apa?" tanyaku sambil membuka pintu.
Aku tidak memerhatikan nada suaranya yang kaku, jadi kata-katanya berikutnya
mengagetkanku.
"Ehh, aku hanya bertanya-tanya... maukah kau
pergi ke pesta dansa musim semi denganku?" Suaranya bergetar.
"Kupikir ceweklah yang mengajak," kataku, terlalu bingung untuk
berdiplomasi. "Well, ya,"
ia mengakuinya malu-malu.
Aku berhasil menenangkan diri dan berusaha tersenyum
hangat. "Terima kasih untuk ajakannya, tapi aku akan pergi ke Seattle hari
itu." "Oh," katanya.
"Well,
mungkin lain kali."
"Tentu," aku menyetujuinya, lalu menggigit
bibir. Aku tak ingin ia kelewat serius menanggapinya.
Dengan malas-malasan ia kembali ke dalam sekolah.
Aku mendengar suara tawa samar-samar. Edward sedang
melangkah melewati depan trukku, menatap lurus ke depan, bibirnya terkatup. Aku
membuka pintu, melompat masuk, dan membantingnya keras-keras.
Kupacu trukku hingga mengeluarkan suara memekakkan
dan mundur ke jalanan. Edward sudah berada di mobilnya, hanya selang dua
kendaraan, meluncur mulus di hadapanku, memotong jalanku. Ia berhenti di sana—
menunggu keluarganya; aku bisa mereka berempat berjalan kemari, tapi masih di
sekitar kafetaria. Aku menimbangnimbang
untuk menyenggol bemper Volvo mengilap itu, tapi ada
kelewat banyak saksi. Aku memandang spionku. Mobil-mobil lain sudah mulai
antre. Tepat di belakangku, Tyler Crowley dengan Sentra bekas yang baru
dibelinya melambai padaku.
Aku terlalu jengkel untuk menyapanya. Ketika duduk di sana, memandang ke mana saja kecuali mobil di depanku, aku mendengar suara ketukan di jendela truk.
Aku memandang; ternyata Tyler. Aku melirik spionku,
bingung. Mobilnya masih menyala, pintunya terbuka. Aku mencondongkan tubuhku ke
sisi truk untuk membuka jendela. Keras sekali. Aku berhasil membukanya separuh,
lalu menyerah.
"Maaf, Tyler, Cullen menghalangiku." Aku
kesal—jelas kemacetan ini bukan salahku.
“Oh, aku tahu—aku hanya ingin menanyakan sesuatu
selagi kita terjebak di sini." Ia nyengir.
Ini tidak mungkin terjadi.
“Maukah kau mengajakku ke pesta dansa musim
semi?" lanjutnya.
“Aku akan pergi ke luar kota, Tyler." Suaraku
agak ketus. Aku harus mengingat-ingat bukan salahnya kalau Mike dan Eric telah
menguras kesabaranku hari ini.
"Yeah, Mike sudah bilang," akunya.
“Lalu, kenapa—"
Ia mengangkat bahu. "Aku hanya berharap kau
hanya ingin menolaknya secara halus." Oke, ini benar-benar salahnya.
"Maaf. Tyler" kataku, berusaha menyembunyikan
kejengkelanku.
"Aku
benar-benar akan pergi ke luar kota."
"Oke, tidak apa-apa. Masih ada pesta prom." Dan
sebelum aku menyahut, ia sudah berjalan kembali ke mobilnya.
Aku merasa sangat terkejut. Aku tak sabar lagi menunggu Alice, Rosalie, Emmert. dan Jasper masuk ke Volvo. Di kaca spionnya, mata Edward tertuju padaku. Tak diragukan lagi ia gemetar karena tawa, seolah-olah ia mendengar setiap kata yang diucapkan Tyler.
Kakiku gatal ingin menginjak pedal gas... satu tabrakan kecil takkan melukai
mereka, paling-paling cuma lecet. Kuinjak pedal gasnya.
Tapi mereka semua sudah masuk di dalam, dan Edward
memacu kencang Volvo-nya. Perlahan aku mengemudikan trukku menuju ke rumah,
hati-hati, sambil menggerutu sendiri sepanjang jalan.
Sesampainya di rumah kuputuskan untuk membuat enchiladas ayam untuk makan malam.
Masaknya lama, dan itu bisa membuatku tetap sibuk. Ketika aku sedang menumis
bawang dan cabe, telepon berbunyi. Aku nyaris takut mengangkatnya, tapi itu
bisa saja Mom atau Charlie. Ternyata Jessica, dan ia sangat ceria; Mike
menemuinya sepulang sekolah dan menerima ajakannya. Aku mengatakan ikut senang
sambil mengaduk tumisanku.
Ia harus pergi, ia ingin menelepon dan memberitahu Angela dan Lauren. Aku memberinya saran—dengan nada kasual—bahwa Angela, si pemalu yang satu kelas Biologi denganku, bisa mengajak Eric. Dan Lauren, si jutek yang selalu mengabaikanku saat makan siang bisa mengajak Tyler; kudengar belum ada yang mengajaknya.
Jess pikir itu ide bagus. Berhubung sekarang ia yakin dengan
Mike, ia terdengar tulus ketika mengharapkan kehadiranku di pesta dansa.
Lagi-lagi aku menceritakan rencanaku tentang Seattle.
Setelah menutup telepon aku berusaha berkonsentrasi membuat
makan malam—terutama mengiris daging ayamnya tipis-tipis; aku tak mau masuk
ruang UGD lagi. Tapi kepalaku berputar-putar, mencoba menganalisis setiap
perkataan yang dilontarkan Edward hari ini. Apa maksudnya, lebih baik kami
tidak berteman!'
Perutku bergejolak begitu aku menyadari maksudnya. Ia pasti
tahu betapa aku sangat terpesona olehnya; ia pasti tidak ingin itu berlanjut...
karena itu kami tidak bisa berteman... karena ia sama sekali tidak tertarik
padaku.
Tentu saja ia tidak tertarik padaku, pikirku marah,
mataku perih—jelas bukan karena irisan bawang. Aku tidak menarik. Sementara
Edward benar-benar. Menarik... dan pintar... dan misterius... dan sempurna...
dan tampan... dan barangkali bisa mengangkat van berukuran besar dengan satu tangan.
Well, tidak
apa-apa. Aku bisa melupakannya sekarang. Aku akan meninggalkannya. Aku akan
selamat melewati semua pikiran ini, kemudian berharap ada sekolah di barat
daya, atau mungkin Hawaii, yang akan menawariku beasiswa. Aku memikirkan
pantai-pantai dengan sinar matahari dan pohon palem ketika encbiladas-ku
selesai dan aku memasukkannya ke oven.
Charlie tampak curiga ketika ia pulang dan mencium aroma cabe hijau. Aku tak bisa menyalahkannya— makanan Meksiko yang layak dimakan dan dekat dengan Forks barangkali di selatan California. Tapi dia polisi, bahkan meskipun Polisi kota kecil, jadi ia cukup berani mencicipinya.
Sepertinya ia
suka. Menyenangkan rasanya melihat ia perlahan-lahan mulai mempercayakan urusan
dapur padaku.
Penutup Novel Twilight –
Undangan Bab 18
Gimana Novel twilight – Undangan Bab 18 ? keren kan ceritanya. Tentunya kamu penasaran apa yang akan terjadi di bab berikutnya. Jangan khawatir kami telah menyiapkannya. Silahkan baca bab berikutnya dengan mengklik tombol nvaigasi bab di bawah ini.
0 comments: